Press "Enter" to skip to content

Doa Sebelum Ujian Katolik Brainly

Allah Bapa yang ada di kerajaan surga, terima kasih atas hari ini saya dapat menjawab soal ujian dengan baik dan jujur.

Buatlah doa persiapan UTS (katolik)​lengkap dengan pujian, syukur, dan permohonan

Tuhan Yesus, sungguh besarlah namamu di hati kami. Sungguh mulia segala yang Kau perbuat di dalam hidup kami. Tuhan, tentu kami masih membutuhkan penyertaanmu menghadapi Ujian Tengah Semester.

Pun buat kami menjadi murah hati dan tidak congkak saat berhasil dalam ujian.

Tiga unsur tersebut adalah pujian, syukur dan permohonan. Sudah selayaknya kita manusia dalam berkomunikasi dengan Tuhan memberikan pujian kepadanya.

Cara Membuat Doa Spontan yang Baik dan Benar

Yups…doa spontan sangat penting bagi pengembangan iman kristiani kita. Berikut ini saya sajikan tips membuat doa spontan yang baik.

Misalnya; aku bersukur kepada-Mu atas segala pemberian-Mu kepadaku secara Cuma-Cuma, dll. Langkah IV: mencari sumber kitab suci yang sesuai dengan isi doa.

Misalnya: saat kita ingin meminta sesuatu dari Tuhan kita bisa menggunakan kalimat ini: seperti yang Engkau firmankan dalam kitab suci, mintalah maka akan diberikan kepadamu atau Engkau telah berfirman, mintalah maka akan diberikan kepadamu. Penegasan bertujuan untuk mengakui bahwa semua doa kita demi memuliakan Tuhan Yesus.

aku bersukur kepada-Mu atas segala pemberian-Mu kepadaku secara Cuma-Cuma seperti yang Engkau firmankan dalam kitab suci, mintalah maka akan diberikan kepadamu

Doa-doa Katolik: Doa Sebelum Belajar untuk Anak-anak

BERITA DIY – Bagi orang Katolik, melibatkan Tuhan dalam setiap perkara adalah suatu kewajiban dan keharusan. Berikut contoh doa sebelum belajar untuk anak-anak yang dapat didoakan secara pribadi maupun bersama-sama.

Allah, Bapa kami, Tuhan Yesus menyiapkan diri dengan sungguh untuk menjalankan tugas perutusan dari-Mu. Demikian contoh doa sebelum belajar untuk anak-anak yang dapat didoakan secara pribadi maupun bersama-sama.

Gereja Anggota PGI

Dalam usianya yang sudah 150 tahun lebih, HKBP telah menyebar ke seluruh Indonesia dan luar negeri. Meski memakai nama Batak, HKBP juga terbuka bagi suku bangsa lainnya.Sejak pertama kali berdiri, HKBP berkantor pusat di Pearaja (Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) yang berjarak sekitar 1 km dari pusat kota Tarutung, ibu kota Kabupaten tersebut. website: wikipedia Profil Singkat Injil diberitakan pertama kali di Nias oleh dua Pastor dari Gereja Roma Katolik Mission Etragers de Paris (Inggris) sekitar 1822-1823.

Tahun 1865, Rheinische Mission Geschelschaft (RMG) dari Jerman mengutus Ludwig Erens Denninger dan tiba di Pulau Nias 27 September 1865. Berkat keuletan mereka memberitakan Injil dan bergaul akrab dengan masyarakat Nias, tahun 1874 seorang kepala kampung bernama Yawaduha membawa 25 warganya dibaptis Kreamer. Mitra kerja BNKP antara lain adalah Reformed Church of America (RCA), United Evangelical Mission (UEM) dari Jerman dan GKI Sinode Wilayah Jawa Barat.

Permulaan usaha pekabaran Injil ke daerah Karo bukan muncul karena tugas rohani. website: www.gmi.or.id Profil Singkat GMI adalah satu-satunya gereja di Indonesia yang hadir bukan sebagai hasil pekabaran Injil misi Belanda dan Jerman, melainkan hasil pelayanan misionaris dari Amerika yang bekerja di Malaysia dan Singapura.

Pekabaran Injil melalui pendidikan umum dianggap cara terbaik sehingga jemaat cepat berkembang.

Tahun 1910, Khoo Cian dan Lim Huay Gin datang ke Medan dari Singapura. Pada Juni 1912 Lim Huay Gin menyerahkan tanggungjawab ibadah dan sekolah kepada Pdt. Wilayah II meliputi Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa, Bali, Kalimantan dan Papua berkedudukan di Jakarta.

website: www.gke.or.id Profil Singkat Pekabaran Injil bagi suku Dayak di Kalimantan dimulai Zending Barmen (RMG) yang mengutus dua penginjil dari Jerman, Heyer dan Branstein yang tiba di Jakarta pada tanggal 13 Desember 1834. Tetapi hanya Branstein yang berangkat ke Kalimantan dan tiba di Banjarmasin pada 26 Juni 1835. Pekabaran Injil juga disertai pelayanan diakonia, seperti pendidikan, kesehatan dan pembebasan budak.

Pasang surut terjadi ketika Perang Dunia I di mana RMG menyerahkan tugas Pekabaran Injil kepada Zending Basel di Swiss tahun 1920.Zending Basel meneruskan dan mengembangkan pekerjaan RMG sebelumnya, hingga pendirian Sekolah Tinggi Teologi tahun 1932. Zending Basel yang membidani lahirnya organisasi Gereja Dayak Evangelis (GDE) pada 4 April 1935 melalui Sinode Umum. Karena itu, melalui Sidang Umum V tanggal 5-9 November 1950 diputuskan GDE berubah nama menjadi Gereja Kalimantan Evangelis (GKE).

Selanjutnya Zending menyerahkan tanggungjawab pelayanan kepada Komite Sangihe Talaud melaksanakan Sidang Sinode Pertama pada 1947. Tanggal pelaksanaan Sidang Sinode inilah juga yang ditetapkan sebagai hari lahirnya GMIST, 25 Mei 1947.

Kemudian dibentuklah klasis Indonesia Barat (resort Inbar) yang mencakup jemaat-jemaat orang Sangir dalam perantauan di Pulau Jawa dan Sumatera. Jumlah anggota GMIST di tahun 1997 tercatat 220.000 orang, tahun 1972, 183.344 orang atau lebih dari 90 persen dari seluruh penduduk kepulauan Sangir-talaud.GMIST yang berdenominasi Reformed ini melayani di wilayah pelayanan Sulawesi Utara, Jawa dan Sumatera. website: Profil Singkat GMIM merupakan salah satu gereja terbesar di Indonesia yang berarliran Calvinisme. Diproklamasikan sebagai gereja yang mandiri 30 September 1934, dan selama delapan tahun pertama dipimpin para pendeta Belanda, seperti Pdt.

Gereja ini merupakan salah satu anggota Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia sejak 20 Mei 1950. Tetapi daerah ini pun tidak mendapat perhatian yang cukup dari pihak VOC.

Tetapi ketika NZG hendak mengutus seorang tenaga tetap, pemerintah Belanda melarangnya dengan alasan tidak bisa menjamin keselamatan utusan itu.Tahun 1904 Raja Cornelis Manoppo, seorang Islam, telah berbuat banyak membangun kehidupan rakyat, meminta Zending agar membuka sekolah-sekolah di daerahnya.

Di samping memperhatikan pendidikan, zending menekankan pemeliharaan terhadap orang Minahasa dan Sangir yang telah merantau ke daerah itu.

Pekerjaan di kalangan orang asli yang beragama Islam tidak dilakukan secara langsung dan intensif. Sama seperti gereja-gereja lainnya di wilayah Sulutteng, Gereja Masehi Injili Bolaang Momgondow ini banyak menderita akibat pergolakan PERMESTA. Pembaptisan pertama dilaksanakan pada 25 Desember 1909 di Kasiguncu kepada Kepala Suku Pebato Papa I Wunte dan Ine I Maseka bersama seratusan orang pengikutnya. GKST pernah mengalami masa sulit, yaitu ketika terjadi konflik Poso tahun 1998, 2000 sampai 2005.

website: Profil Singkat Cikal bakal Gereja Toraja berawal dari benih injil yang ditaburkan oleh guru-guru sekolah Landschap (anggota Indische Kerk-Gereja Protestan Indonesia), yang dibuka oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1908.

Atas pimpinan dan kuasa Roh Kudus, terjadilah pembaptisan yang pertama pada tanggal 16 Maret 1913 kepada 20 orang murid sekolah Lanschap di Makale oleh Hulpprediker F. Kelleng dari Bontain. GZB berlatarbelakang pietis, dalam arti sangat mementingkan kesalehan dan kesucian hidup orang Kristen. Dalam rangka membina persekutuan, kesaksian dan pelayanannya sejak berdiri sendiri Gereja Toraja telah mengalami banyak pergumulan, baik yang berasal dari dalam dirinya sendiri (faktor internal), maupun yang berasal dari luar (farktor eksternal).

Dalam arak-arakan gerakan oikoumene GT juga menjadi gereja pelopor karena termasuk anggota PGI pertama yaitu pada 25 Mei 1950. A.A. van de Loosdrecht menjadi misionaris pertama yang tiba di Rantepao, Sulawesi Selatan, pada 7 November 1913. Pada masa pemberontakan DI/TII Kahar Muzakar, banyak anggota jemaat Gereja Toraja yang terbunuh.

Indische Kerk melakukan pembaptisan missal pada tanggal 12 Oktober 1914 sebagai awal kekristenan di Mamasa.

Ada dua zendeling ZCGK yang sangat terkenal di kalangan warga Gereja Toraja Mamasa, yakni Ds. Pada zaman ini, VOC menenmpatkan pendeta untuk perawatan rohani para pegawainya di Makassar.

Pada tahun 1851, NZG mengutus misionarisnya yang ditempatkan di Makassar, Bonthain, dan Bulukumba serta berusaha memberitakan Injil kepada penduduk asli. Pada tahun 1858, pemerintah melarang pekabaran Injil kepada penduduk asli sehingga mereka meninggalkan daerah itu.Tahun 1895 Nederlandse Zending Vereniging (NZV) mengutus misionarisnya, tetapi mereka tidk berhasil, maka dipindahkan ke Halmahera pada tahun 1905.

Pada tahun yang sama, Gereja Gereformeerd Surabaya menjadikan Sulawesi Selatan sebagai wilayah pekabaran Injilnya dengan mengutus Pdt. Pdt Daeng Masikki dan kawan-kawan tidak puas dengan kelambanan pendewasaan jemaat-jemaat di sana karena tidak melibatkan mereka sehingga mereka membentuk Badan Pengurus Bakal Gereja Bugis dan Makassar Selebes Selatan pada Agustus 1949. Inisiatif ini disambut Zending sehingga pada 16 November 1949 dibentuk Bakal Gereja Kristen di Sulawesi Selatan. Jumlah anggotanya tahun 2000 adalah 5660 umat yang tersebar dalam enam klasis, yaitu Walanae (Soppeng), Mappatuwo (Pangkajene), Bulusaraung (Maros), Bawakaraeng, Selayar, dan Makassar.

website: Profil Singkat GEPSULTRA didirikan untuk wilayah pelayanan di provinsi Sulawesi Tenggara. Lalu pindah ke Mowewe pada 17 September 1917 dan melakukan pembaptisan yang pertama kepada Paulus Wongga.

website: Profil Singkat Embrio GMIH dimulai dari kegiatan pekabaran Injil yan dilakukan oleh H. Van Dijken_tenaga utusan Utrechtsche Zendings Vereeniging (UZV) pada tahun 1867 di desa Duma, Galela.

Schut dan J. Forgens turut memberikan kontribusi dalam ekspansi penginjilan di wilayah-wilayah lain.Jemaat-jemaat Zending yang sudah terbentuk tersebut kemudian mendapat pergumulan keras sebagai konsekuensi dari akibat gejolak Perang Dunia II.

Dalam suasana yang membingungkan tersebut, berbagai usaha-usaha mulai dipikirkan, terutama untuk memikirkan kemandirian sebuah Gereja di Halmahera. Ketika kembali mereka tidak menerima begitu saja pembentukan Gereja Protestan Halmahera (selanjutnya disingkat GPH).

Mereka menerima nama GPH untuk sementara waktu, Di samping itu tetap mencari solusi terbaik bagi kemandirian. Dengan begitu menyebabkan berbagai konferensi dilaksanakan demi membahas masalah pendirian dan kemandirian Gereja. Selama periode ini, ada dua gagasan yang berkembang, yakni bergabung dengan GPM (Gereja Protestan Maluku) dengan pengaruh zending Belanda; atau mendirikan sebuah Gereja yang benar-benar mandiri di bumi Halmahera. Pulau dengan 32 sub suku tersebut merupakan locus yang menjadi tempat GMIH lahir dan berkembang. Secara geografis, GMIH memiliki wilayah pelayanan yang mencakup pulau Halmahera dan pulau-pulau sekitarnya. website: http://www.sinodegpm.org Profil Singkat GPM merupakan salah satu gereja di Indonesia yang beraliran Protestan Reformasi atau Calvinis.

Lahirnya GPM diawali ibadah perdana Gereja Protestan Calvinis orang-orang Belanda, pegawai VOC di Ambon, 27 Februari 1605.GPM adalah gereja Protestan yang melayani di wilayah Provinsi Maluku (Pulau Buru, Pulau Seram, Pulau Ambon, Pulau-pulau Lease (Saparua, Haruku dan Nusalaut), Pulau-pulau Banda, Kepulauan Kei, Kepulauan Aru (Dobo), Tanimbar, Babar, Leti-Moa-Lakor, Kisar hingga Wetar, dan Provinsi Maluku Utara (Ternate, Pulau-pulau Bacan, Pulau-pulau Obi, dan Kepulauan Sula) GPM bertumbuh dengan berbagai tantangan yang bukannya membuat umat Kristen di provinsi kepulauan ini mundur, tetapi semakin membuat semangat kekristenan mereka makin menyala-nyala.Tantangan-tantangan yang dihadapi mulai dari dibombardirnya wilayah Ambon pada Perang Dunia II oleh Jepang, yang menyebabkan separuh hamba Tuhan terbunuh dan penduduk di beberapa desa dibantai. Ribuan orang pun mengungsikan diri ke wilayah aman seperti Sulawesi Utara, Bali, dan Papua.

Sehingga masyarakat Kristen di Maluku khususnya warga GPM dapat kembali melanjutkan pelayanan dengan semangat penginjilan yang teguh dan tidak terkungkung dalam kebodohan duniawi dengan salah satu cara yakni; memberikan pelayanan Injil yang komprehensif di tengah masyarakat, seperti tampak dari keikutsertaan dalam mencerdaskan anak-anak bangsa melalui penyelenggaraan pendidikan.

website: Profil Singkat Para Penginjil dari Badan Misi Gossner Jerman yakni Johann Geissler, Schneider dan Carl Ottow tiba di Batavia (Jakarta) pada 7 Oktober 1852. Mereka berangkat dengan dari pelabuhan Rotterdam Belanda, dengan menggunakan Kapal yang bernama “Abeltasman”.Gereja Kristen Injili Tanah Papua (GKITP) berdiri pada 26 Oktober 1956 sebagai hasil pekabaran Injil yang dimulai oleh Ottow dan J G. Geissler. Sauh kapal dilabuhkan dan tepat jam 9 mereka menginjakan kaki di pulau itu dengan mengucapkan doa sulung mereka “In Gottes Namen Bettraten Wir Das Land yang artinya “Dengan nama Tuhan Kami Menginjak Tanah ini”.

Oleh pemberitaan Injil peradaban baru Papua dimulai dan terus berlangsung sampai sekarang ini. website: Profil Singkat Cikal-bakal GMIT bermula dari kedatangan Ds.Mattheus van den Broek pada tahun 1614 sebagai pelayan rohani pegawai-pegawai VOC di Kupang. Pekabaran Injil pun mulai digiatkan ke beberapa pulau sekitar, seperti: Rote dan Sabu.

Setelah VOC bubar, pekabaran Injil diambil-alih oleh lembaga Zending NZG (Nederlansche Zendeling Genootschap). Pada masa inilah terjadi kemajuan pekabaran Injil yang pesat sampai ke pedalaman Timor dan sekitarnya. website: Profil Singkat GKS adalah lembaga gerejawi yang berkarya di Pulau Sumba, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sekarang ini GKS memiliki 712 gereja dengan jumlah jemaat 386.000 jiwa dan pendetanya berjumlah 164 orang. GKPB berdiri sebagai hasil penginjilan Christian and Missionary Alliance (CMA) yang pada tahun 1930 mengutus Tsang Kam Foek (Tsang To Hang) ke Bali.Kemudian, 11 November 1931 ketua CMA, R. A. Affray membaptiskan 12 orang Bali asli di Yeh Poh, sungai kecil dekat dusun Untal-untal di Sesa Dalung. Pada 14-16 Januari 1948 diadakan Sidang I di Blimbingsari diputuskan bahwa nama gereja adalah Persatuan Kristen Protestan Bali (PKPB) dan Ds. website : Profil Singkat GKJW adalah persekutuan gereja-gereja berbasis daerah di Jawa Timur yang dideklarasikan pada tanggal 11 Desember 1936 di salah satu Jemaat Kristen Jawa terkemuka saat itu, yakni Mojowarno, Kabupaten Jombang. Saat itu, ada dua kelompok pekabar Injil yang bekerja di antara orang Kristen di Jawa Timur, yakni Nederlandsche Zending-genootschap (NZG) dan suatu panitia pekabar bernama Java Comite.Dekrit pengurus pusat NZG ditandatangani Konsul Jenderal Th. Bila dicermati, pendirian MA merupakan suatu siasat NZG yang saat itu menjadi pengampu berbagai jemaat Kristen bumiputra di Jawa Timur.

Pendirian MA sebagai wujud kesatuan sinodial, tak lepas dari usulan Dr. H. Kraemer, utusan Nederlands Hervormd Kerk (NHK) Belanda yang bekerja untuk NZG, guna mewujudkan suatu jemaat kristiani berbasis kewilayahan di Hindia Belanda sebagai sebuah gerakan kultur sekaligus politik. Tampak, pendirian MA merupakan suatu siasat kebudayaan yang berada dalam koridor dinamika politik Hindia Belanda.

Sidang perdana MA diadakan keesokan hari setelah deklarasi, bertempat di gedung gereja Jemaat Mojowarno, Sabtu 12 Desember 1931. Mereka adalah aktifis yang sejak lama berkutat dalam pergerakan Jemaat Kristen Jawa.

Sebelum sidang dibuka, seorang mantri guru dari Mojowarno, Soetikno, menyerahkan sebuah palu kayu jati buatannya sendiri. Sejak saat itu menjadi tradisi GKJW, palu bikinan Soetikno hanya dipakai pada sidang MA saja.

Sebagai tema sidang diambil Pilipi 4:4-9, dengan penekanan pada ayat 6 yang berbunyi, Janganlah kamu khawatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Pemilihan dilanjutkan dengan Bendahara MA, di mana terpilih seorang mantri guru, Poertjojo Gadroen (12 suara). GKJW mendapat sorotan saat itu karena dipandang sebagai kelompok orang Jawa dengan afiliasi ke Belanda. Tahun 1943 berdiri Raad Pasamuwan Kristen (RPK) di Jawa Timur untuk memenuhi maksud tersebut.

Terjadi dualisme, karena baik RPK maupun MA GKJW sama-sama memiliki pengikut di sejumlah jemaat Kristen Jawa Timur. Dualisme ini tidak berkepanjangan, karena tokoh-tokoh Kristen Jawa banyak ditangkap menjelang akhir Perang Dunia ke II, antara lain: Pdt.

Akibatnya baik RPK maupun MA GKJW sama-sama berada dalam keadaan vakum hingga Jepang akhirnya menyerah 14 Agustus 1945. Melalui Persidangan MA GKJW di Jemaat Mojowarno, tanggal 4-6 Agustus 1946 dilakukan rekonsiliasi untuk mempertemukan kedua kubu yang pernah sama-sama memimpin umat Kristen Jawa Timur.

Rekonsiliasi tadi ditandai sebuah ibadah perjamuan kudus pada tanggal 5 Agustus yang selanjutnya diperingati sebagai Hari Pembangunan (atau lebih tepat Kebangunan) GKJW. Penetapan nama ini menunjukkan kesadaran GKI untuk dapat menjalankan misi dan panggilannya secara nasional, tidak lagi terikat pada suku tertentu saja. Wilayah pelayanannya cukup luas yakni meliputi sebagian Jawa dan beberapa daerah transmigran di Sumatera.GITJ berdiri 30 Mei 1940 dari hasil penginjilan yang dilakukan oleh Pieter Jantz dari DZV-Belanda, yang dibantu oleh seorang penginjil pribumi bernama Tunggul Wulung. Semula GITJ hanya berada di sekitar wilayah Gunung Muria, tetapi kemudian berkembang ke Semarang, Salatiga, Yogyakarta, dan Sumatera.

Van Oostrom Phillips di Banyumas, nekad berjalan kaki dalam rombongan kecil menerabas desa-desa dan pegunungan menuju ke Semarang (sejauh sekitar 300 Km) untuk sekedar mendapatkan tanda baptis dari Zendeling NZG W. Hoezoo pada 10 Oktober 1858karena pemberian tanda babtis di karesidenan Banyumas oleh zendeling tersebut dilarang oleh pemerintah kolonial setempat. Setelah itu, dua lelaki dan tiga orang perempuan pekerja miskin batur (pembantu rumah tangga) Ny.

Itulah cikal-bakal dari yang disebut dan menamakan diri Gereja-gereja Kristen Jawa adalah golongan akar rumput lagi pula buta huruf, keluarga para pembantu rumah tangga dan buruh membatik, anggota masyarakat kelas bawah Boemipoetera zaman kolonial yang paling rendah status sosialnya.

Tumbuhnya kelompok Kristen awal ini segera disusul oleh tumbuhnya kelompok lain hasil pekabaran injil Nederlandche Gereformeerde Zendingvereniging (NGZV) yang mulai bekerja di Jawa Tengah sejak 1865 di Tegal (Muaratuwa) dan Purbalingga (plus Bobotsari dan Bojong), yang nantinya diambil-alih oleh Zending Gereformeerd Kerken (ZGK) sejak tahun 1896 dan dikembangkan dengan pusat-pusat penginjilan dari kota-kota Purwerejo–Temon, Kebumen, Yogyakarta, Surakarta, Banyumas-Purbalingga serta Magelang, Temanggung, semuanya di kawasan Jawa Tengah Selatan (Jawa Tengah Utara menjadi ladang pekabaran Injil Salatiga Zending).

Namun yang jelas, hampir semua warga gereja Jawa ini berlatar belakang petani miskin dan buta aksara. Hanya berkat jasa pelayanan sekolah dan rumah sakit yang diselenggarakan zending, secara lambat namun pasti generasi kedua warga Gereja Jawa bergeser, mereka mulai melek huruf, sebagai akibat pendidikan di sekolah maupun di rumah sakit zending sebagian generasi kedua ini beralih profesi menjadi guru dan perawat serta pegawai berbagai bidang pelayanan masyarakat termasuk di pemerintahan desa. Namun pendewasaan ini ternyata lebih bersifat pamer kebisaan kepada Golongane Wong Kristen “Jowo” kang Merdhiko pimpinan Kyai Sadrach untuk membuktikan bahwa zending tidak bermaksud lain kecuali mendirikan gereja-gereja Jawa dengan pendeta-pendeta Jawa. Setelah berjalan 26 tahun hanya Gereja Gondokusuman yang pertama kali siap memanggil pendeta atas diri Ds.

Ponidi Sopater pada tahun 1926 dari antara 17 gereja Jawa yang sudah didewasakan oleh zending yaitu Purworejo, Temon, Glonggong, Gondokusuman, Solo, Klaten, Tungkak, Patalan, Candisewu, Magelang, Kesingi, Palihan, Kebumen, Grujugan, Purbalingga, Grendeng dan Adireja. Gereja-gereja ini menggeliat dibawah pimpinan Guru-guru Injil didikan “Opleiding School van de Helper bij de Dienst Woords” (Sekolah bagi Pembantu-pembantu Pada pelayanan Firman Tuhan/Sekolah Guru Injil) Yogyakarta dibantu serta oleh guru-guru sekolah zending dan mantri jururawat rumah sakit dan poliklinik zending. Pada tanggal 17-18 Februari 1931 gereja-gereja Jawa yang saat itu menamakan diri “Pesamoewan Kristen “Gereformeerd” ing Tanah Djawi Tengah sisih Kidoel”, yang masing-masing mengelompok dalam 5 klasis bersinode pertama di Kebumen, ini menjadi tonggak pertama persidangan sinode Gereja-gereja Jawa Tengah Selatan untuk disusul dengan sinode-sinode berikutnya, walaupun peran serta para Pendeta Missioner ZGK masih cukup besar untuk menuntun para pemimpin gereja Jawa berjalan menapaki kedewasaannya yang masih rapuh ini. Kedewasaan Gereja-Gereja Kristen Djawa Tengah Selatan (sebutan yang akhirnya sering dipakai) menemukan kesempatan ketika gereja-gereja Jawa harus berjuang menegakkan kehidupannya sendiri saat para Pendeta Missi ditawan oleh pemerintah pendudukan Jepang sejak 1943 dan hubungan dengan gereja Eropa terputus.

Gereformeerde Kerken in Nederland (GKN) dan Nederlandsch Hervormde Kerk (NHK) yang mewakili gereja pengutus masih menghendaki paling tidak adanya kerjasama dalam pekabaran Injil di Indonesia. Basoeki Probowinoto selaku utusan Geredja-geredja Kristen Djawa Tengah Selatan yang menjadi motor DPG ketika hadir sebagai utusan Gereja Jawa dalam Sinode GKN di Eindhoven tahun 1948 harus bersedia melangkah surut karena dia diingatkan oleh seniornya (S.U.Zuidema) bahwa jika gereja-gereja Gereformeerd Belanda tidak lagi diberi peran dalam pekabaran Injil sama saja dengan mematikan mereka karena dalam pengertian mereka tidak ada gereja tanpa pekabaran Injil, yang berarti mereka berhenti sebagai gereja missioner. Terpaksa Gereja Jawa harus menerima konsep bekerjasama dengan bekas zendingnya lewat Regionaal Acccord dan Algemene Accord yang ditandatangi di Belanda tahun 1948. Baru sesudah secara tiba-tiba gereja partner ini menyatakan tidak lagi melanjutkan bekerjasama dalam Pekabaran Injil, justru inilah saat gereja Jawa (sejak tahun 1956 berubah nama menjadi Geredja-geredja Kristen Djawa/GKD) mendapat kesempatan menjalani kedewasaannya yang sesungguhnya dan harus dewasa dalam segalanya.

website: www.gkp.or.id Profil Singkat Kehadiran GKP tidak terlepas dari adanya Lembaga Pekabaran Injil Genootschap voor Inen Uitwendige Zending te Batavia (GIUZ) yang didirikan di Jakarta pada 1851 oleh beberapa orang Eropa dan beberapa Lembaga Pekabaran Injil. Mr.F.L.Anthing berhasil mendirikan Pos-pos Pekabaran Injil di Jakarta dan sekitarnya, yang seringkali disebut sebagai “Jemaat-jemaat Anthing”, antara lain Kampung Sawah, Pondok Melati, Gunung Putri, Cigelam, Cikuya (Banten), Tanah Tinggi, Cakung dan Ciater (dekat Serpong).

Beliau bekerja di Cikuya, Banten tahun 1854-1859 sebagai Guru Sekolah Swasta dan diberi keleluasaan untuk mengabarkan Injil kepada penduduk pribumi. Pada 11 Juli 1855 dua orang pribumi dari daerah Cikuya, yakni Minggu dan Sarma menerima Baptisan Kudus oleh Pdt.Bierhans di Jakarta.

Setahun kemudian, tepatnya 7 Mei 1856, delapan orang lagi penduduk pribumi Cikuya-Banten menerima pelayanan Baptisan Kudus.

Pada 1862, LPI pertama, Nederlandsche Zendelings Vereeniging (NZV) mulai mengirimkan para Zendelingnya ke Jawa Barat. Tetapi mereka harus menunggu 2 tahun baru kemudian memperoleh ijin kerja dari Gubernur Jenderal Pemerintah Kolonial Belanda saat itu. Kepemimpinan GKP sejak 1942 mulai dipegang sepenuhnya oleh orang-orang pribumi (Bumiputra) karena dalam masa pendudukan Jepang para Zendeling Belanda tidak lagi dapat melakukan kegiatannya.

Pada masa transisi (1945-1949), setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), dalam keberadaan RI yang masih muda usia, terjadi pengacauan terhadap jemaat-jemaat GKP, antara lain di Cigelam, Gunung Putri dan Kampung Sawah. Setibanya di Juntikebon, dia malah dibunuh oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Sidang Sinode ke XXVII GKP yang berlangsung pada 2-5 Juli 2012 di Hotel Grand Pesona, Cimande, Sukabumi, Bogor, telah memilih Pdt. website : Profil Singkat GK adalah salah satu organisasi Gereja Kristen Protestan di Indonesia yang beraliran Presbiterian.

Pada tahun 1910 Methodist Mission mengutus Worthington dan Baughman untuk merintis pekerjaan penginjilan di Batavia (kota). Hasil usaha mereka merupakan permulaan atau cikal bakal jemaat Gereja Kristus di kemudian hari.

Walaupun dalam sejarah Methodist tidak tercatat dengan jelas, bahwa cikal bakal jemaat Gereja Kristus merupakan hasil dari pekerjaan Misi yang dijalankannya, namun kita dapat melihat bahwa pekerjaan sekecil apapun yang dipersembahkan untuk Tuhan tidak akan pernah sia-sia. Hal itu terbukti dengan bertumbuh dan berkembangnya Gereja Kristus sampai saat ini.

website: www.gpib.org Profil Singkat GPIB didirikan pada 31 Oktober 1948, yang pada waktu itu bernama De Protestantse Kerk in Westelijk Indonesie berdasarkan Tata-Gereja dan Peraturan-Gereja yang dipersembahkan oleh proto-Sinode kepada Badan Pekerja Am (Algemene Moderamen) Gereja Protestan Indonesia.Teologi Gereja ini didasarkan pada ajaran Reformasi dari Yohanes Calvin, seorang Reformator Perancis yang belakangan pindah ke Jenewa dan memimpin gereja di sana. Ketika pertama kali terbentuk, GPIB mempunyai tujuh Klasis (kini disebut Mupel atau Musyawarah Pelayanan) dengan 53 jemaat.Klasis Jabar meliputi 9 jemaat: Jakarta, Tanjung Priok, Jatinegara, Depok, Bogor, Cimahi, Bandung, Cirebon, dan Sukabumi. Klasis Jatim meliputi 12 jemaat: Madiun, Kediri, Madura, Surabaya, Mojokerto, Malang, Jember, Bondowoso, Banyuwangi, Singaraja, Denpasar, dan Mataram.Selain itu, Klasis Sumatera meliputi 7 jemaat: Sabang, Kutaraja, Medan, Pematang Siantar, Padang, Telukbayur dan Palembang. Wilayahnya meliputi beberapa daerah antara lain: maluku, Minahasa, Kepulauan Sunda Kecil (sekarang: Nusa Tenggara Timur, termasuk Pulau Sumbawa), Jawa, Sumatera, dan lainnya.

Berhubung wilayah pelayanan De Protestantsche Kerk in Nederlandsch-Indie itu begitu luas dan di beberapa daerah pelayanan mulai timbul persoalan maka pada pertemuan para pendeta tahun 1927 dihasilkan sikap bahwa keesaan gereja tetap dipertahankan tetapi wilayah-wilayah yang memiliki kekhususan diberi kemandirian yang lebih besar untuk mengatur pelayanannya sendiri. Maka pada Rapat Besar tahun 1933, jemaat-jemaat di Minahasa, Maluku, dan Timor diberikan keleluasan untuk menjadi gereja mandiri dalam persekutuan De Protestantsche Kerk in Nederlandsch–Indie. GPI telah memekarkan diri dalam beberapa gereja bagian, tetapi gereja-gereja itu terus memelihara keesaannya. Keempat, memiliki akar tradisi ajaran gereja yang sama termasuk sakramen, yaitu baptisan dan perjamuan kudus. Dengan demikian maka GPI adalah wujud keesaan dari gereja-gereja bagiannya yang tersebar di seluruh Indonesia, bukan super church. website: www.gia.or.id Profil Singkat Sejarah GIA dimulai dari lahirnya persekutuan doa (kemudian disingkat PD) yang diselenggarakan di rumah Bp.

Pada saat itu direksi City Concern memberi pinjaman gedung bioskop Lux di Jl. Setelah empat bulan menggunakan Gedung Lux, jumlah jemaat yang hadir dalam kebaktian telah berjumlah sekitar 240 jiwa.

Tan Hok Tjoan menyatakan keluar dari GPdI dengan alas an yaitu perbedaan pendapat dalam tata-cara pelayanan mimbar, dan tidak diberikannya kebebasan kerja secara organisasi.

Oleh direksi City Concern, Perhimpunan Sing Ling Kauw Hwee diberi pinjaman Gedung Roxy di Jl. Pada 3 November 1946 ibadah Sing Ling Kauw Hwee berpindah ke gedung Sobo Karti. Pringgading 13 Semarang dapat dibeli, dan pada tanggal 15 Oktober 1949 dilaksanakan peletakan batu pertama oleh Pdt.

Pada 1956 GIA diterima menjadi anggota ke-29 Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI) [sekarang PGI]. GIA memiliki lima ciri khas yaitu Kerohanian, Pengetahuan, Penginjilan, Ketertiban dan Ekumenika. (Amsal 4: 5-13; 9:10) Dalam rangka tersebut di atas GIA terbuka terhadap hasil-hasil Pengetahuan yang sesuai dengan Alkitab, bahkan memanfaatkan peranan pengetahuan yang bekal dan menunjang dalam pelayanan Injil bagi kemulian Tuhan Yesus Kristus. I Korintus 14:33,40 Gereja adalah TUBUH KRISTUS yang terdiri dari banyak anggota, maka perlu ada tata tertib yang memadai, tapi luwes agar masing-masing anggota dapat berfungsi secara baik dan tepat(Ephesus 4: 15 – 16) Untuk maksud tersebut GIA selalu memperbaiki/memantapkan Tata Gereja dan Tata Tertibnya antara lain dengan terus membina kepemimpinan baik tingkat Sinodal maupun lokal sehingga koordinasi terus terjalin secara timbal balik, tertib dan serasi.

Bahkan juga menjangkau kepada setiap warga jemaat untuk mendidik mereka supaya dapat mencerminkan kedewasaan hidup iman yang taat, tertib dalam bergereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ( I Kor.12:12-26) Ekumenika, ialah usaha menjalin hubungan persekutuan dan kerja sama ekumenis berdasarkan doa Tuhan Yesus Kristus (Yoh. Hubungan ekumenis termaksud terjalin setara saling menghargai, jujur, berdasarkan kasih sesuai doa Tuhan Yesus Kristus yang bertujuan menjadi suatu kesaksian kepada dunia supaya mereka percaya dan bagi kemuliaan Tuhan Yesus Kristus yang penuh kasih.

Dari Kudus penginjilan terus bergerak ke beberapa kota terdekat seperti Jepara, Bangsri, Welahan, Pati, Blora dan Pecangaan, sambil memberikan pelayanan diakonia. 30 Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Menjadi Anggota PGI: SR V di Jakarta (3-14 Mei 1964)

Perjuangan Saragih ternyata tidak begitu saja diterima HKBP yang waktu itu menaungi orang Kristen Simalungun. Kemandirian ini berlanjut sampai jemaat HKBP di Simalungun memandirikan dirinya menjadi satu distrik hingga akhirnya mandiri total menjadi GKPS dan memberikan pelayanan bagi lingkungan sekitarnya di berbagai bidang (bukan hanya pelayanan agama).

Pada 16 Maret 1903, Dr. Schreiber dari RMG secara resmi mengirim telegram singkat yang merekomendasikan pengabaran Injil ke Timorlanden (sebutan bagi Simalungun). Setelah menerima telegram yang berisi Tole den Timorlanden das Evangelium (perintah menyebarkan injil di tanah Timur) maka pada tanggal 2 September 1903 sekelompok penginjil dari RMG yang dipimpin oleh Pendeta August Theis tiba di Pematang Raya untuk menyebarkan Injil.

GKPS juga menjadi anggota beberapa organisasi gereja di tingkat dunia dan regional, seperti Dewan Gereja-gereja se-Dunia (WCC, sejak Agustus 1973), Dewan Gereja-gereja Asia (CCA, 31 Mei 1977)[34] dan Federasi Lutheran se-Dunia (LWF, sejak 1968). Beliau adalah mantan pendeta Gereja Presbiterian di New York, yang dikenal komitmennya mengabdi kepada kaum miskin. Perintis pekerjaan misi di Kalimantan Timur adalah David C. Clench dan George E. Fisk yang masuk ke sana pada 1929. Untuk prtama kali persekutuan yang berjumlah 26 orang ini membentuk Badan Pengurus pada 30 Mei 1959.

Hal ini mau menonjolkan makna dasar dari tugas pokok gereja yaitu mengabarkan Injil. Jadi secara sederhana GKPI dapat dikatakan sama dengan gereja Kristen yang mengabarkan Injil.

F.G Van Gessel dengan beberapa pendeta lainnya dari GPDI dan membentuk Badan Persekutuan Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) di Surabaya pada tanggal 21 Januari 1952. Sehingga dapat dikatakan, saat itu GBIS telah menjadi organisasi Pentakosta terbesar ke-2 se Indonesia setelah GPdI.

website: Profil Singkat Pendeta Ishak Lew Lewi Santoso menerima panggilan Tuhan di Indonesia melalui pergumulan yang cukup berat dan panjang. Pada perkembangan selanjutnya, beliau berkehendak mendirikan Organisasi Gereja pada Tahun 1959 yang nantinya didaftarkan di Departemen Agama Jakarta melalui Kantor Urusan Agama Daerah Tingkat I Jawa Timur dengan nama “Gereja Pantekosta” dengan nomor pendaftaran: E-83-1960. Dikarenakan nama “Gereja Pantekosta” tersebut ternyata adalah nama kembar, artinya nama yang juga dimiliki oleh organisasi gereja lain di daerah tertentu, maka Beliau menggantinya dengan nama “Gereja Pantekosta Pusat Surabaya” (disingkat: GPPS) yang terdaftar di Departemen Agama Dirjen Bimas Kristen-Protestan di Jakarta pada tanggal 26 Februari 1964, yang sekaligus tanggal tersebut diakui sebagai tanggal berdirinya GPPS.GPPS secara mutlak percaya, menerima dan mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dalam kasih Allah Bapa yang kekal dan pertolongan Roh Kudus, dipanggil berdasarkan deklarasi kekuasaan, dilengkapi deklarasi kesetiaan, untuk memproklamirkan serta melaksanakan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus. Dengan semangat penyerahan diri kepada Roh Kudus dalam rangka menghadirkan kasih Allah secara nyata dan tanda-tanda Syalom Kerajaan Allah, GPPS berpedoman pada Filosofi Pelayanan “Hidup dengan Iman, Bekerja menurut Panggilan” dan Filosofi Doa “Banyak berdoa banyak berkat, kurang berdoa kurang berkat dan tidak berdoa tidak ada berkat”.GPPS bersifat Sinodal di mana Majelis

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Hati nurani adalah suatu proses kognitif yang menghasilkan perasaan dan pengaitan secara rasional berdasarkan pandangan moral atau sistem nilai seseorang. Sejauh mana peran hati nurani dalam menggerakkan penilaian moral seseorang sebelum bertindak dan apakah penilaian moral tersebut memang atau sebaiknya didasarkan pada akal budi, telah memercik perdebatan yang sengit antara filsafat Barat melawan teori-teori romantisme dan gerakan reaksioner lainnya setelah berakhirnya Abad Pertengahan.

[4] Hati nurani, sebagaimana digambarkan dalam artikel di bawah ini, adalah sebuah konsep dalam hukum nasional dan internasional,[5] semakin sering dianggap sebagai konsep yang berlaku di seluruh dunia,[6] serta telah mendorong banyak tindakan terkenal yang dilakukan demi kebaikan bersama. [10] Menurut Adi Shankara dalam Vivekachudamani, aksi yang benar secara moral (yang dicirikan dengan melakukan kewajiban primer, yaitu kebaikan kepada pihak lain tanpa pamrih material atau spiritual, dengan rendah hati dan penuh kasih sayang) dapat “menyucikan hati” dan memberikan ketenangan jiwa. Konsep Tionghoa mengenai Ren menunjukkan bahwa hati nurani, begitu pun dengan etika sosial dan hubungan yang benar, dapat membantu manusia untuk mengikuti “Jalan” (Tao), yaitu mode kehidupan yang mencerminkan kapasitas implisit manusia untuk bertindak baik dan harmonis. Pecahan tembaga Marcus Aurelius , Louvre, Paris: “Lakukanlah tindakan tidak egois terus menerus, dengan Tuhan di dalam hatimu. [21] Qur’an surat 47:17 mengatakan bahwa Allah adalah sumber utama ketakwaan seseorang, yang bukan merupakan hasil sederhana keinginan seorang individu, tetapi harus dimunculkan dengan hidayah dari-Nya. Orang ini lebih berpotensi masuk kehidupan abadi daripada pendeta yang sedang lewat di seberang jalan. “[33] Konsili Vatikan Kedua menggambarkan: “Jauh di dalam hati nuraninya, manusia menemukan hukum yang belum ia berikan pada dirinya sendiri, namun harus diturutinya. “[34] Dengan demikian, hati nurani bukanlah kehendak dan bukan pula kebiasaan seperti kesabaran, melainkan “ruang interior tempat kita dapat mendengarkan kebenaran, kebajikan, suara Tuhan.

Penganut Katolik juga diwajibkan memeriksa hati nurani mereka setiap hari, dan dengan perhatian khusus sebelum melakukan penebusan dosa. Ia juga tidak boleh dirintangi saat bertindak sesuai dengan hati nuraninya, terutama dalam hal-hal keagamaan.

Seseorang harus pertama-tama menghilangkan terlebih dahulu sumber kesalahan tersebut dan mencoba dengan sekuat tenaga untuk mencapai penilaian yang benar. Sebuah contoh seseorang yang mengikuti hati nuraninya hingga menerima konsekuensi dihukum mati adalah Sir Thomas More (1478-1535).

[38] Thomas More adalah seorang teolog yang menulis tentang perbedaan ‘rasa kewajiban’ dan ‘rasa moral’ sebagai dua aspek hati nurani.

[41] Lebih lanjut, meskipun takdir nasional dianggap sentral bagi agama Yahudi (lihat Zionisme), banyak peneliti (termasuk Moses Mendelssohn) yang menyatakan bahwa hati nurani, sebagai wahyu personal, sama pentingnya dengan tradisi Talmudik. [3] Organisasi Freemasonry menggambarkan dirinya sendiri sebagai organisasi yang memberikan anjuran di samping agama, dan simbol yang dapat ditemukan dalam sebuah Loji Freemason adalah kotak baja dan kompas yang menyimbolkan ajaran bahwa kaum Mason perlu “mengotakkan tindakan mereka dalam kotak hati nurani”, serta belajar untuk “mencari jalan untuk menghindari keinginan mereka dan menjaga agar gairah mereka tetap bertanggung jawab kepada seluruh kemanusiaan. [45] Leo Tolstoy, setelah mempelajari masalah ini selama satu dekade, menekankan bahwa satu-satunya kekuatan yang mampu melawan kejahatan yang dikaitkan dengan materialisme dan haus kuasa sosial institusi agama, adalah kapasitas manusia untuk meraih kebenaran spiritual secara individual, melalui akal budi dan hati nurani.

Impuls agresi kemudian dipaksa untuk mencari alternatif lain yang lebih sehat, dan mengarahkan energinya sebagai superego melawan ego. [57] Menurut Freud, tidak mengikuti hati nurani dapat menimbulkan rasa bersalah, yang kemudian menjadi faktor dalam perkembangan neurosis.

Freud mengklaim bahwa baik superego budaya maupun individual menetapkan tuntutan-tuntutan ideal terkait dengan aspek-aspek moral keputusan tertentu. Apabila tuntutan ini tidak dituruti, maka akan timbul ‘ketakutan dari hati nurani’ (bahasa Inggris: fear of conscience).

Michel Glautier berargumen bahwa hati nurani adalah salah satu insting dan dorongan yang membuat manusia mampu membangun masyarakat. Charles Darwin berpendapat bahwa hati nurani berevolusi dalam spesies manusia untuk menyelesaikan konflik antara impuls alamiah yang saling bersaing.

Menurut pandangan Darwin, hati nurani muncul dari “durasi kesan insting sosial yang lebih panjang” dalam perjuangan untuk bertahan hidup; misalnya, jika seseorang melukai masyarakatnya karena rasa lapar atau takut, insting sosial akan tetap bertahan di dalam benaknya, sementara hasrat-hasrat seperti rasa lapar akan sirna begitu saja. Maka dari itu, menurut Darwin, hati nurani adalah kemampuan untuk melihat ke belakang dan menghakimi perbuatan-perbuatan pada masa lalu, yang akan menghasilkan rasa penyesalan di benak seseorang.

Tekanan-tekanan dari luar seperti itu pada saat yang sama juga akan mendefinisikan ulang hati nurani individual. Ilmuwan neurosains telah mencoba mencari kehendak bebas di dalam otak; konsep tersebut dirasa perlu agar hati nurani dapat mencampuri proses mental yang tak sadar.

Kesadaran akan niatan untuk melakukan sesuatu dapat diukur secara ilmiah dan baru muncul 350–400 mikrodetik setelah tertembaknya impuls listrik yang dikenal dengan sebutan ‘potensial kesiapan’. [79] Untuk orang-orang mistis yang konon matang secara moral dan telah mengembangkan kemampuan ini melalui renungan atau meditasi harian ditambah dengan pelayanan tanpa pamrih kepada orang lain, hati nurani kritis bisa dibantu oleh semacam “percikan” wawasan intuitif atau wahyu (disebut makrifat dalam tradisi Sufi, dan sinderesis dalam filsafat moral skolastik Kristen). Ilmuwan Islam Abad Pertengahan, Al-Ghazali, membagi konsep nafs (jiwa atau diri) ke dalam tiga kategori yang berdasarkan Qur’an:[47] Filsuf dan tabib Persia Abad Pertengahan, Muhammad bin Zakariya ar-Razi, berpendapat bahwa ada hubungan erat antara hati nurani atau integritas spiritual dengan kesehatan jasmani. Menurutnya, daripada hanya sekadar memenuhi hasrat duniawi, manusia sebaiknya menuntut ilmu, menggunakan kecerdasannya, dan menerapkan keadilan dalam kehidupannya. Beberapa kaum skolastik Kristen Abad Pertengahan, seperti Bonaventura, membedakan antara hati nurani sebagai kemampuan rasional pada pikiran (nalar praktis) dan hati nurani berdasarkan kesadaran internal, yakni semacam “percikan” intuitif untuk berlaku baik, yang disebut sinderesis dan muncul dari pemahaman tentang kebaikan absolut. Ketika kesadaran ini disangkal secara sadar (misalnya untuk melakukan perilaku buruk), orang yang menyangkal itu akan merasa tersiksa dari dalam. [81] Teolog modern awal seperti William Perkins dan William Ames mengembangkan sebuah pemahaman silogistik mengenai hati nurani; hukum Tuhan menjadi kondisi pertama, tindakan yang akan dinilai menjadi kondisi kedua, dan tindakan hati nurani (sebagai kemampuan rasional) menghasilkan penilaiannya.

Filsuf Persia Abad Pertengahan, Ibnu Sina , mengembangkan sebuah percobaan pikiran mengenai perenggutan indra untuk menjelajahi hubungan antara hati nurani dan Tuhan. [87] Aquinas juga membahas kaitan hati nurani dengan kebijaksanaan untuk menjelaskan mengapa ada orang-orang yang tampaknya kurang “tercerahkan secara moral” daripada orang lain. [93] Menurut Spinoza, kesalahan ini dapat diperbaiki dengan perlahan-lahan meningkatkan kemampuan berpikir kita demi mengubah bentuk pikiran yang diproduksi oleh emosi.

[96] Namun demikian, Hegel berpikir bahwa sebuah Negara yang berfungsi dengan baik selalu menginginkan untuk menyangkal hati nurani sebagai sebentuk pengetahuan subyektif, mirip seperti bagaimana sains secara umum menolak opini non-objektif yang mirip dengan hati nurani.

[50] Butler berpikir bahwa hati nurani cenderung lebih otoritatif dalam penilaian moral; hal ini disebabkan karena hati nurani lebih mungkin bersikap jelas dan pasti (berbanding terbalik dengan nafsu pribadi, yang cenderung berubah-ubah dan mudah tiba pada kesimpulan yang berbeda-beda). [99] John Selden dalam Table Talk menyampaikan pandangan bahwa hati nurani yang sadar, namun terlalu penasaran atau tidak dilatih dengan baik, dapat merintangi seseorang melakukan tindakan praktis dan solutif. “[103] Kant merasa bahwa hati nurani kritis adalah semacam pengadilan internal, yang di dalamnya pikiran kita menyetujui atau menyalahkan satu sama lain. Ia mengakui bahwa orang-orang yang dewasa secara moral sering kali menggambarkan rasa cukup atau kedamaian dalam jiwa setelah mengikuti hati nuraninya untuk melakukan sebuah kewajiban.

John Locke menganggap bahwa keberadaan hati nurani yang meluas di masyarakat sebagai justifikasi hak alami. Samuel Johnson (1775) mengatakan: “Tidak ada hati nurani siapa pun yang dapat menyatakan hak orang lain.”

Filsuf lain menyampaikan pandangan yang lebih skeptis dan pragmatis terkait cara kerja “hati nurani” di masyarakat. [107] Locke mengedepankan masalah metaetika mengenai apakah pernyataan seperti “ikutilah hati nurani-mu” lebih condong ke konsepsi subjektivis atau objektivis, yakni hati nurani sebagai pedoman moralitas konkret atau suatu penyingkapan spontan prinsip-prinsip yang abadi dan tidak dapat diubah bagi sang individu.

[108] Thomas Hobbes juga secara pragmatis menunjukkan bahwa opini yang terbentuk atas dasar hati nurani, dengan keyakinan penuh dan jujur, tetap harus diterima dengan rasa rendah hati karena bisa saja salah, dan belum tentu merupakan pengetahuan atau kebenaran absolut. [111] John Stuart Mill percaya bahwa idealisme mengenai peran hati nurani di pemerintahan harus digabungkan dengan kesadaran praktis bahwa hanya sedikit orang di masyarakat yang mampu mengarahkan pikiran atau niatan mereka terhadap sesuatu yang jauh di masa depan atau tidak jelas hasilnya; terhadap perhatian tanpa pamrih bagi orang lain; dan terutama, pada masa depan mereka sendiri — baik agar terkenal, untuk negara, atau untuk kemanusiaan, dan dilakukan baik karena simpati maupun karena hati nurani.

Dalam tradisi Kristen modern, pendekatan ini diekspresikan oleh Dietrich Bonhoeffer, yang mengatakan bahwa pada saat ia dipenjara Nazi di Perang Dunia II, baginya hati nurani bersifat lebih daripada sekadar pemikiran praktis. “[119] Arendt percaya bahwa orang-orang yang tidak terbiasa becermin secara kritis mengenai apa yang mereka katakan dan lakukan, tidak akan takut untuk melakukan sebuah aksi immoral atau kriminal, karena mereka “bisa percaya bahwa aksi itu akan segera terlupakan”.

“[121] Einstein sering menggambarkan “suara dalam diri” sebagai sumber pengetahuan moral dan fisik: “Mekanika kuantum memang sangat menarik. Simone Weil, yang ikut berjuang dalam perlawanan Prancis, menuliskan dalam buku terakhirnya The Need for Roots: Prelude to a Declaration of Duties Towards Mankind (Kebutuhan Akar Budaya: Sebuah Tulisan Pendahulu Deklarasi Kewajiban terhadap Kemanusiaan) bahwa agar masyarakat bisa lebih adil dan dapat lebih menjaga kebebasan, filsafat politik harus mendahulukan kewajiban daripada hak. Darwin berpendapat bahwa “binatang apa pun, yang memiliki insting sosial yang dapat disaksikan dengan jelas (termasuk afeksi orang tua dan persaudaraan), pada akhirnya akan mencapai rasa moral atau hati nurani, apabila kapasitas intelektualnya telah atau hampir mencapai tingkat perkembangan kecerdasan manusia. [127] AJ Ayer lebih bersikap realis; ia berpendapat bahwa eksistensi hati nurani adalah sebuah pertanyaan empiris yang bisa dijawab dengan riset sosiologis mengenai kebiasaan moral seseorang atau sebuah kelompok manusia, dan apa yang menyebabkan kebiasaan moral dan perasaan-perasaan tersebut. Filsuf Prancis, Simone de Beauvoir, dalam karyanya Kematian yang Amat Lembut (Une mort très douce, 1964) merefleksikan hati nuraninya sendiri mengenai keinginan ibunya untuk mengembangkan simpati moral dan pemahaman terkait orang lain. Akan tetapi, adakalanya kita harus menekankan kedirian kita, ketika penerimaan begitu saja atas takdir atau pembuatan kebijakan secara mekanis hanya karena mau menghormati orang lain atau sekadar mau hidup mudah menjadi pengkhianatan: pengkhianatan terhadap harga diri, yang ditukar dengan kemudahan.

[137] Scrutton juga mengklaim bahwa pemahaman sebenarnya mengenai hati nurani dan hubungannya dengan moralitas menjadi dirintangi dengan kepercayaan “dini” bahwa pertanyaan filsafat dapat diselesaikan analisis bahasa, dan hal ini terjadi di tempat-tempat yang memerlukan ketidakjelasan, yaitu ketika kejelasan mengancam kepentingan sebelumnya. [138] Susan Sontag juga mengatakan bahwa ketidakmampuan untuk menyadari bahwa kebanyakan orang yang tidak dewasa secara moral mampu mengalami sebentuk perasaan enak ketika menembus suatu tabu secara erotis, atau ketika menonton kekerasan, penderitaan dan rasa sakit dikenakan kepada pihak lain, adalah suatu gejala ketidakdewasaan psikologis.

[139] Jonathan Glover menulis bahwa kebanyakan dari kita “tidak menghabiskan hidup untuk menjaga taman hati secara terus-menerus” dan hati nurani kita sepertinya tidak dibentuk oleh perjuangan heroik, melainkan oleh pemilihan pasangan, teman, karier, dan juga pemilihan tempat hidup. Hal ini terjadi karena sistem tersebut memindahkan kekuasaan masyarakat dan sumber daya fisik kepada orang-orang yang tidak memiliki hati nurani, sambil menciptakan rasa bersalah, misalnya kegelisahan mengenai kontribusi individual orang yang memiliki hati nurani tersebut terkait dengan overpopulasi. John Ralston Saul : para konsumen berisiko sedang memberikan hati nurani mereka kepada ahli teknis dan ideologi pasar bebas. Pada akhirnya, lobi swasta pun mampu mendorong para wakil rakyat yang dipilih untuk melawan kepentingan publik.

Di dalam komunitas yang dianggap sebuah masyarakat sebagai perkembangan moral tertinggi, memang terjadi sedikit sekali perdebatan mengenai cara bertindak. [9] Emmanuel Levinas beranggapan bahwa hati nurani adalah sebuah pertemuan ilahiah dengan perlawanan terhadap egoisme diri kita. Para pengacara humanis Inggris di abad ke-16 dan 17 menafsirkan hati nurani sebagai sekumpulan prinsip universal yang diberikan kepada manusia oleh Tuhan pada saat penciptaan, untuk digunakan dengan akal budi. [147] Dalam parlemen, pemilihan berdasarkan hati nurani membolehkan para legislator untuk memilih tanpa batasan keanggotaan partai politik.

“[149] Deklarasi Universal HAM Perserikatan Bangsa-bangsa (DUHAM PBB), yang merupakan bagian dari kebiasaan internasional secara khusus merujuk pada kata hati nurani di Pasal 1 dan 18.

[5] Selain itu, Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik juga menyebut hati nurani dalam Pasal 18.1.

Dikatakan bahwa pasal-pasal tersebut memberikan kewajiban hukum internasional untuk melindungi orang-orang yang menolak ikut wajib militer atas dasar hati nurani. [151] Rawls berpikir bahwa pembangkangan sipil harus dipandang sebagai semacam upaya naik banding atau peringatan terhadap suatu aturan hukum yang melawan kebajikan fundamental masyarakat, yaitu keadilan.

[151] Di sisi lain, teori Rawls tidak mampu mengakomodasi perlawanan berdasarkan hati nurani untuk penilaian dasar masyarakat terkait dengan keadilan atau dengan prinsip moral atau etis yang baru saja timbul (seperti misalnya penghormatan untuk hak lingkungan hidup) dan belum menjadi bagian dari penilaian masyarakat tersebut. [158] Aung San Suu Kyi dari Burma adalah pemenang Penghargaan Duta Hati Nurani Amnesty International pada tahun 2009.

Perlawanan lain mungkin didasarkan pada perasaan tanggung jawab yang mendalam kepada kemanusiaan secara umum, atau dari keyakinan bahwa konsep wajib militer harus hilang sebelum dunia dapat menjadi aman demi tegaknya demokrasi nyata.

[160] Di sisi lain, seorang pelawan berdasarkan hati nurani tidak memiliki tujuan utama untuk mengubah hukum.

Chiune Sugihara mempraktikkan perlawanan berdasarkan hati nurani; ia memberikan visa kepada kaum Yahudi yang melarikan diri di Lithuania, pada tahun 1939 Ilmuwan iklim NASA, James Hansen , yang ditangkap pada tahun 2011 untuk pembangkangan sipil terhadap sebuah hukum terkait dengan pipa pasir minyak

Akan tetapi, tindakan seperti ini didesain oleh orang-orang yang bertujuan mengubah hukum atau kebijakan pemerintah yang dipandang tidak koheren dengan kebajikan dan prinsip dasar sosial (seperti keadilan, kesetaraan, atau penghormatan terhadap harga diri manusia), dengan cara memengaruhi kaum mayoritas dan proses demokratis. [165] Contoh pembangkangan sipil atau satyagraha (dalam bahasa Sansakerta, “satya” berarti “kebenaran dan kasih sayang”, “agraha” berarti “keteguhan kehendak”) adalah ketika Mahatma Gandhi membuat garam di India ketika tindakan itu dilarang oleh hukum Britania Raya, untuk menciptakan tekanan moral demi mereformasi hukum.

[166] Rosa Parks juga bertindak dengan hati nurani pada tahun 1955, di Montgomery, Alabama, Amerika Serikat, ketika ia menolak paksaan legal untuk memberikan bangku busnya kepada orang berkulit putih. “[169] Pada tahun 2011, ilmuwan iklim NASA, James E. Hansen, pemimpin gerakan lingkungan, Phil Radford, dan Profesor Bill McKibben, ditangkap karena melawan pipa pasir minyak[170][171] dan profesor energi terbarukan Kanada, Mark Jaccard, ditangkap karena melawan penambangan batubara di puncak gunung. [172] Dalam bukunya, Storms of My Grandchildren, Hansen berseru tentang perlunya pembangkangan sipil yang mirip dalam skala global, untuk membantu menggantikan sistem Protokol Kyoto yang dinilainya membiarkan bisnis berjalan seperti biasa, dengan pajak karbon progresif di sumber emisi industri minyak, gas, dan batubara. Perlawanan berdasarkan hati nurani yang terkenal dalam sejarah, dalam konteks profesional, misalnya manipulasi proses visa pada tahun 1939 oleh Jenderal-Konsul Jepang, Chiune Sugihara, di Kaunas (ibu kota sementara Lithuania yang terletak antara Jerman dan Uni Soviet) dan oleh Raoul Wallenberg di Hungaria pada tahun 1944.

[178] John Rabe, seorang Jerman anggota Partai Nazi, juga menyelamatkan ribuan warga Tiongkok dari pembunuhan massal yang dilakukan tentara Jepang di Nanjing. [179] Gerakan mahasiswa Jerman melawan Nazi, White Rose, mendeklarasikan dalam leaflet ke-4 mereka: “Kami tidak akan diam. Hati nurani global atau hati nurani dunia adalah konsep universalis yang menyatakan bahwa dengan komunikasi global instan, seluruh manusia di dunia ini takkan lagi terpisah secara moral dari satu sama lain, berdasarkan pada budaya, etnis, maupun lingkup geografis. [184] Lembaga swadaya masyarakat, terutama melalui kerja mereka dalam pembuatan agenda serta pembangunan dan implementasi kebijakan yang terkait dengan HAM, pernah disebut sebagai hati nurani dunia.

[187][188][189][190][191] Misalnya, LSM 350.org mencoba untuk mengembangkan kesadaran global terkait dengan masalah peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Politikus partai Hijau, Bob Brown (yang ditangkap polisi negara bagian Australia, Tasmania, untuk aksi pembangkangan sipil berdasarkan hati nurani saat demonstrasi Bendungan Franklin) menggambarkan hati nurani dunia sebagai berikut: “alam semesta, melalui kita, berevolusi ke arah pengalaman, pemahaman, dan pemilihan keputusan untuk masa depannya”.

Organisasi ini diberikan Hadiah Perdamaian Nobel pada tahun 1985 dan terus membantu “menyembuhkan dunia yang sedang sakit”. Konsep hati nurani dunia mendapatkan tantangan dari sebuah artikel tahun 1968 yang diterbitkan oleh Garrett Hardin.

Kesimpulan ini makin kontroversial saat Hardin merendahkan nilai hati nurani untuk mencapai keputusan, kebijakan, dan aturan individual yang membantu keadilan, kedamaian, keberlanjutan, dan pembangunan berkelanjutan global di tempat kepentingan umum seperti yang digambarkan dalam kebijakan Perserikatan Bangsa-bangsa. Kondisi seperti ini bukan merupakan keharusan atau sesuatu yang tidak bisa dihindari, melainkan sebuah pilihan sadar.

[212] Contoh lain adalah kampanye Ken Saro-Wiwa melawan ekstraksi minyak oleh korporasi multinasional di Nigeria, yang berakhir pada hukuman mati. [214] Sekretaris Jenderal PBB, Dag Hammarskjöld, yang mencoba menciptakan kedamaian di Kongo meskipun ia diancam akan dibunuh, sangat termotivasi oleh hati nurani, sebagaimana ditunjukkan dalam diarinya, Vägmärken (Pertanda).

[215] Contoh lain adalah tindakan tentara Hugh Thompson, Jr yang mencoba mencegah Pembantaian My Lai di Perang Vietnam. [216] Evan Pederick mengaku dan kemudian dipidana atas pemboman Hilton Sydney, dengan mengatakan bahwa hati nuraninya amat merasa bersalah. “[217] Vasili Arkhipov adalah seorang tentara angkatan laut Rusia yang sedang terputus dari hubungan radio dalam sebuah kapal selam B-59 Soviet.

[218] Pada tahun 1963, pendeta Buddhis Thich Quang Duc melakukan aksi pembakaran diri yang terkenal untuk memprotes persekusi kepercayaannya oleh rezim Ngo Dinh Diem. [222] Muntadhar al-Zaidi, seorang jurnalis asal Irak, dipenjara dan konon disiksa karena aksi hati nuraninya melemparkan sepatu kepada George W. W. Mark Felt, seorang agen Federal Bureau of Investigation di Amerika Serikat yang pensiun pada tahun 1973 sebagai asisten direktur kantor tersebut, merasa terdorong oleh hati nurani ketika ia memberikan informasi terkait Skandal Watergate kepada jurnalis Bob Woodward dan Carl Bernstein.

[225] Hati nurani juga menjadi faktor utama bagi petugas Jasa Layanan Kesehatan Publik AS, Peter Buxtun, yang menyingkap eksperimen sipilis Tuskegee. [229] Jurnalis Anna Politovskaya memberikan contoh terkait hati nuraninya ketika ia melawan Perang Chechen Kedua dan memprotes presiden Rusia saat itu, Vladimir Putin. [233] Pemenang Hadiah Perdamaian Nobel tahun 2010, Lu Xiaobo, dalam pernyataan terakhirnya sebelum dipidana dalam sebuah pengadilan tertutup di Tiongkok dan dipenjara selama lebih dari satu dekade sebagai narapidana hati nurani politik, mengatakan: “Kebencian lebih korosif pada kebijaksanaan dan hati nurani seseorang; mentalitas permusuhan akan meracuni jiwa sebuah bangsa. “[234] Sergei Magnitsky, seorang pengacara Rusia, ditangkap, ditahan tanpa pengadilan selama hampir satu tahun, dan meninggal dalam tahanan. “[239] Momen kedua adalah di akhir cerita, ketika Yudistira berhasil menyelesaikan ujian moral kehidupan secara sendirian, ia ditawarkan kenikmatan abadi. Yudistira menolaknya karena seekor anjing yang setia padanya tidak diperbolehkan untuk ikut, berdasarkan hukum dan aturan surgawi.

[240] Penulis Prancis, Montaigne (1533-1592), dalam salah satu esainya, Tentang Pengalaman, menggambarkan nikmatnya hidup dengan hati nurani yang bersih: “Kita bertanggung jawab menegakkan karakter; bukan menulis buku, bukan memenangkan peperangan dan provinsi, melainkan mencapai kerapian dan kedamaian dalam perilaku kita. “[241] Dalam catatan harian perjalanannya yang terkenal, Oku no Hosomichi (Jalan Sempit Menuju Utara), Matsuo Basho (1644-94) menulis haiku dan prosa.

“[245] Hati nurani Chekhov sendiri kemudian membuatnya berangkat ke Sakhalin untuk merekam dan mencoba memudahkan kondisi buruk para narapidana di pulau itu. Di akhir, Frodo terpaksa melanjutkan perjalanan tanpa senjata, dan ia hanya selamat karena keputusan awalnya untuk membiarkan Gollum tetap hidup.

Naskah drama karya Robert Bolt, A Man For All Seasons, berfokus pada hati nurani pengacara Katolik, Thomas More, dalam perjuangannya menghadapi Raja Henry VIII. Film karya Ingmar Bergman, Seventh Seal (1957), menggambarkan perjalanan seorang kesatria Abad Pertengahan (Max von Sydow) yang sedang pulang dari Perang Salib.

Ia berkelana melewati lanskap yang dipenuhi penyakit, bermain catur dengan personifikasi Kematian, hingga akhirnya ia mampu melaksanakan satu tindakan hati nurani yang altruistik, yaitu membalikkan papan catur untuk mengganggu perhatian Kematian sampai sebuah keluarga dapat kabur dengan gerobak mereka. Naskah drama David Lean dan Robert Bolt, Doctor Zhivago (adaptasi novel Boris Pasternak), berfokus pada hati nurani seorang dokter penyair di tengah-tengah Revolusi Rusia (1917).

Film Ridley Scott tahun 1982, Blade Runner, bertema perjuangan hati nurani di dalam jiwa seorang pencari harta karun (Rick Deckard, dimainkan oleh Harrison Ford) dan seorang android replikan (Roy Batty, dimainkan oleh Rutger Hauer) di sebuah masa depan yang menolak bahwa kecerdasan buatan dapat memiliki hati nurani. “[262][263] Karya John Lennon yang berjudul “Imagine” menjadi populer karena mengingatkan hati nurani terkait dengan kejahatan perang, fundamentalisme agama, serta politik.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.