Sehingga seluruh tahbisan dalam Gereja Katolik dapat ditelusuri sejak dari zaman para rasul, yang mana diutus oleh Yesus Kristus sendiri. Perutusan Yesus tersebut dilanjutkan oleh Gereja sampai akhir zaman melalui tahbisan dalam tiga tahap:[2] : uskup (penerus para Rasul) Pentahbisan seseorang menjadi uskup menganugerahkan kegenapan sakramen Imamat baginya, menjadikannya anggota badan penerus (pengganti) para rasul, dan memberi dia misi untuk mengajar, menguduskan, dan menuntun, disertai kepedulian dari semua Gereja. Pentahbisan seseorang menjadi imam mengkonfigurasinya menjadi Kristus selaku Kepala Gereja dan Imam Agung, serta menganugerahkan baginya kuasa, sebagai asisten uskup yang bersangkutan, untuk merayakan sakramen-sakramen dan kegiatan-kegiatan liturgis lainnya, teristimewa Ekaristi.
: pastor (presbiter) Pentahbisan seseorang menjadi imam mengkonfigurasinya menjadi Kristus selaku Kepala Gereja dan Imam Agung, serta menganugerahkan baginya kuasa, sebagai asisten uskup yang bersangkutan, untuk merayakan sakramen-sakramen dan kegiatan-kegiatan liturgis lainnya, teristimewa Ekaristi. Pentahbisan seseorang menjadi diakon mengkonfigurasinya menjadi Kristus selaku Hamba semua orang, menempatkan dia pada tugas pelayanan uskup yang bersangkutan, khususnya pada kegiatan Gereja dalam mengamalkan cinta-kasih Kristiani terhadap kaum papa dan dalam memberitakan firman Allah. Sebab Injil yang harus mereka wartakan, bagi Gereja merupakan asas seluruh kehidupan untuk selamanya.
ARTI DARI SAKRAMEN IMAMAT
Melalui penumpangan tangan dan juga doa tahbisan maka resmilah mereka menjadi yang tertahbis sesuai dengan tingkatannya masing-masing. Dalam upacara tahbisan ini biasanya ditandai dengan pengenaan pakaian, pengurapan minyak, dan mempersembahkan kurban. Dimana mereka mengambil bagian dalam tri tugas Kristus yaitu sebagi Imam, Nabi, dan Raja. Sakramen imamat memberikan rahmat Roh Kudus untuk melaksanakan misi mereka yang ditahbiskan.
Rahmat Roh Kudus memberikan daya untuk mencapai tujuan yang menjadi sasaran pelayanannya Sesudah ditahbiskan seorang Imam tidak dapat berdiri sendiri, ia digabungkan kedalam suatu komunitas. Bagaimana gereja menempatkan sakramen imamat sebagai sebuah panggilan hidup dan merupakan sakramen bahwa panggilan hidup gereja katolik ada dua yaitu awam yang suci, dan menjadi imam yang suci.
Renungan Pagi : Tiga jenjang Sakramen Tahbisan
Rabu, 06 Juli 2022 Hari Biasa Pekan XIV Buatlah ya Tuhan supaya aku tetap setia akan apa yang kuakui dalam syahadat kela… Selasa, 12 Juli 2022 Hari Biasa Pekan XV Kebaikan Allah selalu mengatur segalanya sedemikian rupa, sehingga harapan saya semakin kua…
Be First to Comment