Press "Enter" to skip to content

Doa Persembahan Misa Katolik

Dalam perjamuan itu Kristus disambut, jiwa dipenuhi rahmat, dan kita dikurniai jaminan kemuliaan yang akan datang. Umat menyerahkan doa persiapan persembahan, dengan menjawab “Amin” yang bersifat aklamatif dan bertanggung jawab bersama-sama. Sebelum Doa Persiapan Persembahan kita mendengar Imam mengajak umat berdoa: Berdoalah, saudara-saudari, supaya persembahanku dan persembahanmu berkenan kepada Allah, Bapa yang mahakuasa. Oráte, fratres: Ut meum ac vestrum sacrifícium acceptábile fiat apud Deum Patrem omnipoténtem.

Pada kalimat ini ada frase bahasa yang tidak lazim dalam hidup sehari-hari kita, yakni “persembahanku dan persembahanmu”. Sehingga tidak heran, banyak Imam, dan bahkan Uskup, yang mengganti bagian ini menjadi “persembahan kita”.

Tidak banyak buku atau artikel liturgi yang menuliskan panjang lebar tentang bagian ini, sehingga kita perlu melihat beberapa petunjuk untuk memahami bagian ini secara lebih utuh dan (semoga) tepat. *Petunjuk pertama,* bagian ini dalam TPE bahasa Latin (Missale Romanum) adalah: “Oráte, fratres: ut meum ac vestrum sacrifícium acceptábile fiat apud Deum Patrem omnipoténtem.” Di TPE bahasa Indonesia bagian yang dicetak tebal diterjemahkan menjadi “persembahanku dan persembahanmu”.

Mari mulai dari yang lebih mudah dipahami, katakanlah petunjuk kedua kita, yakni persembahan umat. Dengan demikian dalam hidup umat beriman, perayaan Ekaristi sungguh-sungguh menjadi fons et culmen (sumber dan puncak). Petunjuk kedua ini lebih jelas mengatakan bahwa setiap umat yang hadir mempersembahkan sesuatu dari dirinya sendiri tidak hanya berupa materi tapi juga rencana, komitmen, dan perjuangan hidup untuk mencapai kekudusan, juga kesejahteraan lahir-batin. Tampaknya penjelasan ini klop dengan redaksi TPE yang menyebut ‘persembahanmu’ dan bukan ‘persembahan kalian’ karena, sekali lagi, bersifat individual.

Bisa diasumsikan tidak, karena Imam adalah seorang yang berbeda dengan umat awam lainnya. Mereka ditahbiskan dan diberi tugas-tugas khusus untuk pengudusan umat beriman lewat pelayanan-pelayanan yang bersifat sakramental. Kita sering mendengar dalam sambutan-sambutan sebelum atau sesudah perayaan Ekaristi, ada yang menyebut “Misa dipersembahkan oleh romo…. Prakteknya, banyak Imam yang menyelipkan intensi dibacakan pada awal Misa sebelum ritus tobat atau saat doa umat.

Dengan kata lain, tidak ada kewajiban bagi seorang Imam untuk membacakan intensi Misa yang sedang dirayakannya. Tradisi lama tentang intensi adalah didoakan oleh Imam dalam hatinya saja dan tidak diucapkan.

Dari sinilah muncul praktek memberikan stipendium agar seorang Imam mempersembahkan Misa untuk sebuah intensi. Maka ketika Imam mengatakan ‘persembahanku’, pastilah itu persembahan dirinya sendiri yang dalam perayaan Ekaristi berarti adalah kurban salib Kristus. Kita boleh berharap (dan berdoa) agar para Imam yang mempersembahkan Kurban Kristus di altar yang kudus dengan kerendahan hati dapat mengikuti teks Tata Perayaan Ekaristi demi keluhuran misteri tersebut.

Teks Misa Minggu Biasa XVIIB – Gereja Katolik Karangpanas

I: Allah Bapa Maharahim, Engkau selalu peduli dan me-nyelenggarakan segala yang kami perlukan. Datanglah di tengah-tengah kami, ucapkanlah sabda-Mu dan bagikanlah rezeki-Mu.

Pada suatu hari datanglah seorang dari Baal Salisa dengan membawa bagi abdi Allah roti hulu hasil, yaitu dua puluh roti jelai serta gandum baru dalam sebuah kantong. Lalu berkatalah Elisa, “Berilah itu kepada orang-orang ini, supaya mereka makan.” Tetapi pelayannya itu berkata, “Bagaimanakah aku dapat menghidangkan ini di depan se-ratus orang?” Jawabnya, “Berikanlah kepada orang-orang itu, supaya mereka makan, sebab beginilah firman Tuhan: orang akan makan, bahkan akan ada sisanya.” Lalu dihidangkannyalah di depan mereka, maka makanlah mereka dan masih ada sisanya sesuai dengan sabda Tuhan.

Hendak-lah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mukjizat-mukjizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit.

Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus, “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya, “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.” Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya, “Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?” Kata Yesus, “Suruhlah orang-orang itu duduk.” Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya.

Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya, “Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.” Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mukjizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata, “Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia.” Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir lagi ke gunung seorang diri.

Ia bersedia pula membantu, bila kita berdoa dengan mantap: L: Ya Bapa, berkatilah Bapa Suci dan para Uskup dalam usaha memajukan persatuan Gereja dan menggembalakan segenap umat yang sedang berziarah menuju kerajaan keselamatan-Mu. L: Ya Bapa, dampingilah para pemimpin bangsa-bangsa dalam memerangi kelaparan di dunia dan berjuang mengusahakan kesejahteraan rakyatnya. L: Ya Bapa, bantulah para orang tua yang kesulitan untuk mencukupi gizi anak-anak mereka, agar jangan sampai putus asa, dan bangkitkanlah belas kasih dan cinta kasih kami agar dengan bantuan rahmat-Mu kami pun mampu meringankan beban mereka. L: Ya Bapa, berkatilah paroki kami yang pada tahun ini merayakan hari jadinya ke-48. Semoga rangkaian syukur yang kami laksanakan dapat berjalan dengan baik.

Bantulah pula kami untuk menjadi umat Katolik yang selalu murah hati, tangguh dan cerdas dalam iman, juga peduli terhadap lingkungan hidup. I: Rasul Paulus menasihatkan, agar kita memelihara ke-satuan Roh dalam ikatan damai.

Bersama Santa Perawan Maria, Bunda Sakramen Mahakudus serta semua orang kudus di surga, kami sampaikan doa ini kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Semoga kami pun senantiasa tergerak oleh belas kasih sehingga dengan rela hati berbagi rezeki, ketrampilan, pengetahuan dan apa pun yang ada pada kami sebagaimana Engkau telah memberikannya dengan cuma-cuma, demi terciptanya kebaikan dan kesejahteraan bersama.

Prefasi — Google Arts & Culture

Ada beberapa anggapan mengenai asal usul penggunaan istilah “prefasi”. Namun, prefasi lebih sering dipahami sebagai pendahuluan, yaitu persipan untuk sesuatu yang akan menyusul.

DOA SYUKUR AGUNG: GEREJA BERSYUKUR KEPADA ALLAH

Bumi Serpong Damai, Sektor 1.2, Jalan Alamanda Blok V No.1, Rawa Buntu, Tangerang, Rw.

Perayaan Ekaristi Sebagai Liturgi Yang Pokok

Kedua tanda salib dengan penyebutan nama Tritunggal menunjuk inti misteri iman sebagaimana diakui dan dinyatakan pada saat pembaptisan. Maka pada bagian ini, dalam suasana hening para suster perlu menggunakan kesempatan untuk melihat diri, memeriksa batin dan menemukan diri sebagai orang berdosa sambil melihat hubungan dengan orang lain, kesetiaan akan panggilan dan tugas perutusan sehingga dengan itu suasana tobat mampu membawa pembaharuan dalam diri, untuk semakin berkembang dalam cinta kepada Allah dan kepada sesama. Madah kemuliaan dilagukan oleh seluruh umat yang berhimpun dalam perayaan Ekaristi atas dorongan Roh Kudus.

Lalu semua yang hadir bersama dengan imam hening sejenak untuk menyadari kehadiran Tuhan, dan dalam hati mengungkapkan doanya masing-masing.

Bacaan dan mazmur tanggapan merupakan bagian pokok dari liturgi sabda, karena dalam bacaan-bacaan itu Allah sendiri bersabda kepada umatnya, mengungkapkan misteri penebusan dan keselamatan serta memberikan makanan rohani kepada seluruh umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi sehingga umat diharapkan mendengarkan pada saat pewartaan sabda Allah (Martasudjita, 2005: 133). Sesudah bacaan pertama dengan diakhiri “demikianlah sabda Tuhan” diadakan saat hening sejenak, supaya umat dapat merenungkan sebentar apa yang telah mereka dengarkan (PUMR:128).

Saat hening sesudah bacaan pertama digunakan sebagai saat dimana memberi tempat atau ruang kerja bagi Roh Allah yang diimani kehadiran-Nya melalui sabda yang dibacakan sehingga umat dapat bertemu dengan Allah sendiri secara pribadi. Dari ayat-ayat mazmur atau refrein yang di ulang perlu diungkapkan dengan penuh penghayatan, peresapan dalam

Dengan melihat peranan dari mazmur tanggapan yang cukup penting dalam perayaan Ekaristi maka para suster diharapkan mengambil kesempatan dengan baik untuk meresapkan sabda Tuhan melalui ayat-ayat mazmur yang dinyanyikan atau dibacakan, saat-saat hening merupakan saat paling baik untuk merenungkan sabda Tuhan, sehingga sabda itu dapat berbicara dalam kehidupan.

Dengan demikian umat dapat mendengar hampir seluruh isi Kitab Suci Perjanjian Baru. Bacaan kedua bertujuan untuk mewartakan iman akan Yesus Kristus dan berfungsi untuk mempersiapkan umat masuk pada puncak perayaan sabda yaitu bacaan injil, maka diharapkan dapat mendengarkan dengan baik dan mengikuti seluruh proses perayaan agar mampu menemukan Tuhan yang sedang berbicara lewat sabda-Nya (Lukasik, 1991: 39). Oleh karena itu, setiap bentuk ketergesa-gesaan yang dapat mengganggu permenungan harus sungguh dihindari.

Maka hendaknya seluruh umat yang hadir ikut berperan aktif dalam menyanyikan bait pengantar injil dengan sikap berdir sebagai tanda kesiapsediaan untuk menyambut Tuhan Yesus yang akan bersabda dalam bacaan Injil. Dalam Misale Romanum dikatakan bahwa: bacaan injil lebih mulia daripada bacaan-bacaan lain (PUMR,:47).

Tujuannya agar semua umat beriman dapat mendengarkan bacaan Kitab Suci secara keseluruhanya. Homili berasal dari bahasa Yunani “homilia” yang mengandung arti; “percakapan” atau “komentar”.

Disitu hendaknya sepanjang tahun liturgi diuraikan misteri-misteri iman dan kaidah-kaidah hidup Kristiani berdasarkan teks Kitab Suci. Homili dimaksudkan untuk mewartakan dan mendalami misteri iman yang sedang dirayakan dengan bertolak dari Kitab Suci.

menemukan hubungan Sabda Allah dengan hidup konkretnya sehari-hari perlu diberi kesempatan untuk hening sehingga misteri iman itu sungguh diresapkan oleh setiap pribadi, seperti apa yang ditegaskan dalam Misale Romawi “Sangat tepat kalau sesudah homili diadakan saat hening sejenak“ (PUMR: 66). Kristus hadir dalam sabda-Nya, dan melalui sabda itulah umat dapat berjumpah dengan Allah maka dengan menyatakan pengakuan iman secara bersama-sama dapat saling memperkuat keyakinan yang sama akan Allah sebagai sumber kehidupan (Prier, 1988: 43). Bahan-bahan ini pula yang digunakan oleh Yesus saat Ia menetapkan Ekaristi pada perjamuan malam terakhir (Martasudjita, 2005: 151).

Dalam mempersiapkan bahan persembahan roti dan anggur yang diantar ke hadapan altar Tuhan, hendaknya seluruh umat mengikuti upacara dengan sikap Maka kolekte tidak diletakkan di atas altar melainkan pada suatu tempat yang pantas (PUMR, 730. Imam mengajak jemaat untuk mengarahkan hati kepada Tuhan dengan berdoa dan bersyukur.

Ini disampaikan oleh imam atas nama umat kepada Allah Bapa, dalam Roh Kudus, dengan pengantaraan Yesus Kristus. Bersyukur atas kebaikan Allah yang telah menyelamatkan umat-Nya melalui penderitaan dan wafat-umat-Nya di kayu salib.

Dalam dialog sebelum prefasi sebagai awal doa syukur Agung, imam mengajak seluruh umat yang hadir untuk mempersiapkan diri “Tuhan sertamu“ di dalam doa prefasi ini mengungkapkan atau mewartakan keagungan kasih Allah yang menyelamatkan manusia melalui Kristus (Martasudjita, 2005: 170). “Prefatio” dalam bahasa Latin berarti “pendahuluan”, persiapan untuk sesuatu yang akan menyusul. Doa prefasi mengungkapkan sesuatu motivasi yang dikonkritkan menurut hari Raya, pesta orang kudus, masa khusus dsb. Imam bersama seluruh umat mengungkapkan kudus dengan menggunakan kata-kata para serafim dalam pengelihatan nabi Yesaya: “Kudus-kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya”( Yes,6:3) “terberkatilah yang datang dalam nama Tuhan” (Mzm, 118:26) Kudus atau suci mengungkapkan sifat Allah. Allah itu kudus berarti lain dari segala sesuatu yang ada di dunia ini, memiliki kepenuhan hidup.

kuasa Roh Kudus, dan berdoa supaya bahan persembahan yang disampaikan oleh umat dikuduskan menjadi Tubuh dan Darah Kristus; juga kurban murni itu menjadi sumber keselamatan bagi mereka yang akan menyambutnya dalam komuni“ (PUMR: 79c).

Misa

Kata ini mengekspresikan sifat misioner dari Gereja” ( Pope Benedict XVI, Sacramentum caritatis, 51 ).

Tentang ajakan “MARILAH KITA BERDOA” dan DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN.

Please do not change this code for a perfect fonctionality of your counter Please do not change this code for a perfect fonctionality of your counter

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.