Press "Enter" to skip to content

Tata Cara Sakramen Ekaristi Katolik

Di negara-negara Baltik dan Skandinavia, ibadah ekaristi Gereja Lutheran juga disebut “Misa”. Istilah Misa berasal dari kata bahasa Latin kuno missa yang secara harfiah berarti pergi berpencar atau diutus. Perayaan Ekaristi dalam Gereja-Gereja Timur, termasuk Gereja-Gereja Timur yang berada dalam persekutuan penuh dengan Tahta Suci Roma menggunakan istilah lain, misalnya “Liturgi Ilahi”, “Qurbana Kudus”, dan “Badarak”.

Denominasi Barat yang tidak berada dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katolik Roma, seperti Kekristenan Calvinis, biasanya lebih suka menggunakan istilah lain (umumnya: Kebaktian).

Dalam TPE Baru Doa Syukur Agung dan doa presidensial lain didoakan oleh Imam dan umat mengikutinya dalam batin (untuk menekankan kekhusyukan dan kesadaran akan Tuhan yang hadir di tengah-tengah mereka), seperti yang dilakukan oleh Gereja Katolik di tempat lain. Dapat juga menggunakan rumusan pujian kepada Yesus dan memohon belas kasih-Nya yang dipadukan dengan Tuhan Kasihanilah Kami.

Dapat juga menggunakan pemercikan air suci sebagai peringatan akan pembaptisan, terutama pada Masa Paskah. Umat yang sadar akan perlunya mengaku dosa berat, tetap tidak bisa mengandalkan absolusi ini untuk pengampunan dosanya.

Persiapan Persembahan Diawali dengan kolekte yang lazimnya hanya diadakan pada Hari Minggu. Kemudian selebran mengangkat piala berisi campuran air dan anggur sambil mengucapkan rumusan “Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Allah semesta alam, sebab dari kemurahan-Mu kami menerima anggur yang kami siapkan ini. Doa Syukur Agung Bagian awal Doa Syukur Agung diucapkan (atau dinyanyikan), umumnya dilakukan oleh selebran, namun ada beberapa bagian yang ditunjukkan untuk diucapkan oleh konselebran. Kisah Institusi mengutip ucapan Yesus pada Perjamuan Terakhir yaitu “Terimalah dan makanlah.

Kalimat “lakukanlah ini untuk mengenangkan Aku” -lah yang menjadi dasar terselenggaranya Perayaan Ekaristi Seusai anamnesis, doa syukur agung dilanjutkan doa dengan ujud khusus melalui perantaraan para santo dan santa bagi umat tertentu, bagi Paus dan uskup setempat Kemudian mengucapkan “Damai Tuhan bersamamu” atau “Damai Tuhan besertamu” yang dijawab dengan “Dan bersama rohmu” atau “Dan sertamu juga” dan dapat diikuti dengan ungkapan, misalnya dengan memberikan salam damai, menjabat tangan orang-orang yang ada di sekitar, atau ungkapan lain yang sesuai Pemecahan Hosti Pemecahan Hosti diiringi seruan lagu Anak Domba Allah atau Agnus Dei.

Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuannya” dan umat menjawab “Ya Tuhan, saya tidak pantas Engkau datang pada saya, tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh”, kemudian Imam berkata “Tubuh dan Darah Kristus”, dan ditanggapi oleh umat dengan berkata “Amin”.

Ada bentuk berkat sederhana dengan selebran merentangkan tangan ke arah umat dan memberkati dengan tanda salib dengan seruan “Semoga Saudara sekalian diberkati oleh Allah yang mahakuasa: Bapa, Putra dan Roh Kudus” sementara umat membuat tanda salib dan menjawab “Amin” Kemudian Imam mengatakan “Saudara sekalian, Perayaan Ekaristi sudah selesai”, lalu umat berkata “Syukur kepada Allah”. Inilah perutusan Ekaristis yang berarti kesediaan untuk membagikan hidup kepada sesama.

Sakramen Ekaristi (Gereja Katolik)

Santo Paulus mengimplikasikan suatu identitas antara roti dan anggur Ekaristi yang terlihat dengan tubuh dan darah Kristus ketika ia menulis: “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Selain itu, dan dengan cara yang unik, dalam satu doa yang diajarkan oleh Yesus, yaitu Doa Bapa Kami, kata sifat epiousios—yang tidak ditemukan di tempat lain dalam literatur Yunani Klasik—apabila diurai secara linguistis berarti (roti) “super-substansial” (epi-ousios, melampaui substansinya), dan ditafsirkan sebagai rujukan kepada Roti Hidup, yaitu Ekaristi. Laporan-laporan mengenai pelayanan Ekaristi yang tercantum dalam Perjanjian Baru sering kali ditunjukkan dengan frasa “Pemecahan Roti”, kendati tidak selalu demikian. Pada zaman ketika kebanyakan umat Kristen belum terpelajar, penggambaran visual semacam itu menjadi dikenal sebagai Biblia pauperum, atau Alkitab kaum miskin.

Alkitab itu sendiri utamanya sebuah buku liturgis yang digunakan saat Misa, dihias sangat indah dengan tangan (“beriluminasi”), dan biaya produksinya mahal. Santo Thomas Aquinas mengajarkan bahwa pratanda yang paling jelas dalam Perjanjian Lama mengenai aspek tanda dari Ekaristi adalah tindakan Melkisedek dalam Kejadian 14:18, bahwa semua pengurbanan Perjanjian Lama, terutama pada Hari Pendamaian, merupakan pratanda dari kandungan sakramen ini, yakni Kristus sendiri yang dikurbankan bagi manusia.

Santo Thomas juga mengatakan bahwa manna merupakan suatu pratanda khusus dari efek sakramen ini sebagai rahmat, namun ia mengatakan kalau anak domba paskah merupakan figur luar biasa Ekaristi dalam ketiga aspek tanda, kandungan, dan efek. Mengenai pratanda pertama Perjanjian Lama yang disebutkan St. Thomas, tindakan Melkisedek membawa roti dan anggur untuk Abraham, sejak zaman Klemens dari Aleksandria (ca.

Pratanda kedua yang disebutkan St. Thomas adalah dari pengurbanan-pengurbanan Perjanjian Lama, terutama pada Hari Pendamaian. Manna yang memberi makan bangsa Israel di padang gurun juga dipandang sebagai simbol Ekaristi.

Melalui penguraian linguistis, Santo Hieronimus menerjemahkan “ἐπιούσιον” (epiousios) dalam Doa Bapa Kami sebagai “supersubstantialem” pada Injil Matius, dan karenanya Alkitab Douay-Rheims menuliskan supersubstantial bread (“roti yang melampaui substansinya”). Namun, pada Injil Lukas, ia menggunakan kata “cotidianum” (“sehari-hari”), dan diikuti oleh kebanyakan versi Alkitab berbahasa Inggris dengan menuliskan daily bread (“roti harian”).

Sementara dalam Alkitab LAI Terjemahan Baru tertulis “makanan … yang secukupnya” dan Doa Bapa Kami versi Katolik di Indonesia menggunakan ungkapan “rezeki pada hari ini”. “Setiap hari Sabat [roti itu harus diatur demikian] di hadapan TUHAN; itulah dari pihak orang Israel suatu kewajiban perjanjian untuk selama-lamanya.” (Imamat 24:5-9) Sejak zaman Origenes, sejumlah teolog telah melihat “roti sajian” itu sebagai pratanda Ekaristi yang dideskripsikan dalam Lukas 22:19. Keyakinan tersebut berkenaan dengan apa yang berubah (yaitu substansi roti dan anggur), bukan bagaimana perubahan itu terjadi. Kendati tampilannya, yang disebut dengan istilah filosofis aksiden, dapat dicerna oleh pancaindra, substansinya tidak. Dalam Perjamuan Malam Terakhir Yesus mengatakan: “Inilah tubuh-Ku”, apa yang Ia pegang di tangan-Nya memiliki keseluruhan tampilan roti.

Karena alasan ini maka dilakukan penyimpanan elemen-elemen yang telah dikonsekrasi, umumnya dalam sebuah tabernakel gereja, untuk pemberian Komuni Kudus kepada orang sakit dan menghadapi ajal, serta juga untuk tujuan sekunder, namun masih sangat dianjurkan, yaitu memuja Kristus yang hadir dalam Ekaristi. Beberapa orang mengemukakan gagasan bahwa transubstansiasi merupakan suatu konsep yang hanya dapat dipahami dalam konteks filsafat Aristotelian.

Namun, penggunaan yang paling awal diketahui atas istilah “transubstansiasi” untuk mendeskripsikan perubahan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus yaitu oleh Hildebertus dari Lavardin, Uskup Agung Tours (wafat tahun 1133) pada sekitar tahun 1079, jauh sebelum kalangan Barat Latin, khususnya di bawah pengaruh St. Thomas Aquinas (ca. (Universitas Paris baru didirikan antara tahun 1150-1170) Istilah “substansi” (substantia) sebagai realitas atau kenyataan dari sesuatu digunakan sejak abad-abad awal Kekristenan Latin, misalnya ketika mereka menyatakan bahwa Putra memiliki “substansi” yang sama (consubstantialis) seperti Bapa. Imam Katolik Roma di Sisilia membagikan Ekaristi kepada seorang anak saat Komuni Kudus pertamanya. “Dengan alasan Tahbisan suci mereka, para pelayan biasa Komuni Kudus adalah Uskup, Imam, dan Diakon, yang memilikinya untuk melayankan Komuni Kudus kepada para anggota awam dari umat beriman Kristus pada saat perayaan Misa.

“Para pelayan luar biasa Komuni Kudus” tidak untuk disebut “para pelayan Ekaristi”, sekalipun yang luar biasa,[27] karena sebutan demikian akan menyiratkan bahwa mereka juga, entah bagaimana caranya, mentransubstansiasikan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. “[28] “Hanya bila ada suatu kebutuhan para pelayan luar biasa dapat membantu Imam selebran sesuai dengan norma hukum. Salah satu aturan bagi umat Katolik yang menjadi anggota Gereja Latin menyebutkan: “Seseorang yang akan menerima Ekaristi Mahakudus harus berpantang dari segala macam makanan dan minuman, kecuali air semata dan obat-obatan, sekurang-kurangnya satu jam sebelum komuni kudus.

Tetapi, Ekaristi Mahakudus dapat diberikan kepada anak-anak dalam bahaya maut apabila mereka mampu membedakan Tubuh Kristus dari makanan biasa dan menerima komuni dengan hormat” (KHK 1983, Kan.

Dalam Gereja Katolik Timur, Ekaristi dilayankan kepada para bayi segera setelah mereka menerima Sakramen Baptis dan Penguatan (Krismasi). “Komuni Kudus memiliki bentuk yang lebih penuh sebagai suatu tanda apabila disambut dalam dua rupa.

“Uskup Diosesan juga diberikan wewenang untuk mengizinkan Komuni dua rupa kapan saja dipandang tepat kepada Imam yang kepadanya dipercayakan suatu komunitas sebagai gembalanya. Sejak abad ke-20 akhir, banyak Konferensi Episkopal yang mengizinkan komunikan (sesuai pertimbangan yang bijaksana dari masing-masing pribadi) menerima Hosti di tangan, kecuali ketika Komuni diberikan dengan cara intinksi (mencelupkan sebagian Hosti dalam Piala sebelum menerimakannya).

Para pelayan Katolik menerimakan Sakramen Tobat, Ekaristi, dan Pengurapan Orang Sakit secara licit kepada anggota-anggota dari Gereja-Gereja Timur yang tidak berada dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katolik apabila mereka memintanya atas kemauan sendiri dan memiliki disposisi yang layak. [47][49] Dilakukan juga suatu pengumpulan materiil untuk membantu para janda dan anak yatim serta mereka yang membutuhkan karena berbagai alasan seperti penyakit. Demikian pula, Santo Ambrosius dari Milan membantah keberatan-keberatan terhadap ajaran ini, dengan menulis, “Kamu mungkin dapat mengatakan: ‘Rotiku adalah [roti] biasa.’ Ia menggunakannya untuk menanggapi Berengarius dari Tours, yang menyatakan bahwa Ekaristi hanya bermakna simbolis.

Peristiwa tersebut terjadi jauh hari sebelum belahan Barat Latin, khususnya di bawah pengaruh St. Thomas Aquinas (ca. Upaya yang dilakukan oleh beberapa teolog Katolik abad ke-20 untuk menyajikan perubahan Ekaristis sebagai suatu perubahan makna atau signifikansi (transignifikasi, dan bukan transubstansiasi) ditolak oleh Paus Paulus VI pada tahun 1965 dalam surat ensiklik Mysterium fidei. Dalam ensiklik Ecclesia de Eucharistia tertanggal 17 April 2003, Paus Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa segala kewenangan para uskup dan imam utamanya merupakan suatu fungsi dari panggilan mereka untuk merayakan Ekaristi. Devosi ini meliputi sejumlah praktik yang dilakukan pada hari Jumat pertama selama 9 bulan berturut-turut.

Pada hari-hari tersebut, mereka yang mempraktikkan devosi ini menghadiri Misa Kudus dan menerima komuni. [52] Dalam banyak komunitas Katolik dianjurkan praktik meditasi Jam Suci selama Penakhtaan Sakramen Mahakudus setiap hari Jumat Pertama. Bagian tersebut berisi teks-teks khusus untuk perayaan Pembaptisan, Penguatan, Pengurapan Orang Sakit, Tahbisan, dan Perkawinan di dalam Misa, mengecualikan Pengakuan Dosa (Tobat atau Rekonsiliasi) sebagai satu-satunya sakramen yang tidak dirayakan di dalam Perayaan Ekaristi. Terdapat juga teks-teks perayaan Misa untuk Profesi Religius, Pemberkatan Gereja, dan sejumlah ritus lainnya.

Hosti ditakhtakan dalam monstrans , diapit oleh lilin-lilin, dan para putra altar melakukan adorasi sambil berlutut. Penakhtaan Ekaristi adalah praktik menampilkan hosti yang telah dikonsekrasi di atas altar dalam sebuah Monstrans.

Adorasi Ekaristi adalah suatu ungkapan devosi dan penyembahan kepada Kristus, yang diyakini benar-benar hadir. [55] Dari perspektif teologis, adorasi merupakan salah satu bentuk latria, berdasarkan pada ajaran tentang kehadiran Kristus dalam Hosti Terberkati.

[66] Pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus tanggal 2 Juni 1991, Dewan Kepausan untuk Kaum Awam mengeluarkan pedoman khusus yang mengizinkan adorasi abadi di paroki-paroki. Sejak Abad Pertengahan, praktik adorasi Ekaristi di luar perayaan Misa telah digalakkan oleh para paus.

[67] Dalam Ecclesia de Eucharistia, Paus Yohanes Paulus II menyatakan bahwa, “Penyembahan Ekaristi di luar Misa mengandung nilai tak terhingga bagi kehidupan Gereja. … Adalah tanggung jawab para pastor untuk mendorong praktik adorasi Ekaristi dan penakhtaan Sakramen Mahakudus, juga melalui kesaksian pribadi mereka. [69] Paus Benediktus XVI menetapkan agar disediakan lima tempat untuk melakukan adorasi abadi bagi umat awam di kelima distrik Keuskupan Roma.

TATA CARA DAN URUTAN PERAYAAN SAKRAMEN EKARISTI

Sebagai umat Katolik, memahami tata cara sakramen Ekaristi adalah salah satu hal yang harus dipahami. Jadi sebagai umat Allah, pastilah kita dapat menafsirkan makna yang lebih dalam dari sakramen. Untuk perincian lebih lanjut, berikut adalah beberapa tata cara sakramen Ekaristi yang harus kita ketahui. Pembacaan lebih lanjut tentang pemahaman Injil memuat perkataan utama yang akan disampaikan pada hari Raya. Di mana setelah persekutuan yang paling penting adalah makna dari doa Bapa kita dan penerimaan pribadi tubuh Kristus. Demikianlah Jemaat dapat merenungkan arti sebenarnya dari memiliki iman yang percaya kepada Tuhan melalui penebusan.

Jika itu baik secara jasmani maupun rohani, kita siap untuk menerima sakramen dalam Gereja Katolik, tentu saja, hal yang paling penting untuk diketahui di awal adalah apa tata cara yang benar di dalamnya.

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Di negara-negara Baltik dan Skandinavia, ibadah ekaristi Gereja Lutheran juga disebut “Misa”. Istilah Misa berasal dari kata bahasa Latin kuno missa yang secara harfiah berarti pergi berpencar atau diutus. Perayaan Ekaristi dalam Gereja-Gereja Timur, termasuk Gereja-Gereja Timur yang berada dalam persekutuan penuh dengan Tahta Suci Roma menggunakan istilah lain, misalnya “Liturgi Ilahi”, “Qurbana Kudus”, dan “Badarak”.

Denominasi Barat yang tidak berada dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katolik Roma, seperti Kekristenan Calvinis, biasanya lebih suka menggunakan istilah lain (umumnya: Kebaktian).

Dalam TPE Baru Doa Syukur Agung dan doa presidensial lain didoakan oleh Imam dan umat mengikutinya dalam batin (untuk menekankan kekhusyukan dan kesadaran akan Tuhan yang hadir di tengah-tengah mereka), seperti yang dilakukan oleh Gereja Katolik di tempat lain. Dapat juga menggunakan rumusan pujian kepada Yesus dan memohon belas kasih-Nya yang dipadukan dengan Tuhan Kasihanilah Kami.

Dapat juga menggunakan pemercikan air suci sebagai peringatan akan pembaptisan, terutama pada Masa Paskah. Umat yang sadar akan perlunya mengaku dosa berat, tetap tidak bisa mengandalkan absolusi ini untuk pengampunan dosanya.

Persiapan Persembahan Diawali dengan kolekte yang lazimnya hanya diadakan pada Hari Minggu. Kemudian selebran mengangkat piala berisi campuran air dan anggur sambil mengucapkan rumusan “Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Allah semesta alam, sebab dari kemurahan-Mu kami menerima anggur yang kami siapkan ini. Doa Syukur Agung Bagian awal Doa Syukur Agung diucapkan (atau dinyanyikan), umumnya dilakukan oleh selebran, namun ada beberapa bagian yang ditunjukkan untuk diucapkan oleh konselebran. Kisah Institusi mengutip ucapan Yesus pada Perjamuan Terakhir yaitu “Terimalah dan makanlah.

Kalimat “lakukanlah ini untuk mengenangkan Aku” -lah yang menjadi dasar terselenggaranya Perayaan Ekaristi Seusai anamnesis, doa syukur agung dilanjutkan doa dengan ujud khusus melalui perantaraan para santo dan santa bagi umat tertentu, bagi Paus dan uskup setempat Kemudian mengucapkan “Damai Tuhan bersamamu” atau “Damai Tuhan besertamu” yang dijawab dengan “Dan bersama rohmu” atau “Dan sertamu juga” dan dapat diikuti dengan ungkapan, misalnya dengan memberikan salam damai, menjabat tangan orang-orang yang ada di sekitar, atau ungkapan lain yang sesuai Pemecahan Hosti Pemecahan Hosti diiringi seruan lagu Anak Domba Allah atau Agnus Dei. Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuannya” dan umat menjawab “Ya Tuhan, saya tidak pantas Engkau datang pada saya, tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh”, kemudian Imam berkata “Tubuh dan Darah Kristus”, dan ditanggapi oleh umat dengan berkata “Amin”. Ada bentuk berkat sederhana dengan selebran merentangkan tangan ke arah umat dan memberkati dengan tanda salib dengan seruan “Semoga Saudara sekalian diberkati oleh Allah yang mahakuasa: Bapa, Putra dan Roh Kudus” sementara umat membuat tanda salib dan menjawab “Amin” Kemudian Imam mengatakan “Saudara sekalian, Perayaan Ekaristi sudah selesai”, lalu umat berkata “Syukur kepada Allah”.

Inilah perutusan Ekaristis yang berarti kesediaan untuk membagikan hidup kepada sesama.

4 Bagian Tata Perayaan Sakramen Ekaristi Yang Perlu Diketahui

Sebagai umat Katolik, memahami tentnag tata perayaan sakramen ekaristi merupakan salah satu hal yang wajib untuk dipahami. Karena itu memang sudah seharusnya untuk tahu apa saja dan bagaimana jalannya sakramen gereja anglikan ini.

Sehingga sebagai umat Allah, tentunya kita dapat memaknai arti yang lebih dalam dari sakramen tersebut. Selanjutnya dilakukan pembacaan pengertian kitab Injil berisi firman utama yang hendak disampaikan pada perayaan tersebut.

Romo akan membagikan komuni pada mereka yang dianggap sudah memiliki cukup usia untuk memahami pengorbanan tubuh Yesus tersebut. Dimana sesudah komuni yang paling penting yaitu makna doa bapa kami dan mengimani penerimaan tubuh Kristus secara pribadi.

Dengan demikian jemaat dapat merenungi makna yang sebenarnya dari memiliki iman percaya kepada Tuhan melalui penebusan. Di bagian akhir cara beribadah agama katolik ini, biasanya didahului dengan pengumuman dari pihak gereja.

Iman Katolik …..Media Informasi dan Sarana Katekese

kanon: contoh masukan no kanon: 34,479,898-906 KITAB SUCI + Deuterokanonika Kejadian Keluaran Imamat Bilangan Ulangan Yosua Hakim-Hakim Rut 1 Samuel 2 Samuel 1 Raja-Raja 2 Raja-Raja 1 Tawarikh 2 Tawarikh Ezra Nehemia Tobit Yudit Ester Ayub Mazmur Amsal Pengkhotbah Kidung Agung Kebijaksanaan Sirakh Yesaya Yeremia Ratapan Barukh Yehezkiel Daniel Hosea Yoel Amos Obaja Yunus Mikha Nahum Habakuk Zefanya Hagai Zakharia Maleakhi 1 Makabe 2 Makabe Matius Markus Lukas Yohanes Kisah Para Rasul Roma 1 Korintus 2 Korintus Galatia Efesus Filipi Kolose 1 Tesalonika 2 Tesalonika 1 Timotius 2 Timotius Titus Filemon Ibrani Yakobus 1 Petrus 2 Petrus 1 Yohanes 2 Yohanes 3 Yohanes Yudas Wahyu : – Pilih kitab kitab, masukan bab, dan nomor ayat yang dituju Katekismus Gereja Katolik No.

√ 4 Tata Perayaan Sakramen Ekaristi yang Dilakukan

Dalam pandangan beberapa kitab Perjanjian Baru, sakramen ekaristi juga dilembagakan oleh Yesus Kristus pada Perjamuan Malam Terakhir. Bagi yang belum mengetahuinya, pada kesempatan ini kami akan menjelaskan kepada Anda tata cara perayaan sakramen ekaristi dalam Katolik. Tanpa banyak basa basi lagi, mari kita langsung saja simak pembahasan lengkap tentang cara perayaan sakramen ekaristi.

Tujuan pembukaan perayaan sakramen ekaristi yaitu untuk lebih dulu mengumpulkan umat dalam satu kesatuan.

Sesuai pernyataan dalam Alkitab berikut yang meneguhkan pentingnya mewadahi perayaan sakramen ekaristi pada satu kesatuan. Pembukaan ini terdiri dari perarakan iman dan pelayanan yang masuk menuju gereja, penghormatan altar, melakukan tanda salib, pemberian salam, pengantar, doa, serta ucapan pertobatan.

Setelah itu ada upacara, kemudian dilanjut dengan homili serta pembacaan doa aku percaya. Paa waktu itu romo akan membagikan komuni kepada mereka yang sudah dianggap memenuhi syarat menerima sakramen ekaristi utnuk memahami pengorbanan Yesus.

Jemaat bisa merenungi makna yang sebenarnya dari memiliki iman percaya kepada Tuhan melalui penebusan.

Cara Menyambut Komuni di Gereja Katolik

Langkah ini harus dilakukan sebelum menerima Komuni Pertama agar Anda diterima secara resmi oleh gereja Katolik.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.