Baru menderita sakit ataupun makin memburuknya kondisi kesehatan membuat sakramen ini dapat diterima berkali-kali oleh seseorang.
Apakah sakramen pengurapan orang sakit hanya bisa dirayakan di gereja ?
Teladan yang bs diambil d … ari tokoh alkitab? Sebuah Paragraf Yang Menjabarkan Rute Gerilya Daerah Yang Digunakan Sebagai Kantong Gerilya Oleh Pangeran Diponegoro Antara Tahun 1825-1830 Lebih Tepa … t Disebut Sebagai Sinkronik Atau Diakronik? Sebuah Paragraf Yang Menjabarkan Rute Gerilya Daerah Yang Digunakan Sebagai Kantong Gerilya Oleh Pangeran Diponegoro Antara Tahun 1825-1830 Lebih Tepa … t Disebut Sebagai Sinkronik Atau Diakronik?
Apa makna sakramen pengurapan orang sakit ?
1) Menganugrahkan rahmat Roh Kudus yang menjadikan si penderita sakit mempunyai kekuatan, ketenangan, dan kebesaran hati untuk mengatasi kesulitan karena sakitnya.
3 Makna Sakramen Minyak Suci dalam Kehidupan Katolik
Kendati demikian, sekarang pun masih banyak orang yang enggan untuk mendapat pengurapan minyak suci ketika sedang sakit, karena mereka beranggapan hal tersebut akan mempercepat kematian. Untuk mempertegas tujuan dari sakramen ini, kita bisa melihat Kitab Hukum Kanonik 1004; KGK 1514 yang mengatakan bahwa pengurapan orang sakit dapat diberikan kepada orang beriman yang telah dapat menggunakan akal budi, mulai dari berada dalam bahaya karena sakit atau usia lanjut. Maka, jelas bahwa sakramen tidak serta merta mempercepat kematian, melainkan dilakukan pada siapa pun yang membutuhkan pengurapan untuk kesembuhan dan kekuatan.
Namun seiring perkembangannya, pengurapan minyak suci di maknai tidak hanya untuk penyembuhan fisik tetapi juga rohani: Maka, pengampunan dosa dapat diterima melalui sakramen minyak suci apabila orang tersebut mengakui dosanya dengan sungguh-sungguh. Sakramen minyak suci juga bertujuan untuk memberi kekuatan pada seseorang yang berjuang melawan rasa sakit.
8 Asal Usul Sakramen Pengurapan Orang Sakit
Sakramen ini ditujukan bagi mereka yang menginginkan pemulihan, baik secara jasmani maupun rohani. Namun pada saat itu, pengurapan ini dilakukan bukan dalam bentuk sakramen, melainkan hanya pelayanan penyembuhan. Mereka beranggapan bahwa Tuhan Yesus yang merupakan orang Yahudi pasti akan merasa asing dengan istilah penyembuhan fisik maupun spiritual, mereka berpendapat bahwa Yesus mungkin akan memandang penyembuhan sebagai suatu hal yang mempengaruhi keseluruhan pribadi seseorang.
Mereka percaya akan kekuatan minyak urapan untuk menyembuhkan, dan akibatnya penggunaannya menjadi tidak teratur.
Mereka mengurapi satu sama lain dan mengoleskan minyak urapan pada bagian yang sakit tanpa disertai dengan iman. Perubahan tersebut bermula dengan dibentuknya sebuah ritual penyembuhan bagi pastur yang sedang sekarat.
Lalu pada abad sepuluh, pengurapan ini hanya biasa dilakukan bagi mereka yang mendekati ajal. Inilah awal mula terjadi pergeseran makna yang sangat drastis mengenai sakramen pengurapan. Praktik pengurapan minyak tidak hanya dioleskan pada bagian-bagian yang sakit, tetapi juga kelima indera manusia.
Beberapa teolog Fransiskan berspekulasi bahwa sakramen pengurapan khusus untuk mengampuni dosa-dosa hina, sedangkan teolog Domanika merasa bahwa sakramen pengurapan bertujuan untuk menghapuskan sisa-sisa dosa, yaitu kebiasaan buruk umat Kristiani yang mungkin masih tetap dilakukan setelah kesalahan dimaafkan. Walaupun begitu, ternyata orang-orang masih tetap menganggap sakramen pengurapan hanya diperuntukkan bagi mereka yang dalam keadaan sekarat. Kita bisa lihat pada Markus 2:1-12 yaitu mengenai kisah Yesus yang mengampuni dosa saat menyembuhkan.
Dan sekarang, sakramen pengurapan orang sakit kembali ke pemahaman semula, serta bisa diperuntukkan bagi orang-orang yang kesehatannya terganggu oleh penyakit atau bagi mereka yang lemah oleh karena usia lanjut.
Be First to Comment