Press "Enter" to skip to content

Simbol Sakramen Ekaristi

Siapa yang mau mati di dunia ini ​ Apakah masalah kulit wajah seperti bruntusan, jerawatan, wajah kusam bisa teratasi/dihilangkan dengan memakai “MS Glow Facial Wash” ?terima kasih untu … k jawabannya :)​

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

[1] Pertemuan umat dengan Allah dalam perayaan liturgi tidak bisa lepas dari simbol dan tanda. [2] Agama mistik mengatakan bahwa manusia tidak dapat membayangkan dan menggambarkan Allah, kecuali dengan memanfaatkan simbol.

[1] Dapat juga dikatakan bahwa simbol adalah tanda indrawi, barang atau tindakan, yang menyatakan realita lain di luar dirinya.

[3] Simbol memiliki lingkup makna dan kandungan isi yang amat luas, karena itu merupakan sarana ulung untuk mengungkapkan sesuatu tentang Tuhan.

[2] Simbol juga berfungsi sebagai alah satu bentuk komunikasi antara Allah dan sesama. Masa lalu yang ingin dihadirkan kembali pada saat ini secara simbolis antara lain:[2] [1] Hal ini dikarenakan manusia dapat mengungkapkan dan melaksanakan dirinya dalam bentuk simbol. [1] Caranya dapat berupa kegiatan indrawi maupun melalui gerakan dan bahasa tubuh.

[1] Kegiatan indrawi yang dimaksud misalkan mendengarkan, melihat, menyentuh, merasakan dan mencium. [2] Di dalam gereja, patung salib, mimbar, altar dan gambar-gambar para kudus adalah simbol kehadiran peristiwa Kristus. [2] Benda-benda tersebut bukan hanya sebagai hiasan tetapi juga mengandung arti dan dapat membangkitkan emosi. [2] Selain itu benda-benda lain seperti Roti dan Anggur, Air, Minyak, Garam juga digunakan sebagai simbol liturgis.

[1] Warna-warna yang biasanya dipakai antara lain warna putih, kuning, merah, hijau, ungu, dan hitam. Roti dan Anggur, Air, Minyak, Garam merupakan contoh simbol liturgis dari benda alamiah. [1] Selain itu juga warna putih dapat melambangkan sebuah kesempurnaan, kejayaan dan kemuliaan abadi.

[1] Selain itu juga dapat menyimbolkan Roh Kudus, cinta kasih, pengorbanan dan kekuatan. [1] Di dalam tradisi Romawi kuno, warna merah digunakan sebagai simbol kekuasaan tertinggi yaitu kaisar. [1] Warna merah biasanya digunakan ada saat hari raya Jumat Agung, Pentakosta, Minggu Palma. [1] Pada masa-masa itu manusia dapat menghayati hidupnya dengan penuh ketenangan terhadap karya-karya Tuhan. Warna ungu merupakan simbol bagi kebijaksanaan, keseimbangan, sikap berhati-hati dan mawas diri.

SIMBOLISME LITURGI EKARISTI DALAM GEREJA KATOLIK

kanon: contoh masukan no kanon: 34,479,898-906 KITAB SUCI + Deuterokanonika Kejadian Keluaran Imamat Bilangan Ulangan Yosua Hakim-Hakim Rut 1 Samuel 2 Samuel 1 Raja-Raja 2 Raja-Raja 1 Tawarikh 2 Tawarikh Ezra Nehemia Tobit Yudit Ester Ayub Mazmur Amsal Pengkhotbah Kidung Agung Kebijaksanaan Sirakh Yesaya Yeremia Ratapan Barukh Yehezkiel Daniel Hosea Yoel Amos Obaja Yunus Mikha Nahum Habakuk Zefanya Hagai Zakharia Maleakhi 1 Makabe 2 Makabe Matius Markus Lukas Yohanes Kisah Para Rasul Roma 1 Korintus 2 Korintus Galatia Efesus Filipi Kolose 1 Tesalonika 2 Tesalonika 1 Timotius 2 Timotius Titus Filemon Ibrani Yakobus 1 Petrus 2 Petrus 1 Yohanes 2 Yohanes 3 Yohanes Yudas Wahyu : – Pilih kitab kitab, masukan bab, dan nomor ayat yang dituju Katekismus Gereja Katolik No. PENDAHULUAN Sebuah objek menurut pendekatan semiotik Pierce, dibedakan ke dalam tiga jenis tanda, yakni indeks, ikon, dan simbol. Disebut indeks, jika obyek mempunyai kaitan langsung antara penanda dan makna (ada hubungan sebab-akibat). Dan untuk membaca sebuah artefak hasil budaya agama tertentu, Alex Sobur (2004:154) menjelaskan simbol-simbol keagamaan didasarkan pada suatu hubungan intrinsik antara tanda dan obyek yang diacu oleh tanda itu, baik dalam bentuk metonimi (meta [transfer]-anoma [nama]) maupun metafora (meta [transfer, melewati, melebihi], phor [menghasilkan, memuat]).

Ibadah dalam agama katolik merupakan kumpulan orang yang dipanggil dan dimiliki oleh Tuhan. Sifat gereja yang “Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik”, menunjukkan adanya kesatuan relasi antar anggota (interaksionisme simbolik), kesatuan iman dalam satu ikatan persatuan melalui pengakuan iman, sakramen, ibadah, liturgi dan kepemimpinan gereja.

Kesatuan ini bukan keseragaman yang dipaksakan atau tidak mengindahkan kebebasan wajar gereja-gereja partikular (keuskupan). Sedangkan gereja sebagai “Apostolik”, menuntut pewartaan dalam bahasa yang mudah dimengerti manusia abad 20 ini (Ardhi, 1993:20).

Upacara ini terutama untuk memahami sesuatu yang diperankan oleh agama dalam kehidupan masyarakat. Transformasi bisa berupa perubahan bentuk (shape), rupa (appearance), kualitas (quality), atau pembawaan (nature); dengan tujuan agar umat yang mengikuti ibadah terpesona oleh lagu, doa, lambang/hiasan, upacara; karena kesemuanya dapat dimengerti; karena kesemuanya bagus menurut penilaian yang dipakai dalam hidup kebudayaan setempat (Prier, 1999 ; 13). Didalamnya terdapat pembentukan simbol-simbol ekspresif yang disesuaikan dengan kebudayaannya, tidak mengurangi/menyimpang kaidah-kaidah gerejani, dan justru dapat menambah semangat kesadaran religiusitas umatnya. Suatu sistem dapat mempunyai makna bila terdapat kecocokan pada paradigma yang digunakan (Ekomadyo, 2004:110).

Susunan liturgi tersebut dilakukan berurutan dengan pimpinan Imam yang melibatkan partisipasi aktif seluruh umat. Hal ini sesuai dengan pendapat Soren Kierkegaard (dalam Herusatoto, 2001: 13-14), yang menyatakan bahwa hidup manusia mengalami tiga tingkatan, yaitu estetis, etis dan religius.

Dengan kehidupan estetis manusia mampu menangkap dunia, kemudian menuangkannya kembali dalam karya-karya seni.

Tindakan religius tersebut merupakan ungkapan atau ekspresi manusia dalam perjumpaan dengan Tuhannya, yang didalamnya terdapat berbagai unsur ritual dan emosional (Hayon, 1986:55-56), dimana sifat keseluruhan dari manusia yang melakukan ibadah dilibatkan dalam pembentukan simbol ekspresif (seni). Jadi simbol liturgi bukanlah dalam arti kosong yang hanya memberi informasi saja sebagaimana tanda-tanda. Simbol liturgi merupakan simbol yang melaksanakan dan bahkan menghadirkan secara efektif apa yang disimbolkan (bahasa, cara mendaraskan ayat-ayat Kitab Suci, sikap badan bila berdoa, bentuk dan dekorasi tempat ibadah, merupakan ungkapan pengalaman religius yang menggunakan lambang-lambang), tidak hanya berdimensi horisontal-imanen, melainkan pula bermatra transenden, horisontal-vertikal; simbol bermatra metafisik (Daeng, 2000:82). Jadi meskipun benda mati, sebuah bangunan gereja tetap berjiwa karena hasil sentuhan manusia. Menurut Arnold Toynbee (dalam Dillistone, 2002:19) simbol sebagai ‘model’ harus disederhanakan dan dipertajam sehingga menjadi seperti sesuatu yang mirip peta-sketsa dari sebuah realitas yang hendak diwakili oleh simbol sebagai pemandu, sehingga kepekaan terhadap lambang-lambang merupakan syarat agar manusia sepenuhnya dapat merasakan pengalaman religius.

Dick Hartoko (1984:52) mengatakan, bahwa pengalaman estetik menyebabkan kita dapat menerobos kulit gejala-gejala lahiriah dan menangkap maksud yang tersembunyi di belakang gejala-gejala itu, yang membawa kita pada pengalaman religius sehingga setiap propan dapat menjadi sakral.

Secara simbolisme, tata ruang harus mampu membawa umat kepada realitas Ilahi dan martabat agung dari apa yang dirayakan dalam liturgi.

Keberadaan pemimpin liturgi dalam pembagian ruang gereja katolik Fransiskus Xaverius Kidulloji yakni di depan dengan altar (apse) sebagai pusat tempat perayaan liturgi ekaristi, sedangkan pembagian ruang untuk umat yang disebut nave mengarah pada altar utama, dengan pertimbangan prinsip tata ruang yang memperhatikan aneka fungsi dan aktivitas yang memungkinkan partisipasi aktif seluruh umat. Secara keseluruhan elemen pembentuk ruang (lantai, dinding, dan plafon) banyak menerapkan bentuk-bentuk geometris simetris.

Bentuk geometris simetris merupakan perlambang dari kesempurnaan atau keagungan Tuhan dalam menciptakan hubungan keseimbangan dengan umatNya. Pada dinding ini juga terdapat salib yang besar, dominan, dan penempatannya sangat sentral. Di bawah salib terdapat tabernakel berwarna kuning emas, untuk menyimpan Sakramen Maha Kudus, memiliki makna kemah atau tenda suci. Di area ini diletakkan bejana air suci, mengambil konsep dari perjanjian lama yakni sebelum masuk bait Allah harus menyucikan diri. Devosi kepada salib ditujukan untuk mengingatkan umat tentang penyaliban Yesus di bukit Golgota. Perhentian Jalan Salib ini biasanya ditempatkan di sisi area umat (aisle) yaitu pada dinding-dindingnya. Cahaya merupakan lambang rahmat Tuhan yang menembus kefanaan hidup manusia dan meneranginya dengan terang Ilahi. Dalam alam raya objektif matahari adalah simbol pusat, sumber terang dan hidup bagi manusia, sehingga cahaya yang masuk ke dalam ruang ibadah gereja dapat diartikan sebagai simbol kehadiran Kristus sebagai terang dunia, menghalau kegelapan di dunia, menyiratkan harapan dan kebangkitan.

Altar utama merupakan pusat seluruh gedung gereja, berupa meja besar untuk mengadakan upacara ekaristi dan kegiatan liturgi lainnya.

Di atasnya terdapat buku liturgi, roti dan anggur (bila diadakan ekaristi), salib, lilin, kadang-kadang karangan bunga. (Foto : Dokumentasi penulis, 2006) Selain hal-hal tersebut di atas, warna juga berperan untuk mendukung fungsi-fungsi liturgisnya. Warna ini memberi efek menenangkan dan merohanikan (Neufert, 1996:33), sehingga umat dapat beribadah dengan kidmat.

Kanan : stilasi pola struktur salib Yunani (semua sisi sama panjang) sebagai elemen dekoratif pada kursi umat. Dalam hal ini, bangunan gereja Katolik sebagai rumah Tuhan merupakan bangunan sakral yang memuat pengalaman estetik, memuat tanda dan lambang alam surgawi yang mencerminkan misteri Allah dan sifat keagungan Tuhan.

Ekomadyo, Agus Suharjono, 2004, Naskah Jawa-Arsitektur Jawa : Pendekatan Semiotika Dalam Kajian Terhadap Arsitektur Di Indonesia, Wastu Lanas Grafika, Surabaya.

Sumandiyo, Y., Mei 1999, Pembentukan Simbol Ekspresif Dalam Upacara Liturgi Ekaristi Berlatar Budaya Jawa, Jurnal SENI, VI/04, ISI, Yogyakarta.

PERPUSTAKAAN STFT WIDYA SASANA

Ekspresi tindakan Kristus tersebut diwujudkan dalam tubuh Gereja secara simbolis. Dengan ini hendak mengatakan bahwa makna dan nilai Sakramen Ekaristi tidak berhenti hanya pada ritualitas rutin dalam Misa, tetapi merupakan momen perjumpaan dengan Kristus yang hadir secara real dalam rupa roti dan anggur Ekaristi. Pemahaman akan makna simbolis Ekaristi menjadi suatu kebutuhan yang menggugah rasa religiusitas Gereja, sebagai tubuh Kristus.

Gereja Katolik secara khusus menegaskan bahwa Ekaristi menjadi satu-satunya Sakramen yang menyebrangkan manusia untuk mengalami keseluruhan peristiwa Yesus Kristus yang terus-menerus dirayakan oleh Gereja sebagai suatu kenyataan real.

Dalam arti demikian, roti dan anggur tidak sekedar material belaka, tetapi lebih merupakan ekspresi real dari unsur ilahi. Sifat melekat inilah yang di dalamnya Kristus Yesus mengekspresikan narasi kehidupan-Nya dalam bahasa simbolis manusiawi.

5 Simbol Pengurapan Orang Sakit dan Maknanya

Selain itu, minyak urapan juga dapat digunakan untuk acara-acara tertentu, seperti pelantikan imam, raja, dan nabi. Oleh karena itu, jaman dahulu orang biasa dilarang untuk menggunakan minyak urapan, apalagi membuatnya demi kepentingan pribadi. Sedangkan untuk perjanjian baru, minyak urapan hanya disebutkan empat kali dan masing-masing memiliki tujuan yang berbeda-beda. Salah satu dasar Alkitab penggunaan minyak dalam sakramen pengurapan orang sakit yaitu terdapat pada Yakobus 5:14 yang mengatakan, “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.” Beberapa ajaran mengatakan bahwa dengan membuat tanda salib secara tidak sadar mereka disucikan oleh Allah. Namun secara umum, penggunaan tanda salib memiliki makna yaitu untuk mengingatkan kita akan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

Pada abad kedua, banyak sekali umat Kristiani yang dianiaya dan dibunuh oleh orang Romawi. Pada suatu malam, Sang Jenderal bermimpi, apabila ia ingin menang melawan Maxentinu di kota Roma, maka dia harus menandai seluruh pedangnya dengan tanda salib.

Dengan mengurapi tangan, si sakit diingatkan supaya senantiasa melakukan segala aktivitasnya untuk kepentingan dan kehendak-Nya. Selain itu, menumpangkan tangan pada si sakit juga dirasa dapat memberikan kenyamanan, menunjukkan kepedulian dan perhatian.

4 Simbol Sakramen Krisma yang Wajib Umat Kristiani Ketahui

Pada peristiwa Pentakosta, orang-orang yang mengikut Yesus menerima Roh Kudus sehingga mampu memberitakan Injil dalam berbagai-bagai bahasa. Tentu kita ingat bahwa memberitakan Injil merupakan tugas bagi para murid Yesus.

Tugas ini diberikan sebagai amanat agung yang dapat kita baca pada Matius 28:19-20. Amanat agung ini diberikan setelah Yesus mati di kayu salib, dikuburkan, lalu bangkit kembali.

Salah satu simbol sakramen krisma yang sangat paling kita kenal adalah minyak. Roh Kudus yang akan selalu mendukung serta menguatkan kita berjalan sesuai kehendak Allah.

Simbol ini juga dapat dipakai untuk memberikan ilustrasi agar setiap orang Katolik sungguh mengerti makna pemberian sakramen Krisma. Allah pun telah berkomitmen bahwa keselamatan yang sudah diberikan tidak akan ditarik kembali. Kejadian Pentakosta kurang lebih serupa dengan apa yang terjadi pada sakramen Krisma. Penerima sakramen Krisma menjadi orang yang mengikut Kristus dan menerima berkat Roh Kudus. Oleh karena itu, api kemudian menjadi salah satu simbol sakramen Krisma. Makna ini bukan hanya sekedar dibuat-buat supaya sakramen Krisma terlihat begitu agung.

Bukan hanya pada prosesi sakramen Krisma, tetapi dalam sepanjang kehidupan kita sebagai orang Katolik. Kita harus berkomitmen untuk terus memiliki relasi yang baik dengan Roh Kudus.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.