Press "Enter" to skip to content

Renungan Kristen Tentang Ucapan Syukur Ulang Tahun

Kristenly.com – Pesta kejutan, hadiah, ucapan dan doa adalah hal yang paling dinantikan ketika ulang tahun tiba. Pada momen pergantian umur ini, banyak orang merasa bahagia karena mendapatkan berbagai macam pengalaman baru di dalam hidupnya. Namun, tak jarang pula, semakin bertambah usia, seseorang menjadi kehilangan gairah pada saat ulang tahun. Bayangan masa tua menjadi sebuah ketakutan hingga banyak renungan Kristen tentang ulang tahun yang membahas mengenai hal ini.

Lagipula, dalam setiap momen pertambahan umur, Tuhan juga sudah menunjukkan kuasa dan perlindungannya yang tidak pernah berkurang. Dengan demikian, harus mampu menyeimbangkan rasa senang juga perenungan tentang apa yang akan menjadi tujuan hidup pada masa mendatang. Angka yang terus bertambah membuat diri semakin sadar bahwa hidup terasa sangat singkat. Banyak orang yang sedang berjuang melawan maut, berdoa untuk mendapatkan kesempatan hidup sekali lagi.

Seiring bertambahnya usia, maka menjadikan diri lebih bijaksana dan dewasa, momen ulang tahun yang selalu penuh suka cita harus juga mampu merayakannya dengan pemaknaan mendalam.

Karena memang datangnya setahun sekali, orang-orang sering mengadakan pesta ulang tahun sebagai bentuk dari rasa syukur. Di mana memang dia akan senantiasa mengingat dosa-dosa setahun terakhir yang sudah diperbuat. Pertambahan usia ini memang sering dijadikan momen untuk bisa menjadi lebih dewasa lagi kedepannya.

Biasanya, ketika hari ulang tahun tiba, baik orang tua, kerabat, teman atau kekasih mengirimi pesan yang dilengkapi dengan iringan doa. Maka dari itu, dia percaya bahwa Tuhan membuat segala sesuatu menjadi lebih indah pada waktunya.

Oleh sebab itu, ketika tiba saatnya usia bertambah, maka akan lebih baik memanfaatkan waktu tersebut. Sehingga nantinya setelah tua tidak akan menyesali apa saja yang sudah diperbuat pada saat masih muda. Ketika pergi ke gereja, maka alangkah lebih baik untuk hati dan pikiran tertuju pada Tuhan. Maka saat kita bisa mengalami momen ulang tahun, itu adalah sebuah berkat yang tidak terhingga.

Sebab ketika kesempatan hidup sudah terlewat, tidak ada kekuatan apapun di dunia ini yang bisa mengembalikannya. Cara berpikir dan bertindak harus lebih baik dari diri sendiri di waktu yang lampau.

Perayaan ulang tahun ketika kita masih kecil dengan saat sudah dewasa mungkin berbeda.

Dengan demikian, ketika usia telah semakin bertambah, dapat menjadi pribadi lebih baik lagi untuk dirinya atau orang lain.

Renungan Kristen Tentang Ulang Tahun Makin Dewasa Rohani

Selain berintrospeksi atas kesalahan yang pernah dilakukan, seorang Kristen juga dianjurkan untuk memanjatkan doa ulang tahun kristen untuk memohon kepada Tuhan agar di momen pertambahan usia ini diri kit menjadi pribadi yang lebih baik, lebih peka akan kesalahan dan kebenaran, serta hal-hal positif lainnya. Pada pembahasan sebelumnya kami juga telah memberikan beberapa kumpulan ayat alkitab kristen tentang ulang tahun. Melalui ayat Alkitab atau firman Tuhan tersebut juga tersedia banyak sekali kata-kata atau kutipan menarik tentang Kristen dan juga renungan-renungan yang menginspirasi dan memotivasi saat teduh seperti yang tersaji pada kumpulan renungan Kristen tentang ulang tahun berikut ini. Maka dari itu, banyak orang berusaha untuk mengabadikan momen tertentu yang dianggap berkesan dalam hidupnya seperti pernikahan, bulah madu, berwisata dengan keluarga, bahkan berulang tahun. Bila menyadari bahwa hidup di dunia terbatas waktunya, hendaklahini mendorong kita untuk semakin giat mengerjakan perkara rohani. Sebab ada banyak orang yang datang ke gereja, namun hati dan pikirannya tak tertuju kepada tuhan.

Saat firman Tuhan disampaikan, mereka asik bermain Hp, WhatsApp, Instagram, sibuk bisnis online, dan lain sebagainya. Itulah bukti bahwa orang yang datang ke gereja tidak sepenuhnya bermaksud untuk beribadah dan merindukan hadirat-Nya, melainkan hanya sebagai aktivitas agamawi rutinitas.

08: Masihkah tetap bersyukur?

Saya akan membacakan tulisan Matthew Henry seorang penafsir Alkitab yang terkenal, dalam buku hariannya, setelah ia mengalami perampokan: Tentu, tidak mudah untuk mengucap syukur ketika kita sedang mengalami kesusahan atau penderitaan. Karena kita sudah terbiasa mengucap syukur untuk hal-hal tertentu saja: ulang tahun, pindah rumah, pernikahan, dapat promosi dan seterusnya.

Ayat pembukaan dari ITesalonika 5:18 tadi mengatakan “mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah…” Dalam ayat ini, mengucap syukur merupakan suatu perintah yang harus dilakukan terus menerus.

Dengan kata lain, bagi kita sebagai pengikut Kristus, bersyukur merupakan salah satu identitas dari kehidupan kristiani. Seperti sebuah kisah nyata yang terjadi di Indonesia belum lama ini. Sedangkan sang ayah yang juga terkena Covid, masih harus dirawat di rumah sakit dan berjuang untuk tetap bertahan hidup. Dalam keadaan seperti ini, teman-teman satu gereja mereka, sehati menaikkan doa untuk kesembuhan sang ayah.

Dalam situasi kehilangan seperti itu, bagaimana kita mampu untuk mengucap syukur? Kalau kita membaca Mazmur 9:1-2 tanpa melihat dan memperhatikan konteksnya, maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa wajar kalau Daud menaikkan syukur karena Tuhan telah menolongnya dari para musuh.

Tetapi sebenarnya Mazmur ini dilatar-belakangi dari pengalaman hidup Raja Daud ketika dalam keadaan kehilangan puteranya. Dari mana kita tahu bahwa konteks Mazmur itu adalah tentang kematian?

Dari ayat 1 yang mengatakan “Menurut lagu: Mut-Laben” Mut Laben itu adalah kata-kata dalam bahasa Ibrani, yang berarti “kematian dari sang putera” Kisah kematian putera raja Daud ini kita dapat baca dalam 2 Samuel 12:22-23: Kita lihat di sini, bagaimana mungkin sikap seorang ayah saat menghadapi kematian puteranya tetap masih dapat memuji dan bersyukur kepada Allah?

Mari kita membaca sekali lagi 2 Samuel 12:23, dimana raja Daud berkata:”Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Ungkapan itu menunjukkan, raja Daud mengerti bahwa kematian yang sudah terjadi ini tidak dapat dielakkan.

Oleh karena alasan ini, maka Daud justru merasa terhibur setelah mengetahui bahwa doa-doanya tidak menghasilkan apa-apa. Tetapi di sini, kita dapat belajar dari sikap raja Daud, selama anaknya itu masih hidup, ia terus berdoa dan memohon kepada Tuhan.

Maka kemudian Daud menyerahkan anak bayinya ke dalam kasih karunia Allah, sambil berkata, “Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku” (2 Samuel 12:23). Daud yakin bahwa suatu saat ia akan pergi menemui puteranya di Rumah Bapa, yang artinya mereka itu walaupun masih kecil akan tetap selamat karena iman orang-tua mereka.

Sang ayah mencoba menghibur anaknya dengan berkata, “Syukur kepada Tuhan, kepala kamu tidak sampai bocor. Lagi pula luka itu akan cepat sembuh.”Lalu sang anak bertanya, “Ayah, bagaimana kalau kepalaku bocor dan tidak dapat disembuhkan, apakah kita masih dapat bersyukur?” Oh tentu, anakku, jawab ayahnya. Sdr-sdr, pada saat orang percaya mengalami kematian, ia kehilangan segala-galanya dalam dunia ini. Hanya orang-orang yang percaya kepada Kristus mampu untuk mengucap syukur senantiasa.

Dalam keadaan yang serapuh itu karena kesedihan, raja Daud dapat mengucapkan syukur dan menyanyikan pujian. Siapakah yang dapat setegar itu untuk mampu selalu memuji dalam keadaan apapun? Lagu yang kita nyanyikan dan dengarkan tadi dari Kidung Jemaat no 3 adalah “Ode of Joy” (Nyanyian Sukacita), salah satu lagu dari karya komposer terkenal Ludwig van Beethoven, yang justru diciptakannya pada fase terakhir hidupnya ketika ia menderita penyakit tidak dapat mendengar lagi atau tuli. Bersyukur merupakan pengakuan bahwa segala yang kita miliki, pakai dan nikmati, termasuk kehidupan ini adalah berkat Tuhan. Oleh sebab itu, respon yang benar adalah kita harus mengucap syukur kepada Tuhan dalam segala hal. Ini memang sudah seharusnya demikian bukan sesuatu yang istimewa dari kita untuk Tuhan.

Tetapi juga karena kita diberi kesempatan untuk menikmati pemberian Tuhan itu. Biarlah kesaksian hidup kita boleh memancarkan kasih Allah dan memberikan harapan bagi sesama kita yang sedang putus asa atau mencari jawaban atas pergumulan yang mereka sedang alami.

Sebagai penutup kotbah ini mari kita dengarkan dan renungkan lagu “One day when we all get to heaven”.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.