Baru menderita sakit ataupun makin memburuknya kondisi kesehatan membuat sakramen ini dapat diterima berkali-kali oleh seseorang.
Pengurapan orang sakit
Baru menderita sakit ataupun makin memburuknya kondisi kesehatan membuat sakramen ini dapat diterima berkali-kali oleh seseorang.
Siapa saja yang boleh menerima sakramen pengurapan orang sakit?
apa sebab kaum Quraisy ingin bertukar ibadah dengan umat muslim (surah al-kafirun) tolong dijawab Jelaskan latar belaka … ng masuknya berhala di Kota Makkah!
Mengapa kaum Yahudi menolak syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.?
Pernyataan berikut yang menunjukkan sikap positif Wali Sanga tersebut ialah …. HOTS a. mau … berbaur walaupun ber- beda keyakinan b. berdakwah melalui seni dan budayac.
Apa makna sakramen pengurapan orang sakit ?
1) Menganugrahkan rahmat Roh Kudus yang menjadikan si penderita sakit mempunyai kekuatan, ketenangan, dan kebesaran hati untuk mengatasi kesulitan karena sakitnya.
Jamahan Tuhan dalam Sakramen Pengurapan Orang Sakit – katolisitas.org
Syukur kepada Tuhan, Gereja memiliki Sakramen Urapan Orang Sakit, yang menjadi tanda penyertaan Kristus, sarana pengurapan dan penyembuhan orang sakit, yang dapat mendatangkan rahmat yang luar biasa, entah berupa kesembuhan rohani, jasmani, ataupun keduanya, atau jika waktunya telah tiba, merupakan persiapan bagi kita untuk bertemu muka dengan muka dengan Tuhan. Tak dapat kita pungkiri, bahwa penyakit dan penderitaan merupakan pencobaan yang terberat dalam kehidupan manusia. [1] Maka, tak jarang, penyakit dapat menimbulkan rasa takut, ingin menutup diri, bahkan putus asa dan ‘marah’ kepada Tuhan.
Tetapi sebaliknya, penyakit dapat membuat kita lebih pasrah, lebih dapat melihat apa yang terpenting di dalam hidup ini, sehingga kita tidak lagi mencari segala sesuatu yang tidak penting.
Paus Yohanes Paulus II dalam surat Apostoliknya, Salvifici Doloris (On the Christian Meaning of Human Suffering), mengatakan bahwa setiap manusia yang menderita dapat mengambil bagian dalam karya Keselamatan[4] yang dipenuhi oleh Kristus. Pada saat itulah Pastor Bob mengunjungi dia dan memberikan sakramen Pengurapan Orang sakit. Maka sehari sebelum Pastor berangkat ke retret, ia berkunjung ke ibu yang sakit itu, sambil berkata, “Nah, sekarang aku mengetahui apa yang akan kukatakan kepadamu, mengenai arti hidupmu. Maukah engkau berdoa bagi anak-anak muda yang akan mengikuti retret besok?” Ibu itu setuju, dan Pastor Bob memberikan kepada ibu itu, daftar nama anak-anak yang mengikuti retret.
Pastor itu segera teringat akan ibu yang terbaring di rumah sakit. Saya percaya, Tuhan mendengarkan doa ibu itu, yang didoakan ditengah penderitaan dan kesakitannya. Tuhan berkenan mengabulkannya dan membuat kalian semua di sini mengalami kasih Allah yang ajaib. Hari berikutnya sepulang dari retret, Pastor Bob mengunjungi ibu itu di rumah sakit.
Aku akan terus berdoa untuk pertobatan banyak orang, termasuk mereka yang kukasihi, anak- anak dan anggota keluargaku. Yesus memberikan perintah kepada para muridNya untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah dan mengurapi orang sakit dengan minyak (lih. Ia menggunakan tanda-tanda untuk menyembuhkan, seperti ludah dan perletakan tangan (lih. Rasul Yakobus adalah yang secara khusus menuliskan hal ini, “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia mamanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesinya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dalam hal ini mereka lebih daripada para imam Yahudi yang diberi kuasa untuk menyatakan apakah seseorang sudah sembuh/ tahir dari penyakit lepra. Bukan saja pada waktu Pembaptisan, tetapi sesudahnya sesuai dengan pesan Rasul Yakobus…”[10] St. Paus Innocentius I (wafat tahun 417) menyatakan bahwa Pengurapan Orang sakit dengan minyak yang telah diberkati oleh Uskup adalah sakramen yang ditujukan untuk menghapuskan dosa, dan meningkatkan kekuatan jiwa dan badan.
Konsili Trente menyebutkan bahwa “Urapan ini ditetapkan oleh Kristus Tuhan kita…., yang disinggung oleh Markus, tetapi dianjurkan kepada orang beriman dan diumumkan oleh Yakobus, Rasul dan saudara Tuhan.”[12] Konsili Vatikan II (1962-1965) menganjurkan agar Sakramen Pengurapan ini tidak hanya diberikan kepada seseorang yang sedang mengalami ajal, namun juga kepada siapa saja yang mulai mengalami sakit berat dan mereka yang menderita kelemahan karena usia lanjut. Dalam hal ini Gereja meneruskan tugas yang dipercayakan oleh Yesus untuk menyembuhkan orang sakit, terutama kesembuhan rohani.
Katekismus mengikuti pengajaran Vatikan II, menegaskan bahwa Urapan orang sakit tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang berada di ambang kematian saja. Maka saat yang baik adalah pada saat kita mulai menghadapi bahaya maut, misalnya ketika akan menghadapi operasi besar, ataupun ketika baru mendapat diagnosa penyakit tertentu yang cukup serius; ataupun jika kita sudah lanjut usia.
Yang dapat memberikan sakramen Urapan Orang sakit hanyalah imam (Uskup dan pastor). Misa dimulai seperti biasa, diawali dengan doa khusus untuk mereka yang akan menerima Pengurapan.
Imam membuat tanda salib dan memberkati para orang sakit itu dengan minyak di dahi, sambil berdoa, “Semoga karena pengurapan suci ini Allah yang Maharahim menolong Saudara dengan rahmat Roh Kudus.” Semua menjawab: “Amin”. Lalu imam mengurapi telapak tangan orang yang sakit dengan tanda salib sambil berkata, “Semoga Tuhan membebaskan Saudara dari dosa dan membangunkan Saudara dalam rahmat-Nya.” Semua menjawab: “Amen.” Kemudian, Misa dilanjutkan dengan Liturgi Ekaristi, seperti biasa.
Perlu kita ketahui bahwa hal karunia kesembuhan total adalah kehendak Tuhan. Kenyataan ini membuat hati kita dapat menjadi lebih berpasrah kepada Tuhan. Melalui kisah pengalaman Pastor Bob di atas, kita mengetahui bahwa rahmat sakramen ini adalah kekuatan, ketenangan, dan kebesaran hati untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan penyakit tersebut ataupun kelemahan karena usia lanjut. Oleh Sakramen ini orang yang sakit menerima kekuatan dan anugerah untuk mempersatukan diri lebih erat lagi dengan sengsara Tuhan Yesus. Dalam keadaan sedemikian, orang yang sakit seolah diangkat menjadi ‘sahabat sejati’ Tuhan Yesus yang tidak saja menjadi sahabat di waktu senang, tetapi juga di waktu susah. Orang yang sakit dapat menggabungkan penderitaannya dengan penderitaan Yesus dan memberikan sumbangan bagi kesejahteraan umat Allah.
Urapan ini merupakan persiapan untuk perjalanan terakhir terutama bagi mereka yang tengah menghadapi ajal.
Ya, rahmat Allah akan memampukan kita untuk selalu mempunyai damai sejahtera dalam keadaan apapun juga. Semoga rahmat-Mu mempersiapkan aku untuk menyongsong Engkau kelak dalam kehidupan abadi di surga. [4] Lihat Pope John Paul II, Salfivici Doloris (On the Christian Meaning of Human Suffering), 19
[11] Lihat St. Innocent, “Letter to Decentius”, seperti dikutip oleh John Willis, The Teaching of the Church Fathers, (Ignatius Press, San Francisco, 2002), p. 430-431.
SAKRAMEN PENGURAPAN ORANG SAKIT
Cinta itu mengajak supaya berusaha tanpa kenal lelah untuk meringankan nasib mereka. 1505 Terharu oleh sekian banyak penderitaan, Yesus tidak hanya membiarkan diri-Nya dijamah oleh para penderita, Ia malahan menjadikan sengsara mereka itu sebagai sengsara-Nya sendiri: “Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita” (Mat 8:17) Bdk. Mereka memaklumkan satu penyembuhan yang jauh lebih dalam maknanya: kemenangan atas dosa dan kematian melalui Paska-Nya. Mat 10:38.. Dalam mengikuti Dia mereka mendapat satu pandangan baru mengenai penyakit dan penderita sakit.
Yesus mengikut-sertakan mereka di dalam hidup-Nya sendiri yang miskin dan siap melayani. 1507 Tuhan yang bangkit mengulangi perutusan ini (“[Atas nama-Ku] mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh”: Mrk 16:18) dan meneguhkannya dengan tanda-tanda yang Gereja lakukan, apabila ia menyerukan nama-Nya Bdk. Dengan demikian Santo Paulus harus mendengar dari Tuhan sendiri: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2 Kor 12:9). Ia percaya akan kehadiran yang menghidupkan dari Kristus, Penyembuh penyakit jiwa dan badan.
Yoh 6:54.58.. Santo Paulus menunjukkan bahwa Ekaristi mempunyai hubungan juga dengan kesehatan badan Bdk. Ini disaksikan oleh santo Yakobus: “Kalau ada orang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Tradisi telah melihat dalam ritus ini satu dari ketujuh Sakramen Gereja Bdk. Meskipun terjadi perkembangan macam ini, namun Gereja tidak pernah berhenti berdoa kepada Tuhan, supaya orang sakit sembuh kembali, seandainya itu berguna bagi keselamatannya Bdk.
1513 Konstitusi Apostolik “Sacram unctionem infirmorum” 30 Nopember 1972 menentukan seturut Konsili Vatikan II Bdk. 1514 Urapan orang sakit “bukanlah Sakramen bagi mereka yang berada di ambang kematian saja. Dalam menderita penyakit yang sama, Sakramen ini dapat diulangi, kalau keadaan makin buruk.
1.. Para pastor mempunyai kewajiban untuk mengajarkan umat beriman mengenai daya guna yang menyelamatkan dari Sakramen ini.
Umat beriman hendaknya mendorong orang sakit, supaya memanggil imam, dan menerima Sakramen ini. Orang sakit harus mempersiapkan diri untuk itu, supaya menerimanya dalam keadaan batin yang baik.
Sangatlah pantas, apabila ia dirayakan dalam perayaan Ekaristi, kenangan akan Paska Tuhan. Sesudah itu mereka melakukan urapan dengan minyak, yang sedapat mungkin telah diberkati oleh Uskup.
Kegiatan liturgi ini menunjukkan, rahmat apa yang diberikan oleh Sakramen kepada orang sakit.
Konsili Firense: DS 1325.. Dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni (Yak 5:15) Bdk.
Oleh rahmat Sakramen ini, orang sakit menerima kekuatan dan anugerah untuk mempersatukan diri lebih erat lagi dengan sengsara Tuhan. Ia seakan-akan ditahbiskan untuk menghasilkan buah melalui keserupaan dengan sengsara Juru Selamat yang menebus.
Sengsara sebagai akibat dosa asal, mendapat satu arti baru: ia menjadi keikutsertaan dalam karya keselamatan Yesus. Karena “secara bebas menggabungkan diri dengan sengsara dan wafat Kristus, maka orang-orang sakit memberi sumbangan bagi kesejahteraan umat Allah” (LG 11).
Urapan Orang Sakit membuat kita secara definitif serupa dengan kematian dan kebangkitan Kristus yang telah dimulai oleh Pembaptisan.
1526 “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para panatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.
Pengurapan Orang Sakit
Baru menderita sakit atau pun makin memburuknya kondisi kesehatan membuat sakramen ini dapat diterima berkali-kali oleh seseorang. Jika si sakit telah melakukan dosa, maka dosanya itu diampuni.
Be First to Comment