Press "Enter" to skip to content

Sakramen Krisma Merupakan Tanda Bahwa Seseorang Telah

karya Silvester Susianto Budi, MSF, sakramen krisma berupaya menguatkan orang yang telah dibaptis untuk menjadi saksi Kristus dan menyebarkan iman dengan perkataan serta perbuatannya.

Konsekuensi Sakramen Krisma Menurut Uskup Rolly

Anda telah menerima ketiga Sakramen Inisiasi secara lengkap yaitu Baptis, Krisma, dan Ekaristi,” katanya. Dengan pengurapan suci umat dikukuhkan menjadi anggota Gereja Kristus secara penuh. “Juga jaminan Yesus sendiri, “Aku besertamu selalu sampai akhir zaman”,” katanya

Syarat Penerimaan Sakramen

Bumi Serpong Damai, Sektor 1.2, Jalan Alamanda Blok V No.1, Rawa Buntu, Tangerang, Rw.

Menuju Kedewasaan Iman di dalam Kristus – katolisitas.org

Selayaknya, kita yang telah dibaptis ingin bertumbuh menjadi lebih dewasa di dalam Kristus. Oleh karena itu sakramen Pembaptisan, Penguatan dan Ekaristi menjadi Sakramen-sakramen Inisiasi Kristen yang kesatuannya harus dipertahankan. Karena pergumulan ini bersifat rohani, maka Allah memberikan kepada kita sumber kekuatan, yaitu karunia yang berasal dari Roh Kudus-Nya sendiri. Kepenuhan Roh inilah yang dijanjikan oleh Kristus kepada para murid-Nya (Yoh 14:15-26). Para Rasul menerima pemenuhan janji rahmat Penguatan dari Roh Kudus tersebut pada hari Pentakosta. Setelah dipenuhi oleh Roh Kudus, para murid menjadi berani untuk mewartakan “perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah” (Kis 2:11).

Curahan Roh Kudus merupakan tanda untuk saat mesianis pada hari-hari terakhir (lih. [4] Rasul Paulus mengajarkan agar sebagai umat beriman, kita perlu bertumbuh, agar tidak terus menjadi manusia duniawi yang puas dengan susu, melainkan juga yang dapat menerima makanan keras (1 Kor 3:2, Ibr 5:12).

Pertumbuhan ini dimungkinkan oleh Roh Kudus yang memberikan kekuatan kepada kita. Pertama, sakramen Penguatan menyebabkan curahan Roh Kudus dalam kelimpahan, seperti yang dialami oleh para Rasul pada hari Pentakosta.

[5] Curahan Roh Kudus dapat menjadikan kita seperti para rasul: yaitu memiliki kasih yang berkobar kepada Kristus dan keinginan memberikan diri untuk ikut serta dalam karya Keselamatan-Nya. Gereja menghendaki agar semua anggotanya disempurnakan oleh Roh Kudus dan dianugerahi dengan kepenuhan Kristus.

[9] Ketiga sakramen, Pembaptisan, Penguatan dan Ekaristi diberikan pada saat seseorang memulai kehidupan sebagai seorang Kristen. Seperti halnya roti dan anggur yang setelah doa konsekrasi diubah menjadi Tubuh dan Darah Yesus, maka minyak itu setelah doa permohonan kepada Roh Kudus diubah manjadi karunia rahmat Kristus untuk menanamkan sifat Ilahi yang menguduskan jiwa kita oleh Roh Kudus.

St. Jerome (347-420) mengajarkan bahwa penumpangan tangan setelah Pembaptisan dan doa permohonan kepada Roh Kudus merupakan Tradisi Gereja.

Bukti alkitabiah dari Tradisi ini dapat dilihat dalam Kisah Para Rasul. St. Thomas Aquinas (1225-1274) mengutip Paus Melchiades mengatakan, bahwa Roh Kudus yang turun melalui air pada waktu Pembaptisan yang membawa keselamatan, menganugerahkan pembersihan dari dosa, tetapi dalam Penguatan, Ia menyampaikan penambahan rahmat. Kini, sering kita mendapati bahwa Sakramen Penguatan diberikan secara terpisah dari Pembaptisan, sehingga ketiga sakramen (Pembaptisan, Penguatan, Ekaristi) tidak diberikan sekaligus seperti pada abad-abad awal. Pertama, karena prinsip pengajaran ‘quam primum‘, yaitu Pembaptisan harus dilakukan segera setelah kelahiran. Karena pesatnya pertumbuhan umat Kristen sejak abad ke-4, maka diperlukan kesiap-sediaan para imam dan uskup untuk memberikan ketiga sakramen setiap waktu.

[18] Namun demikian, sampai abad ke-8 tetap diusahakan pemberian ketiga sakramen sekaligus, dan jika Sakramen Penguatan tidak diadakan segera setelah Pembaptisan karena uskup tidak dapat hadir, itu dianggap sebagai kelalaian.

Jadi, meskipun pada abad ke-10, upacara ketiga sakramen diadakan sebagai satu perayaan, kita mengetahui bahwa pelaksanaannya tidak mudah. [21] Penundaan penerimaan Komuni pada anak-anak ini berkaitan dengan penghormatan terhadap Ekaristi, seperti yang diajarkan oleh Rasul Paulus (lih. [22] Paus Paulus V (1614) menegaskan kembali bahwa ketiga sakramen tidak perlu harus digabungkan di dalam satu perayaan.

Melihat kenyataan ini, maka Vatikan II memberikan beberapa keputusan penting untuk menyatukan kembali ketiga sakramen inisiasi, yaitu: 1) Jika mungkin Pembaptisan diberikan di dalam perayaan Ekaristi, demikian juga Penguatan, atau setidaknya didahului oleh Liturgi Sabda[23]; 2) Ritus Penguatan direvisi[24] untuk menyatakan kaitan yang erat dengan Baptisan dan Ekaristi; Pembaharuan janji Baptis dan pernyataan iman diucapkan sebelum Penguatan; 3) Meskipun yang terbaik adalah uskup yang memberikan Sakramen Penguatan, namun jika kebutuhan meningkat, maka uskup dapat memberikan kuasa kepada para imam untuk tugas tersebut[25]; 4) Ditetapkannya Ritus Inisiasi bagi umat dewasa (RCIA= The Rite of Christian Initiation for Adults) yang memberikan acuan untuk proses inisiasi yang terpadu, dari persiapan katekumen, pemberian ketiga sakramen bagi umat dewasa, mystagogia, yang melibatkan umat pendukung (sponsor) dan umat lainnya untuk mendukung perjalanan iman para katekumen. Sakramen Penguatan seharusnya membawa dampak yang besar dalam kehidupan rohani kita. Bukan berarti bahwa tidak ada Roh Kudus pada orang-orang tersebut, karena melalui Pembaptisan dan Penguatan, Roh Kudus sudah hadir dan siap berkarya di dalam hidup mereka, hanya saja sikap kesiapan hati pada saat penerimaan sakramen juga adalah sangat penting[26] agar seseorang dapat menerima kelimpahan buah-buahnya.

Ada beberapa tanda kedewasaan iman dalam Kristus, yang dimungkinkan oleh karunia Roh Kudus.

Namun semakin besar, sifatnya (seharusnya) berubah, dan dapat memperhatikan orang lain. Dengan ini kita memenuhi kehendak Tuhan yang berkata, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat 6:33)

Sudah menjadi misi Kristus untuk menyelamatkan semua manusia, maka jika kita sungguh mengasihi Kristus kita akan turut mengambil bagian dalam misi-Nya tersebut, yang juga menjadi misi Gereja. Rasul Paulus menunjukkan hal ini dengan begitu jelas dalam suratnya kepada jemaat di Filipi.

Timotius diutus oleh Rasul Paulus untuk membacakan pesannya kepada jemaat di sana, yang berisi nasihat supaya bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus (Fil 2:1-11), untuk menghindari segala bentuk perselisihan.

Namun, melalui Kitab Suci, kita dapat melihat dengan jelas, bahwa ajaran Tuhan bukanlah demikian. Artinya, dengan rahmat Tuhan, kita harus berjuang untuk meninggalkan dosa dan segala keakuan kita, serta mengambil bagian dalam penderitaan Kristus untuk dapat mencapai kebahagiaan bersama-Nya (lih. Bersama Kristus dan semua anggota Gereja-Nya, kita dipanggil untuk menjadi rekan sekerja Allah, (lih.

Cyprian, Epistles 64 as quoted in The Sudy of Liturgy, edited by Cheslyn Jones, Edward Yarnold SJ, p. 123 [26] Lihat Sacrosanctum Concilium, 61, “Dengan demikian berkat liturgi Sakramen-sakramen dan sakramentali bagi kaum beriman yang hatinya sungguh siap hampir setiap peristiwa hidup dikuduskan dengan rahmat ilahi yang mengalir dari misteri Paska Sengsara, Wafat dan Kebangkitan Kristus.

4 Simbol Sakramen Krisma yang Wajib Umat Kristiani Ketahui

Pada peristiwa Pentakosta, orang-orang yang mengikut Yesus menerima Roh Kudus sehingga mampu memberitakan Injil dalam berbagai-bagai bahasa. Tentu kita ingat bahwa memberitakan Injil merupakan tugas bagi para murid Yesus. Tugas ini diberikan sebagai amanat agung yang dapat kita baca pada Matius 28:19-20. Amanat agung ini diberikan setelah Yesus mati di kayu salib, dikuburkan, lalu bangkit kembali. Salah satu simbol sakramen krisma yang sangat paling kita kenal adalah minyak. Roh Kudus yang akan selalu mendukung serta menguatkan kita berjalan sesuai kehendak Allah. Simbol ini juga dapat dipakai untuk memberikan ilustrasi agar setiap orang Katolik sungguh mengerti makna pemberian sakramen Krisma. Allah pun telah berkomitmen bahwa keselamatan yang sudah diberikan tidak akan ditarik kembali.

Kejadian Pentakosta kurang lebih serupa dengan apa yang terjadi pada sakramen Krisma. Penerima sakramen Krisma menjadi orang yang mengikut Kristus dan menerima berkat Roh Kudus. Oleh karena itu, api kemudian menjadi salah satu simbol sakramen Krisma. Makna ini bukan hanya sekedar dibuat-buat supaya sakramen Krisma terlihat begitu agung.

Bukan hanya pada prosesi sakramen Krisma, tetapi dalam sepanjang kehidupan kita sebagai orang Katolik. Kita harus berkomitmen untuk terus memiliki relasi yang baik dengan Roh Kudus.

Mengenal Sakramen Krisma Sebagai Penguatan Jiwa Umat Kristus

karya Silvester Susianto Budi, MSF, sakramen krisma berupaya menguatkan orang yang telah dibaptis untuk menjadi saksi Kristus dan menyebarkan iman dengan perkataan serta perbuatannya.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.