Press "Enter" to skip to content

Sakramen Dalam Gereja Katolik Dipahami Sebagai Lambang Atau Simbol Sebab

Terakhir, Salib juga melambangkan keberanian sebagai pengikut Yesus Kristus untuk memikul dosa dan pebuatan kita sesuai standard-Nya. , Salib melambangkan kalau seseorang yang akan dibabtis telah menerima Yesus Kristus sepenuh hatinya. Terakhir, Salib juga melambangkan keberanian sebagai pengikut Yesus Kristus untuk memikul dosa dan pebuatan kita sesuai standard-Nya.

, Sebagai simbol bahwa orang tersebut telah siap dan bersedia lahir baru dari penghapusan dosa dan menerima Yesus Kristus sebagai juru selamat Lilin , Sebagai simbol bahwa orang yang dibapatis tersebut telah menjadi anak-anak terang yang memancarkan terang atau kasih kristus melalui perbuatan dan sikapnya.

Dalam Pertobatan dan penghapusan dosa, Pemeluk Agama Kristen akan melakukan baptisan. Hal ini dikarenakan seperti yang tertulis di Alkitab dalam Roma 6:4 yang berbunyi “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.”

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Untuk tanda suci (objek materi atau tindakan) yang memiliki kemiripan dengan Sakramen, lihat Sakramentali Meskipun tidak semua orang dapat menerima semua sakramen, sakramen-sakramen secara keseluruhan dipandang sebagai sarana penting bagi keselamatan umat beriman, yang menganugerahkan rahmat tertentu dari tiap sakramen tersebut, misalnya dipersatukan dengan Kristus dan Gereja, pengampunan dosa-dosa, ataupun pengkhususan (konsekrasi) untuk suatu pelayanan tertentu. Tetapi kurang layaknya kondisi penerima untuk menerima rahmat yang dianugerahkan tersebut dapat menghalangi efektivitas sakramen itu baginya; sakramen memerlukan adanya iman meskipun kata-kata dan elemen-elemen ritualnya berdampak menyuburkan, menguatkan, dan memberi ekspresi bagi iman (Kompendium Katekismus Gereja Katolik, 224). Penjelasan tiap sakramen tersebut berikut ini terutama didasarkan atas Kompendium Katekismus Gereja Katolik. Pembaptisan juga membuat penerimanya mengambil bagian dalam imamat Kristus dan merupakan landasan komuni (persekutuan) antar semua orang Kristen. Sakramen ini menandai penerimanya dengan suatu meterai rohani yang berarti orang tersebut secara permanen telah menjadi milik Kristus.

Seperti pembaptisan, penguatan hanya diterima satu kali, dan si penerima harus dalam keadaan layak (artinya bebas dari dosa-maut apapun yang diketahui dan yang belum diakui) agar dapat menerima efek sakramen tersebut. Hanya uskup atau imam yang dapat menjadi pelayan Sakramen Ekaristi, dengan bertindak selaku pribadi Kristus sendiri.

Sakramen ini memiliki empat unsur: penyesalan si peniten (si pengaku dosa) atas dosanya (tanpa hal ini ritus rekonsiliasi akan sia-sia), pengakuan kepada seorang imam (boleh saja secara spirutual akan bermanfaat bagi seseorang untuk mengaku dosa kepada yang lain, akan tetapi hanya imam yang memiliki kuasa untuk melayankan sakramen ini), absolusi (pengampunan) oleh imam, dan penyilihan. Pada awal abad-abad Kekristenan, unsur penyilihan ini sangat berat dan umumnya mendahului absolusi, namun sekarang ini biasanya melibatkan suatu tugas sederhana yang harus dilaksanakan oleh si peniten, untuk melakukan beberapa perbaikan dan sebagai suatu sarana pengobatan untuk menghadapi pencobaan selanjutnya. Baru menderita sakit ataupun makin memburuknya kondisi kesehatan membuat sakramen ini dapat diterima berkali-kali oleh seseorang. Dalam tradisi Gereja Barat, sakramen ini diberikan hanya bagi orang-orang yang berada dalam sakratul maut, sehingga dikenal pula sebagai “Pengurapan Terakhir”, yang dilayankan sebagai salah satu dari “Ritus-Ritus Terakhir”.

Pentahbisan seseorang menjadi imam mengkonfigurasinya menjadi Kristus selaku Kepala Gereja dan Imam Agung, serta menganugerahkan baginya kuasa, sebagai asisten uskup yang bersangkutan, untuk merayakan sakramen-sakramen dan kegiatan-kegiatan liturgis lainnya, teristimewa Ekaristi. Pentahbisan seseorang menjadi diakon mengkonfigurasinya menjadi Kristus selaku Hamba semua orang, menempatkan dia pada tugas pelayanan uskup yang bersangkutan, khususnya pada kegiatan Gereja dalam mengamalkan cinta-kasih Kristiani terhadap kaum papa dan dalam memberitakan firman Allah. Sakramen-sakramen juga invalid jika materia atau forma-nya kurang sesuai dengan yang seharusnya. Syarat terakhir berada di balik penilaian Tahta Suci pada tahun 1896 yang menyangkal validitas imamat Anglikan.

Adapun masing-masing Gereja Katolik Ritus Timur, setelah memenuhi syarat-syarat tertentu termasuk berkonsultasi dengan (namun tidak harus memperoleh persetujuan dari) Tahta Suci, dapat menetapkan halangan-halangan (Kitab Hukum Kanonik Gereja-Gereja Timur, kanon 792). Syarat-syarat bagi validitas pernikahan seperti cukup umur (kanon 1095) serta bebas dari paksaan (kanon 1103), dan syarat-syarat bahwa, normalnya, mengikat janji pernikahan dilakukan di hadapan pejabat Gereja lokal atau imam paroki atau diakon yang mewakili mereka, dan di hadapan dua orang saksi (kanon 1108), tidaklah digolongkan dalam Hukum Kanonik sebagai halangan, tetapi sama saja efeknya.

Ada tiga sakramen yang tidak boleh diulangi: Pembaptisan, Penguatan dan Imamat: efeknya bersifat permanen. Akan tetapi, jika ada keraguan mengenai validitas dari pelayanan satu atau lebih sakramen-sakramen tersebut, maka dapat digunakan suatu formula kondisional pemberian sakramen misalnya: “Jika engkau belum dibaptis, aku membaptis engkau …”

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

[1] Pertemuan umat dengan Allah dalam perayaan liturgi tidak bisa lepas dari simbol dan tanda. [2] Agama mistik mengatakan bahwa manusia tidak dapat membayangkan dan menggambarkan Allah, kecuali dengan memanfaatkan simbol.

[1] Dapat juga dikatakan bahwa simbol adalah tanda indrawi, barang atau tindakan, yang menyatakan realita lain di luar dirinya. [3] Simbol memiliki lingkup makna dan kandungan isi yang amat luas, karena itu merupakan sarana ulung untuk mengungkapkan sesuatu tentang Tuhan.

[2] Simbol juga berfungsi sebagai alah satu bentuk komunikasi antara Allah dan sesama. Masa lalu yang ingin dihadirkan kembali pada saat ini secara simbolis antara lain:[2]

[1] Hal ini dikarenakan manusia dapat mengungkapkan dan melaksanakan dirinya dalam bentuk simbol. [1] Kegiatan indrawi yang dimaksud misalkan mendengarkan, melihat, menyentuh, merasakan dan mencium.

[2] Di dalam gereja, patung salib, mimbar, altar dan gambar-gambar para kudus adalah simbol kehadiran peristiwa Kristus. [2] Benda-benda tersebut bukan hanya sebagai hiasan tetapi juga mengandung arti dan dapat membangkitkan emosi. [2] Selain itu benda-benda lain seperti Roti dan Anggur, Air, Minyak, Garam juga digunakan sebagai simbol liturgis. [1] Warna-warna yang biasanya dipakai antara lain warna putih, kuning, merah, hijau, ungu, dan hitam.

Roti dan Anggur, Air, Minyak, Garam merupakan contoh simbol liturgis dari benda alamiah. [1] Selain itu juga warna putih dapat melambangkan sebuah kesempurnaan, kejayaan dan kemuliaan abadi.

[1] Selain itu juga dapat menyimbolkan Roh Kudus, cinta kasih, pengorbanan dan kekuatan.

[1] Di dalam tradisi Romawi kuno, warna merah digunakan sebagai simbol kekuasaan tertinggi yaitu kaisar.

[1] Warna merah biasanya digunakan ada saat hari raya Jumat Agung, Pentakosta, Minggu Palma. [1] Pada masa-masa itu manusia dapat menghayati hidupnya dengan penuh ketenangan terhadap karya-karya Tuhan.

Warna ungu merupakan simbol bagi kebijaksanaan, keseimbangan, sikap berhati-hati dan mawas diri. Warna hitam biasanya dipakai untuk melambangkan kematian, kegelapan,[1] kesedihan dan kedukaan.

5 Simbol dalam Sakramen Babtis dan Maknanya

Babtis merupakan sakramen yang wajib dilakukan oleh umat Kristiani, baik Katolik maupun Protestan. Namun sebenarnya, dari keempat jenis babtis di atas maknanya hampir sama, yaitu proses inisiasi.

Saat seseorang memutuskan untuk dibabtis, dalam hal ini babtis dewasa, maka orang tersebut harus siap secara jasmani dan rohani. Karena setelah dibabtis, orang tersebut sepenuhnya menjadi milik Kristus dan harus bertanggung-jawab terhadap apa yang diimaninya.

Bisa dikatakan, bahwa air yang digunakan saat acara sakramen merupakan lambang untuk menyucikan kita dari dosa-dosa. Secara umum, salib merupakan simbol yang memiliki arti sangat mendalam bagi umat Kristiani.

Salib mengingatkan kita akan kejamnya akibat dosa, sehingga Allah sendiri yang menebus melalui kematian-Nya dalam diri Yesus Kristus. Salib menunjukkan betapa besar kasih Allah pada manusia sehingga kita beroleh kemenangan. Beberapa orang mengatakan bahwa mereka menggunakan salib sebagai tanda perlindungan terhadap segala macam kejahatan. Dan dalam hal babtis, air melambangkan alat untuk menyucikan kita dari dosa.

Jadi, satu-satunya yang dapat menyelamatkan kita adalah penebusan Yesus di kayu salib ditambah dengan kesungguhan kita untuk mau menerima serta mau hidup di dalam-Nya, dan dalam hal ini, kesungguhan itu ditandakan dengan babtis air. Untuk meyakinkan pernyataan di atas, kita dapat membaca kitab Roma 6: 3-4 yang berbunyi, “Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?

Namun sebenarnya, bukan babtis yang menyelamatkan, melainkan Yesus sendiri melalui peristiwa kematian dan kebangkitan-Nya. Air, sekali lagi hanya merupakan lambang dan bukan hal yang mutlak digunakan saat babtis.

Sambil menghadap ke barat dia berjanji untuk tidak akan melakukan dosa lagi. Sambil menghadap ke timur, dia akan mengatakan kemauan untuk menyambut terang dan hidup baru. Ia kembali suci di mata Allah dan akan melakukan hal-hal sesuai kehendak-Nya. Ada beberapa pertanyaan mengapa kematian dan kebangkitan Yesus tidak bisa menghapuskan kecenderungan manusia untuk berdosa. Minyak menjadi simbol dalam sakramen babtis karena menandakan kekuatan yang merupakan salah satu pemberian Roh Kudus. Hal tersebut memiliki makna memberikan kekuatan bagi si bayi untuk menghadapi kehidupan yang akan datang.

7 Sakramen dalam Gereja Katolik dan Penjelasannya

Oleh karena itu pada kesempatan ini kami akan mejelaskan kepada Anda mengenai sakramen apa saja yang ada dalam gereja Katolik. Langsung saja tanpa banyak basa basi lagi, silahkan simak pembahasan mengenai sakramen dalam gereja Katolik.

Di Perjanjian Baru, Yesus juga melakukan banyak sekali peristiwa yang menjadi pralambang sakramen baptis ini. Misalnya ketika Tuhan Yesus dibaptis di Sungai Yordan oleh Yohanes, pada saat itu Roh Kudus turun ke atas-Nya.

Sakramen krisma memiliki tujuan untuk menguatkan dan meneguhkan materi Roh Kudus yang sudah diberikan kepada umat Katolik usai pembaptisan. Sejak itu Yesus mulai tampil dalam peranannya sebagai anak Allah yang menyandang tiga gelar, uaitu imam, nabi, dan raja.

Dosa menjadi pelanggaran yang kerap dilakukan orang Katolik, pemutusan hubungan dengan-Nya maka umat Allah membuuhkan pertobatan atau rekonsiliasi. Dengan demikian setiap orang yang sudah dibaptis melakukan dosa kembali, maka perlu bertobat dan menerima sakramen ini.

Pada akhirnya hari ini kembali mengingatkan Yesus akan pelayanan-Nya yang semua diputuskan untuk pengampunan dosa.

Yesus juga sudah mengakui hal itu dengan mengatakan “… yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” [Matius 1:21].

Para imam ini mempersembahkan kurban untuk memulihkan dosa manusia dalam ibadah atau karya-karya lain. Dalam tata liturgi tahbisan imamat, imam merupakan bagian dari umat Allah yang terpanggil untuk melanjutkan misi penyelamatan Yesus di dunia.

Artinya, Allah sudah menciptakan manusia yang didorong oleh kasih, juga memanggilnya untuk mengasihi sesama. Dengan demikian berarti perkawinan bisa dipahami sebagai salah satu panggilan mendasar bagi manusia dan sudah menjadi bagian kodratnya.

Semoga bisa menambah wawasan kita terhadap apa saja sakramen yang ada dalam agama Katolik.

SAKRAMEN PADA UMUMNYA

· Manusia dapat menyatakan perasaan, pikiran, rencana, kehendak, dan isi hatinya terhadap orang lain baik dengan kata-kata maupun perbuatan. · Manusia dalam mengungkapkan dirinya masih membutuhkan sarana, simbol dan tanda sehingga orang lain dapat mengerti, menerima, memahami apa yang diungkapkannya. Jelaskan mengapa kehadiran Allah tidak pernah langsung dalam wujud asliNya, melainkan menggunakan simbol atau lambang !

d. Allah juga menampakkan diri kepada manusia melalui pribadi-pribadi tertentu seperti para Nabi.

Mengapa simbol atau lambang yang digunakan untuk menyatakan dirinya kepada orang lain bersifat terbatas ! Dalam upacara adat juga sering dilengkapi dengan simbol-simbol yang mudah dimengerti

Luk 5:13 Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Luk 5:14 Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapapun juga dan berkata: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka.”

Luk 5:16 Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.

“Luk 5:13 Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya.Luk 5:14 Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapapun juga dan berkata: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka. · Sakramen (Sacramentum) adalah tanda sekaligus sarana yang mengungkapkan peristiwa penyelamatan Allah kepada manusia

Gereja juga hrus terus menyalurkan rahmat Tuhan yaitu keselamatan kepada manusia

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.