selamat pagi tuhan, terima kasih engkau masih memberikan kami kesehatan dan mengumpulkan kami bersama di google meet ini berkatilah kami supaya bisa belajar dengan serius dari awal sampai akhir nanti ya tuhan terima kasih
Doa spontan katolik sebelum dan sesudah belajar di sekolah
terima kasih atas segala karunia yang telah Kau berikan. Terima kasih telah mengumpulkan kami bersama di sekolah pada hari ini.
Terangilah hati, budi, dan pikiran kami supaya bisa belajar dengan baik dari pagi hingga siang/ sore hari nanti. terima kasih karena Engkau telah memberkati proses belajar mengajar hari ini sehingga dapat berjalan dengan baik.
Dapat pula ditambahkan dengan ucapan syukur atas rahmat yang telah diperoleh. Memohon atas pengampunan dosa juga terdapat di dalam bagian ini.
Apabila di bagian pembukaan doa ditujukan kepada Yesus, maka dapat diakhiri dengan: “Engkaulah Tuhan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa sepanjang segala masa”, atau dengan kalimat lain.
Cara Membuat Doa Spontan yang Baik dan Benar
Yups…doa spontan sangat penting bagi pengembangan iman kristiani kita. Berikut ini saya sajikan tips membuat doa spontan yang baik.
Anak-anak…doa spontan yang baik mengikuti enam langkah berikut: Misalnya; aku bersukur kepada-Mu atas segala pemberian-Mu kepadaku secara Cuma-Cuma, dll.
Langkah IV: mencari sumber kitab suci yang sesuai dengan isi doa. Misalnya: saat kita ingin meminta sesuatu dari Tuhan kita bisa menggunakan kalimat ini: seperti yang Engkau firmankan dalam kitab suci, mintalah maka akan diberikan kepadamu atau Engkau telah berfirman, mintalah maka akan diberikan kepadamu. Penegasan bertujuan untuk mengakui bahwa semua doa kita demi memuliakan Tuhan Yesus. seperti yang Engkau firmankan dalam kitab suci, mintalah maka akan diberikan kepadamu
Doa Sebelum dan Sesudah Belajar Kristen Singkat Mudah Dihafalkan, Doa Belajar Bersama dan Pribadi
Agar materi pelajaran mudah diserap dan dipahami serta bermanfaat, maka setiap umat beragama diimbau untuk berdoa sebelum belajar maupun setelahnya. Terimakasih Bapa Surgawi, doa permohonan dan ucapan syukur ini hamba mhon penyertaanmu dalam nama putramu Yesus Kristus.
Doa-doa Katolik: Doa Sebelum Belajar untuk Anak-anak
BERITA DIY – Bagi orang Katolik, melibatkan Tuhan dalam setiap perkara adalah suatu kewajiban dan keharusan. Berikut contoh doa sebelum belajar untuk anak-anak yang dapat didoakan secara pribadi maupun bersama-sama.
Allah, Bapa kami, Tuhan Yesus menyiapkan diri dengan sungguh untuk menjalankan tugas perutusan dari-Mu. Demikian contoh doa sebelum belajar untuk anak-anak yang dapat didoakan secara pribadi maupun bersama-sama.
Gereja Katolik Roma
Gereja ini mendefinisikan bahwa misinya adalah memberitakan Injil Yesus Kristus, memberikan pelayanan sakramen-sakramen dan melakukan karya amal. [38][39] Gereja ini percaya bahwa dia dipanggil oleh Roh Kudus untuk mengupayakan kesatuan antar segenap umat Kristiani, sebuah gerakan yang dikenal sebagai ekumenisme. Pada tahun 397 Masehi, Santo Agustinus menjelaskan bahwa nama tersebut bahkan dipahami oleh mereka yang digolongkannya sebagai kaum bidaah: Tradisi Suci terdiri atas ajaran-ajaran yang menurut keyakinan Gereja telah diwarisi dari zaman para Rasul. Deposit iman ini nantinya ditafsirkan oleh Magisterium (dari kata magister dalam bahasa Latin yang artinya “guru”), otoritas pengajaran Gereja Katolik, yang—melalui suksesi apostolik—dilaksanakan oleh Sri Paus dan uskup-uskup yang berada dalam kesatuan dengan Sri Paus. Iman Gereja dan tiap individu Kristiani didasarkan atas hubungan dengan ketiga Pribadi dari satu Allah tersebut.
Karena ketidaktaatan manusia pertama, hubungan itu putus dan dosa serta maut datang ke dunia. Menjelang akhir era 1400-an, orang-orang Katolik seperti Johann Gutenberg mengoperasikan 250 usaha percetakan di seluruh Eropa Transmisi hidup ini, terselenggara dalam Roh Kudus, disebut Tradisi, karena berbeda dengan Kitab Suci, meskipun terkait erat dengannya.” Gereja juga merupakan sumber rahmat ilahi yang diberikan melalui sakramen-sakramen (lihat di bawah). Teologi Katolik menempatkan wewenang interpretasi Kitab Suci pada tangan-tangan penilaian yang konsisten dari Gereja dari abad ke abad (hal yang senantiasa dan di mana saja diajarkan) bukannya pada penilaian pribadi perseorangan. Dengan demikian “struktur Gereja secara keseluruhan di diarahkan kepada kesucian anggota-anggota tubuh Kristus.”
Gereja Katolik mengajarkan bahwa keselamatan untuk kehidupan kekal adalah kehendak Allah bagi semua orang, dan bahwa Allah menganugerahkannya bagi para pendosa sebagai suatu anugerah yang cuma-cuma, suatu rahmat, melalui pengorbanan Kristus. “Sehubungan dengan Allah, sama sekali tidak ada hak atas kelayakan apapun di pihak manusia.
Peran serta manusia diperlukan, sejalan dengan kemampuan baru untuk berpegang teguh pada kehendak ilahi yang disediakan Allah. Umat Kristiani dan bahkan non-Kristiani, jika dalam hidupnya secara positif tanggap terhadap rahmat dan kebenaran yang disingkapkan Allah kepada mereka melalui belas kasihan Kristus, dapat diselamatkan (suatu sikap yang kerap disebut, dalam kasus umat non-Kristiani, sebagai “baptisan kerinduan”).
Hal ini kadang kala mencakup pula kesadaran akan kewajiban untuk menjadi bagian dari Gereja Katolik. Dalam kasus-kasus semacam itu — menurut pandangan Gereja Katolik — barang siapa menyadari dalam hatinya bahwa Gereja Katolik didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu untuk keselamatannya, menolak untuk masuk atau tetap di dalamnya, tidak dapat diselamatkan (interpretasi Extra Ecclesiam nulla salus).
Gereja Katolik menegaskan kesucian seluruh hidup manusia, sejak dalam kandungan hingga kematian secara alami. Gereja Katolik percaya bahwa tiap pribadi diciptakan menurut “gambar dan rupa Allah,” (Kitab Kejadian, 1:26) dan bahwa hidup manusia tidak boleh diukur berdasarkan nilai-nilai lain seperti ekonomi, kenyamanan, preferensi pribadi, atau teknik sosial. Setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi, Gereja Katolik melewati suatu masa kegiatan dan ekspansi misi. Selama Abad Pertengahan Katolisisme menyebar di antara bangsa Jerman (pada awalnya bersaing dengan Arianisme), Viking, Polandia, Kroasia, Ceko, Slowakia, Hungaria, Lithuania, Latvia, Finlandia dan Estonia.
Secara konvensional skisma ini berpenanggalan tahun 1054, ketika Patriark Konstantinopel dan Sri Paus mengeluarkan pernyataan saling mengucilkan. Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks Timur masih dalam keadaan skisma hingga hari ini, meskipun demikian dalam deklarasi bersama Katolik-Ortodoks tahun 1965 pernyataan pengucilan tersebut ditarik kembali baik oleh Roma maupun Konstantinopel, dan upaya-upaya mengakhiri skisma terus berlanjut.
Perang Salib adalah serangkaian perang militer sejak tahun 1092 di Tanah Suci dan tempat-tempat lain, direstui oleh kepausan, dimulai pada masa kepausan Urbanus II sebagai tanggapan terhadap permintaan bantuan dari Kaisar Byzantium melawan ekspansi Turki. Contoh dari langkanya pelaksanaan hukuman mati tersebut adalah, sejak tahun 1540 sampai 1700 dari semua perkara yang diajukan kepada Inkuisisi Spanyol hanya 2-3% yang berakhir dengan eksekusi mati, lebih rendah daripada peradilan sekuler manapun secara virtual pada masa itu.
Cakupan dari aktivitas Inkuisisi, dan khususnya angka kematian yang tepat, telah menjadi bahan propaganda di kemudian hari.
Keretakan kedua dalam sejarah Kekristenan terjadi saat Reformasi Protestan, yang dimulai di Jerman pada abad ke-16.
Selama kurun waktu tersebut pelbagai kelompok masyarakat, sering kali dengan dukungan pemerintah lokal, menolak primasi Sri Paus, kewajiban selibat bagi para imam, serta berbagai doktrin dan praktik Katolik lainnya, sekaligus penyelewengan-penyelewengan (semisal praktik simoni/praktik pembelian jabatan gerejawi) yang umum terjadi pada masa itu. Konsili Trento dan perbaikan-perbaikannya menghasilkan tema sentral untuk 300 tahun ke depan dari sejarah Katolik.
Konsili Vatikan Pertama (1869–1870) menegaskan doktrin infabilitas kepausan yang diyakini umat Katolik sebagai kontinuitas dengan sejarah Supremasi Petrus dalam Gereja. Gereja Katolik melakukan salah satu dari perubahan-perubahan paling menyeluruh dalam sejarahnya selama Konsili Vatikan II (1962-1965) dan dasawarsa sesudahnya.
Dan Gereja memberi wewenang kepada konferensi-konferensi waligereja untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam disiplin-disiplin misalnya berpantang daging pada hari Jumat.
Konsili ini mengeluarkan dokumen-dokumen mengenai sejumlah topik, termasuk hakikat Gereja, misi awam, dan kebebasan beragama. Konsili Vatikan II menyatakan “karena liturgi, yang melaluinya karya penebusan kita terselesaikan,’ terutama dalam kurban ilahi Ekaristi, merupakan sarana-sarana terbaik bagi umat beriman untuk dapat mengekspresikan dalam kehidupannya, dan memanifestasikan bagi sesama, misteri Kristus dan hakikat sejati dari Gereja yang benar. Devosi-devosi populer bukan bagian dari liturgi, namun jika dinilai otentik, maka didukung oleh Gereja.
St. Efrem dari Syria, dihormati oleh umat Maronit , yang senantiasa berada dalam persekutuan dengan Roma. Meskipun demikian, Gereja Katolik menekankan pentingnya Gereja-Gereja partikular di dalamnya, yang arti signifikansi teologisnya diulas dalam Konsili Vatikan Kedua. [77] Dengan demikian, dokumen tersebut meneguhkan doktrin Extra Ecclesiam Nulla Salus[78] (tidak ada keselamatan di luar Gereja).
Sejak Konsili Vatikan II, Gereja Katolik telah menjangkau badan-badan Kristiani, mengusahakan rekonsiliasi yang semaksimal mungkin. Para imam dapat menjalankan banyak fungsi yang tidak langsung berkaitan dengan aktivitas pastoral biasa, seperti studi, penelitian, mengajar atau pekerjaan kantor. Semua ritus Gereja Katolik memelihara tradisi kuno yakni tidak mengizinkan pernikahan setelah pentahbisan.
Sejak Konsili Vatikan Kedua, Gereja Latin kembali menerima pria dewasa yang beristri untuk ditahbiskan menjadi Diakon. Sebagai pelayan Sakramen, diakon membaptis, memimpin umat beriman dalam doa, menjadi saksi pernikahan, melaksanakan ibadat kematian dan pemakaman. Setelah menyelesaikan program formasi mereka dan memperoleh persetujuan dari uskup setempat, para kandidat menerima sakramen imamat melalui pentahbisan. Apabila atas kemauan sendiri seseorang hendak memutuskan ikatan yuridis dengan Gereja Katolik, maka disyaratkan adanya suatu tindakan formal secara tertulis di hadapan Pejabat Gereja setempat atau imam paroki dari yang bersangkutan, yang akan menilai apakah tindakan tersebut tergolong murtad, bidaah atau skisma; tanpa tindakan keluar secara resmi ini, “bidaah (baik formal maupun material), skisma dan murtad tidak dengan sendirinya merupakan suatu tindakan keluar secara resmi, jika tidak secara eksternal diwujudnyatakan dan dimanifestasikan kepada otoritas gerejawi dengan cara-cara yang disyaratkan.
Heilbron,[84] Alistair Cameron Crombie, David C Lindberg,[85] Edward Grant, Thomas Goldstein,[86] dan Ted Davis, berpendapat bahwa Gereja Katolik memiliki pengaruh positif yang penting terhadap perkembangan peradaban. St. Thomas Aquinas, “teolog model” Gereja Katolik, tidak saja berpendapat bahwa akal budi itu bersesuaian dengan iman, dia bahkan mengakui bahwa akal budi dapat berkontribusi bagi pemahaman wahyu Illahi, dan dengan demikian mendorong perkembangan intelektual.
Perlu kiranya untuk disebutkan di sini, nama-nama para rohaniwan Katolik semisal Abbas Ordo St. Agustinus Gregor Mendel (pelopor dalam studi genetika) dan pastur Belgia Georges Lemaître (orang pertama yang mengedepankan teori Big Bang). Kenyataan ini merupakan suatu kebalikan dari pandangan yang dipertahankan oleh beberapa filsuf abad pencerahan, bahwa doktrin-doktrin Gereja Katolik bersifat tahayul dan menghalang-halangi kemajuan peradaban.
Setelah bertahun-tahun diinvestigasi, berkonsultasi dengan Paus, berjanji kemudian dilanggar oleh Galileo sendiri, dan akhirnya suatu pengadilan oleh Tribunal Inkuisisi Romawi dan Universal, Galileo didapati “dituduh sebagai bidaah” – bukan bidaah, sebagaimana yang sering kali secara keliru disebut-sebut.
Meskipun ilmu pengetahuan modern membuktikan bahwa dua dari empat thesis ilmiah yang dikedepankan oleh Galileo sebenarnya keliru, yakni bahwasanya Matahari adalah pusat jagad raya, dan bahwasanya Bumi mengitari Matahari dalam orbit berbentuk lingkaran sempurna, Paus Yohanes Paulus II secara terbuka mengungkapkan penyesalan atas tindakan-tindakan orang-orang Katolik yang memperlakukan Galileo dengan buruk dalam pengadilan pada tanggal 31 Oktober 1992. Beberapa ahli sejarah menilai Gereja Katolik berjasa atas kegemilangan dan keagungan seni Barat. Menurut ahli sejarah rumah sakit, Guenter Risse, Gereja Katolik telah memberi sumbangsih bagi masyarakat melalui doktrin sosialnya (ajaran sosial Gereja) yang telah menuntun para pemimpin untuk mempromosikan keadilan sosial dan dengan membentuk sistem rumah sakit di Eropa abad pertengahan, yakni suatu sistem yang berbeda dengan keramah-tamahan dari masyarakat Yunani dan kewajiban-kewajiban berasaskan keluarga dari masyarakat Romawi.
Rumah-rumah sakit tersebut didirikan untuk menyediakan pelayanan bagi kelompok masyarakat tertentu yang tersisihkan akibat kemiskinan, penyakit, dan usia lanjut. James Joseph Walsh menulis tentang kontribusi Gereja Katolik bagi sistem rumah sakit, sebagai berikut:
Rumah sakit kaum tak berdosa di Florence untuk menampung anak-anak terlantar merupakan sebuah permata arsitektur.
Rumah sakit di Sienna, yang didirikan sebagai penghormatan kepada Santa Katarina dari Siena, sejak semula sudah tersohor. Ia menelusuri gerakan rumah sakit ini sampai kepada Paus Innosentius III, dan meskipun bukan seorang pendukung kepausan, Virchow tanpa ragu-ragu memberikan pujian tertinggi bagi Paus tersebut untuk segala sesuatu yang telah dilakukannya demi kebaikan anak-anak dan umat manusia yang menderita. Keindahan dan efisiensi rumah-rumah sakit Italia bahkan mengilhami sebagian orang yang justru mengkritik Gereja Katolik.
Sejarawan Jerman Ludwig von Pastor mengutip kembali kata-kata Martin Luther yang, tatkala melakukan perjalanan ke Roma saat musim dingin tahun 1510-1511, berkesempatan mengunjungi beberapa dari rumah-rumah sakit tersebut: Gereja Katolik sebagai opus proprium, sebut Benediktus XVI dalam Deus Caritas Est, telah melaksanakan selama berabad-abad sejak awal mulanya dan terus melaksanakan berbagai pelayanan kasih — antara lain, rumah-rumah-sakit, sekolah-sekolah, dan program-program pemberantasan kemiskinan.
Pada tahun 2002, Amerika Serikat dihebohkan oleh suatu skandal besar ketika serangkaian tuntutan, disertai bukti-bukti pendukung, ditujukan kepada para imam yang melakukan tindakan pelecehan secara seksual terhadap anak-anak sepanjang beberapa dasawarsa. Skandal yang menjadi penyebab pengunduran diri Kardinal Bernard Law dari Keuskupan Agung Boston itu, merupakan pukulan yang menghancurkan citra Gereja di mata publik — Dalam salah satu survey sesudah mencuatnya skandal tersebut 64% dari responden setuju bahwa kebanyakan imam Katolik “kerap melakukan pelecehan terhadap anak-anak” (data mengindikasikan bahwa hanya 1,5-1,8% imam Katolik yang benar-benar telah dituntut karena melakukan pelecehan terhadap anak-anak.
Sekitar 4 persen dari para imam A.S. yang bekerja sejak tahun 1950 sampai 2002 dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur, menurut studi nasional komprehensif menyangkut isu tersebut. Menurut studi yang telah dilakukan John Jay College of Criminal Justice di New York, biaya-biaya (cost) sehubungan dengan pelecehan seksual berjumlah total $573 juta.
Studi tersebut menyusun daftar karakteristik-karakteristik utama dari insiden-insiden pelecehan seksual yang telah dilaporkan. Kenyataan ini melawan trend dalam masyarakat A.S. secara umum di mana masalah utama adalah pria dewasa mencabuli anak-anak perempuan.
Sejak tahun 2001, kewenangan atas penyelesaian masalah pelecehan seksual yang dilakukan oleh klerus tidak lagi berada dalam kompetensi dari uskup setempat, akan tetapi diambil alih oleh Kongregasi Ajaran Iman di Roma, sesuai dengan isi Surat Apostolik Paus Yohanes Paulus II Sacramentorum sanctitatis tutela serta aturan-aturan pelengkapnya (kedua dokumen dalam Bahasa Latin). [10] Nama ini pula yang digunakan Paus Paulus VI tatkala menandatangani dokumen-dokumen Konsili Vatikan Kedua. Ada sebuah rentang estimasi yang menyebutkan bahwa warga Gereja Katolik merupakan 55% [20] dari jumlah umat Kristiani di seluruh dunia. Ada sebuah rentang estimasi yang menyebutkan bahwa warga Gereja Katolik merupakan 55%dari jumlah umat Kristiani di seluruh dunia.
Be First to Comment