Sakramen menghantar rahmat berkat ritus itu sendiri, sedangkan sakramentali bergantung pada sikap (atau disposisi batin) si penerima dan doa pengantaraan umat. Selain itu, Martin Luther mempertahankan tanda salib dan pendeta-pendeta Protestan tetap memberikan berkat kepada orang yang beriman.
Perbedaan Sakramen dan Sakramentali
Yesus sendirilah yang bertindak dalam sakramen-sakramen-Nya untuk membagi-bagikan rahmat yang dinyatakan oleh Sakramen.Gereja sendiri mengajarkan bahwa Sakramen adalah karya penyelamatan Yesus Kristus yang dimaksudkan untuk membantu anggota Gereja dalam perjalanan iman mereka menuju kehidupan kekal.adalah sarana untuk mengingat kehadiran Allah dalam kehidupan manusia.
Apa beda sakramen dengan sakramentali? – katolisitas.org
Sistem katekese digital ini sangat membantu umat yg sulit membagi waktunya tp ingin belajar n mencari tau ttg pengajaran dalam gereja katolik. NB : Usul : Doa St. Aquinas dibagikan spy bisa dibawa2 n didoakan dg mudah kpn saja.
Suzy Muliani Sistem katekese – Iman yang mencari pengertian Terobosan terbaru dalam dunia Katekis 5 Ide yang sangat baik dan jika berjalan dengan lancar akan banyak memberi “sinar” baru dalam dunia Katolik.. Missourini Harianto Ide yang sangat baik dan jika berjalan dengan lancar akan banyak memberi “sinar” baru dalam dunia Katolik.. Salut n bangga u/Pak Stefanus Tay n Ibu Ingrid Tay.
Sistem katekese digital ini sangat membantu umat yg sulit membagi waktunya tp ingin belajar n mencari tau ttg pengajaran dalam gereja katolik.
NB : Usul : Doa St. Aquinas dibagikan spy bisa dibawa2 n didoakan dg mudah kpn saja.
SAKRAMEN DAN SAKRAMENTALI
Hal ini tentu dapat mengakibatkan perayaan sakramen-sakramen hanya dilihat sebagai “demi resminya saja”. Misalnya sakramen baptis dirayakan hanya sekedar menyatakan bahwa seseorang itu telah resmi sebagai Katolik, sakramen perkawinan pun hanya untuk menunjukkan bahwa sepasang mempelai telah resmi menjadi sepasang suami istri, dll. Hal ini dipertegas oleh St. Leo Agung dengan mengajarkan, “apa yang tampak pada Penebus kita, sudah dialihkan ke dalam sakramen-sakramen- Nya”.
Rahmat berarti manusia diterima sebagai anak dan dibuat “serupa dengan gambaran Anak-Nya” (Rm 8:29), yaitu Yesus Kristus.
Perayaan-perayaan ini merupakan sarana yang dengannya rahasia penyelamatan Allah disampaikan kepada manusia sepanjang sejarah melalui ketujuh sakramen. Meskipun ada Imam,Uskup,dan bahkan Paus sekalipun yang berada dalam keadaan berdosa berat merayakan salah satu dari 7 sakramen Gereja, sakramen yang diberikannya tersebut tetaplah sah serta tetap memberikan rahmat pengudusan dan tetap mempunyai khasiat rohani bagi umat. Melalui sakramentali hati manusia disiapkan untuk menerima buah utama sakramen-sakramen, dan pelbagai situasi hidup disucikan (bdk SC 60). Jadi, dengan istilah ex opere operato ini mau ditekankan bahwa sakramen merupakan karya Allah dan bukan usaha manusia.
Berbeda dengan sakramen, daya guna sakramentali terjadi secara ex opere opantis( berkat tindakan manusia yang mengerjakan).
Sakramentali adalah doa permohonan Gereja agar Allah memberkati dan menguduskan orang atau benda tertentu. Misalnya bila Gereja memohonkan berkat atas benda-benda dan menjadikannya suci (seperti rosario, medali, patung, skapulir, air suci, dsbnya) atau bekat atas seseorang (oleh pastor atau uskup) yang mendatangkan rahmat dan kemurahan Tuhan bagi seseorang itu. Dengan ungkapan sakramentali sebagai “doa permohonan Gereja” itu, mau dinyatakan bahwa orang atau barang yang diberkati oleh Allah melalui doa permohonan Gereja kini memiliki arah dan nilai baru yang terarah kepada Allah Sang Pencipta dan Penebus.
Pelayan sakramentali tidak harus seorang klerus atau orang tertahbis, tetapi dapat juga awam. Struktur anamnesis memberi dasar seluruh perayaan, yaitu kenangan akan karya keselamtan Allah dalam Kristus.
Justru dengan struktur epiklesis perayaan liturgi dan sakramentali dijamin dari penyelewengan praktek magis. Macam pemberkatan status atau tujuan penggunaan ini agak rumit bila kita menengok segi peristilahan yang dipakai dalam buku-buku liturgi ataupun Kitab Hukum Kanonik.
Contoh : pentahbisan abbas atau abdis, pengikraran kaul, pemberkatan benda-benda liturgi, salib, rosario, medali, dll. Dalam KHK istilah ini hanya ditujukan pada pentahbisan seseorang atau manusia dan bukan atas barang, yang ciri khasnya menggunakan minyak krisma.
Ketiga, termasuk sakramentali tetapi berbeda dari kedua macam pemeberkatan di atas adalah eksorsisme atau pengusiran setan. Ibadat dan doa eksorsisme ini hanya bisa dilakukan oleh imam atas ijin dari ordinaris wilayah setempat (lih.
Pengusiran setan jenis ini jauh lebih halus dan lembut dan lebih biasa kita jumpai, secara khusus dalam upacara-upacara tobat (scrutinia) para katekumen atau calon baptis yg intinya adalah doa pembebasan agar orang-orang yang dibaptis itu dibebaskan oleh kuasa Allah dari kuasa jahat, dan mampu meninggalkan segala kebiasaan yang tidak baik untuk bisa memasuki kehidupan baru sebagai anak-anak Allah saat dibaptis nanti.
Be First to Comment