Press "Enter" to skip to content

Sakramen Tobat Puji Syukur

Dosa dilakukan secara sadar, dengan sengaja (diinginkan), dan dalam keadaan bebas, akan berakibat merugikan orang lain dan drinya sendiri serta merusak hubungan dengan Tuhan. Akibat dosa, manusia kehilangan rahmat Allah yang pernah ia terima dalam sakramen baptis. Jika seseorang bertobat maka, ia pun berdamai kembali dengan Allah, Gereja, dan sesama.

(Pada waktu Imam memberikan absolusi, Anda harus membuat tanda salib, mengucapkan kata terima kasih, lalu keluar dari kamar pengakuan.

Saudara-saudari terkasih dalam Yesus Tuhan, Kita berkumpul di sini untuk bersama-sama melaksanakan Ibadat Tobat dalam rangka mempersiapkan diri untuk menerima Sakramen Tobat secara pribadi menjelang……….. Saudara-saudari terkasih dalam Kristus Yesus, sampai sekarang ini sering menjadi persoalan dikalangan umat adalah mengapa harus ada penerimaan Sakramen Tobat secara pribadi (kita kenal dengan istilah pengakuan dosa) dihadapan Imam.

Yesus sendiri bersabda, “Akan ada sukacita besar di Surga karena satu orang berdosa yang bertobat.” (Luk 15:7). Perdamaian ini merupakan peristiwa suka-cita yang membawa penyegaran dan hidup baru, karena itu Allah sendiri mendamaikan orang berdosa dengan diri-Nya (2 Kor 5:18).

Selain itu, menerima Sakramen Tobat dihadapan Imam adalah merupakan salah satu kebiasaan atau tradisi kita orang Katolik.

Penerimaaan Sakramen Tobat pribadi menjadi suatu kebiasaan atau tradisi karena dalam perjalanan sejarahnya, tradisi Sakramen Tobat ini telah mampu melestarikan, menopang, meneguhkan, membentuk dan membangun kehidupan dan kesatuan umat. Sekarang, banyak orang mulai meragukan pengakuan dihadapan Imam, justru kita ditantang untuk mengamalkan, menyegarkan, dan kemudian mewariskan tradisi penerimaan Sakramen Tobat pribadi ini kepada generasi yang akan datang. Pemeriksaan batin adalah langkah awal untuk menuju ke pertobatan karena lewat pemeriksaan batin ini kita dibantu untuk jujur dihadapan Allah, menyadari dan mengakui kekurangan yang tidak dapat kita tutupi.

Pemeriksaan batin dapat membantu kita semakin sadar akan kebaikan Allah dan membangkitkan penyesalan yang tulus atas dosa. Karena iman kita mengerti bahwa alam semesta diciptakan oleh Allah (Ibr 11:1-3)

Sungguhkah aku menomorsatukan Allah dengan sungguh terlibat dalam kehidupan jemaat dikomunitasku dan di Paroki ku?—-hening sejenak—

Sungguhkah aku menomorsatukan Allah dengan sungguh terlibat dalam masyarakat untuk menjadi garam dan terang dunia?—-hening sejenak—

Sungguhkah aku menomorsatukan Allah dengan sungguh menjaga dan memelihara hidup doa harianku baik secara pribadi maupun dalam kebersamaan didalam keluarga?—-hening sejenak— Bagaimana dengan tanggung jawabku atas perintah utama Yesus yakni kasih terhadap sesama? Yesus mengajarkan bahwa kelak Ia akan kembali sebagai Raja dan Hakim untuk semua insan. Pada waktu itu yang menjadi syarat kita dapat diterima oleh Yesus dalam hidup abadi adalah karya amal kasih.

Bagaimana dengan perintah utama Yesus yakni kasih terhadap pasangan hidup kita? Allah menyatukan ikatan cinta mereka dalam sakramen perkawinan yang Kudus.

Sehingga dalam satu keluarga tercipta hubungan kasih yang harmonis dan saling menghormati. Sungguhkah aku mengasihi suami atau istriku dengan segenap cinta dan pergorbanan yang tulus?—-hening sejenak—

Sungguhkah aku tetap menjaga ikatan cinta yang terjalin dalam kehidupan berumahtangga selama ini?—-hening sejenak— Sungguhkah aku mengasihi dan menyayangi suami atau istriku dengan tidak menyakiti perasaannya, tidak mengeluarkan kata-kata makian, dan menyelesaikan masalah rumah tangga dengan kepala dingin atau malah lari meninggalkan rumah untuk duduk di warung atau ngobrol di rumah tetangga,?—-hening sejenak—

Sungguhkah aku menjadikan keluargaku menjadi keluarga yang kudus dengan menyediakan waktu untuk bersama membaca Kitab Suci, berdoa bersama dengan rutin, doa rosario secara berkala, berkumpul dalam doa komunitas, dan menghadiri misa disetiap minggunya?—-hening sejenak—

Bagaimana tanggung-jawab ku dengan perintah utama Yesus untuk tidak menghalangi mereka mendatangi-Nya? Sungguhkah aku mengajarkan kepada anak-anakku tentang Allah pencipta alam semesta dan segala kebaikan yang ada pada-Nya?—-hening sejenak– Sungguhkah aku mau menjadi anak yang berbakti dengan menaati perintah orangtuaku?—-hening sejenak—

Sungguhkah aku mau jadi anak yang pintar dengan menyelesaikan tugas-tugasku disekolah?—-hening sejenak— F : Saudara-saudari terkasih dalam Yesus Kristus, saat ini Allah Yang Mahakasih dengan tangan terbuka menunggu pertobatan kita.

Allah Bapa Yang Maharahim, Engkau tidak menghendaki kematian orang berdosa. Terimakasih ya Allah, atas pengampunan yang Kau berikan kepada kami. Semoga sukacita pengampunan ini mendorong kami selalu hidup rukun dan damai dengan seluruh umat-Mu.

Tata cara pengakuan dosa di puji syukur

Artikel ini dapat membantu Anda menyiapkan diri dan melakukan pengakuan dosa dengan baik. Dasar dari pertobatan dan pengakuan dosa adalah perasaan benar-benar menyesal — doa tobat. Karena inilah Anda harus menunjukkan kesedihan, dan penyesalan sungguh-sungguh sangat penting untuk melakukan pengakuan dosa dengan baik. Apakah aku melakukan pengakuan dosa secara tulus dan lengkap saat itu?

Ayat yang bagus untuk memulai yaitu 10 Perintah Allah di Keluaran 20:1-17 atau Ulangan 5:6-21. Ketika tiba giliran Anda, pilihlah antara pengakuan dosa tatap muka atau secara anonim (dengan partisi).

Jika Anda memilih pengakuan dosa secara anonim, berlututlah di depan tirai atau partisi yang memisahkan Anda dengan Romo dan Romo akan memulai sakramen pengakuan dosa. Romo telah bersumpah untuk tidak pernah menceritakan pengakuan dosa dalam situasi apa pun — bahkan di bawah ancaman kematian. Ada beberapa versi pengakuan dosa, tapi yang paling umum adalah Ritus Gereja Katolik Roma.

Ritus Gereja Katolik Roma: Buat tanda salib sambil berkata, “Berkatilah saya, Romo, karena saya telah berdosa”, kemudian katakan sudah berapa lama sejak pengakuan dosa Anda yang terakhir. Ritus Gereja Katolik Byzantium: Berlututlah menghadap Salib Kristus, Romo akan duduk di samping Anda. Romo akan memberikan nasehat tentang bagaimana Anda dapat menghindari melakukan dosa lagi di masa depan.

Jika Anda tidak dapat membentuk kata-kata untuk doa ini, tulislah terlebih dulu atau mintalah bantuan Romo. Pada akhir pengakuan dosa, Romo akan memberikan penitensi (yang harus dilakukan sesegera mungkin). Pada akhir absolusi, Romo akan berkata, “Dengan kuasa Gereja, aku mengampuni dosa-dosamu dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus.” [1] Jika Romo membuat tanda salib, Anda juga membuat tanda salib. Romo kemudian akan mempersilakan Anda keluar dengan kata-kata seperti, “Pergilah dalam damai untuk mengasihi dan melayani Tuhan.” Jawablah dengan “Syukur kepada Allah”, berikan senyuman kepada Romo, dan keluarlah dari ruang pengakuan dosa. Jika Romo memberikan penitensi berupa beberapa doa yang harus Anda doakan, berdoalah dengan tenang dan khusyuk. Berbahagialah karena Anda diampuni dan hiduplah sesuai dengan kehendak Tuhan untuk meminimalkan kebutuhan pengakuan dosa. Ini berarti: Jelas: Jangan menggunakan “eufemisme” (bahasa halus yang membuat sesuatu terdengar lebih baik) — sebutlah dosa dengan sebutan yang sebenarnya dan jangan mengambil banyak waktu untuk mengucapkannya. Terkadang melakukan penitensi tambahan dan berusaha menebus dosa merupakan cara yang bagus untuk menunjukkan kepada Tuhan bahwa kita menyesal karena telah tidak setia kepada-Nya dengan berbuat dosa.

Kemungkinan besar Romo sudah pernah mendengar pengakuan yang mirip dengan pengakuan Anda, dan karena itu Romo kemungkinan dapat memberikan saran yang bagus agar Anda dapat menghindari dosa di masa depan. Itu berarti, tidak ada seorang pun, bahkan Paus, yang dapat meminta Romo mengulangi perkataan Anda. Ingatlah tujuan sakramen ini: Pendosa mencari pengampunan untuk berbaikan kembali dengan Tuhan dan Gereja-Nya. Perasaan lega yang didapat setelah melakukan pengakuan dosa adalah efek wajar dari persatuan kembali dengan Tuhan dan Gereja-Nya.

Namun, batasan ini tidak berlaku di situas-situasi mendesak (misalnya, seorang Kristen non-Katolik yang menjelang ajal). Daftar kategori: Filsafat dan Agama Halaman ini telah diakses sebanyak 283.017 kali.

Sakramen Tobat (Gereja Katolik)

Vatikan II, Lumen Gentium 11 § 2; KGK 1422)[1] Dengan menerima Sakramen Rekonsiliasi, peniten (sebutan bagi yang melakukan pengakuan, tetapi maknanya tidak sebatas dalam hal ini saja) dapat memperoleh pengampunan atas dosa-dosa yang diperbuat setelah Pembaptisan; karena Sakramen Baptis tidak membebaskan seseorang dari kecenderungan berbuat dosa. Di antara seluruh tindakan peniten, penyesalan (bahasa Inggris: contrition) adalah tahapan pertama. Dipandang dari sisi manusiawi, pengakuan atau penyampaian dosa-dosanya sendiri akan membebaskan seseorang dan merintis perdamaiannya dengan orang lain.

Pengakuan di hadapan seorang imam merupakan bagian penting dalam Sakramen Pengakuan Dosa sebagaimana disampaikan dalam Konsili Trente (DS 1680): “Dalam Pengakuan para peniten harus menyampaikan semua dosa berat yang mereka sadari setelah pemeriksaan diri secara saksama, termasuk juga dosa-dosa yang paling rahasia dan telah dilakukan melawan dua perintah terakhir dari Sepuluh Perintah Allah (Keluaran 20:17, Ulangan 5:21, Matius 5:28); terkadang dosa-dosa tersebut melukai jiwa lebih berat dan karena itu lebih berbahaya daripada dosa-dosa yang dilakukan secara terbuka.

Setelah seorang peniten melakukan bagiannya dengan menyesali dan mengakukan dosa-dosanya, maka kemudian giliran Allah melalui Putera-Nya (Yesus Kristus) memberikan pendamaian berupa pengampunan dosa (atau absolusi). [1] Sehingga dalam pelayanan sakramen ini, seorang imam mempergunakan kuasa imamat yang dimilikinya dan ia bertindak atas nama Kristus (In persona Christi).

Rumusan absolusi yang diucapkan seorang imam dalam Gereja Latin menggambarkan unsur-unsur penting dalam sakramen ini, yaitu belas kasih Bapa yang adalah sumber segala pengampunan; kalimat intinya: “… Saya melepaskanmu dari dosa-dosamu …”. Dalam Summa Theologia, Santo Thomas Aquinas mengatakan bahwa rumusan absolusi tersebut adalah berdasarkan kata-kata Yesus kepada Santo Petrus (Matius 16:19) dan hanya digunakan dalam absolusi sakramental –yaitu pengakuan secara pribadi di hadapan seorang imam.

Menurut KGK 1459, kebanyakan dosa-dosa yang diperbuat seseorang menyebabkan kerugian bagi orang lain. Setelah pendosa diampuni dari dosanya, ia harus memulihkan kesehatan spiritualnya dengan melakukan sesuatu yang lebih untuk menebus kesalahannya; pendosa yang telah diampuni tersebut harus “melakukan silih”, atau biasa disebut penitensi. Penitensi tersebut dapat terdiri dari doa, derma, karya amal, pelayanan terhadap sesama, penyangkalan diri yang dilakukan secara sukarela, berbagai bentuk pengorbanan, dan terutama menerima salib yang harus dipikulnya dengan sabar. perdamaian (rekonsiliasi) dengan Gereja dan Allah, di mana peniten memperoleh kembali rahmat yang sebelumnya hilang akibat dosa

[6] Namun ada pengecualian bahwa jika peniten berada dalam bahaya maut (kematian), setiap imam walaupun tanpa kewenangan dapat memberikan absolusi secara sah. Namun biasanya di dalam ruang atau bilik pengakuan disediakan teks panduan mengenai apa yang harus dilakukan peniten, terutama pada suatu pengakuan terjadwal –misalnya pada masa Pra-Paskah dan masa Adven.

Menurut Kanon 844 §2, umat Katolik diperkenankan menerima Sakramen Rekonsiliasi dari pelayan yang bukan dari Gereja Katolik jika membuatnya mendapatkan manfaat rohani yang nyata dan ia berada dalam keadaan mendesak. Setiap umat yang telah mencapai usia yang dianggap mampu untuk membuat pertimbangan dan bertanggung jawab atas tindakannya, diwajibkan untuk dengan setia mengakukan dosa-dosa beratnya melalui Sakramen Rekonsiliasi minimal satu kali dalam setahun.

[8] Perintah kedua dari “Lima perintah Gereja” juga menyebutkan mengenai kewajiban seseorang untuk mengakukan dosa-dosanya minimal sekali setahun untuk menjamin penerimaan Hosti Kudus secara layak dalam Perayaan Ekaristi, yang mana merupakan kelanjutan dari pertobatan dan pengampunan yang telah diterima dalam Pembaptisan. Walaupun tidak diwajibkan, pengakuan atas dosa-dosa ringan yang dilakukan sehari-hari sangat dianjurkan oleh Gereja. Pengakuan dosa-dosa ringan secara teratur membantu seseorang dalam membentuk hati nurani yang baik dan melawan kecenderungan yang jahat; seseorang membiarkan dirinya disembuhkan oleh Kristus dan bertumbuh dalam hidup rohaninya. Kewajiban menyimpan rahasia sakramental juga berlaku pada penerjemah, jika ada, dan semua orang lain yang dengan cara apapun memperoleh pengetahuan mengenai dosa-dosa dari suatu Pengakuan Dosa.

Tata Cara Pengakuan Dosa Umat Katolik

Ada rasa ingin berbagi mengenai indahnya kasih karunia Tuhan. Allah Roh Kudus, tolonglah saya untuk mengingat segala perkataan, perbuatan dan kelalaian yang telah menyakiti orang lain dan yang sudah menyakiti hati Tuhan, dengan melanggar perintah-perintah-MU. Bantulah saya untuk menyesali segala dosa saya dan dapat mengaku dengan baik, demi Kristus Tuhan dan pengantara kami,AMIN Dengarkan Pastor memberi nasihat dan denda dosa (penitensi). aku telah tidak setia kepada Engkau yang maha pengasih memperbaiki hidupku dan tidak akan berbuat dosa lagi.

Allah yang maha murah, ampunilah aku, orang berdosa.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.