sakramen-sakramen dipandang sebagai sarana penting bagi keselamatan umat beriman yang menganugerahkan rahmat tertentu dari tiap sakramen tersebut, misalnya dipersatukan dengan Kristus dan Gereja, pengampunan dosa-dosa, ataupun pengkhususan (konsekrasi) untuk suatu pelayanan tertentu. Gereja Katolik mengajarkan bahwa dampak dari suatu sakramen itu ada (kenyataan bahwa sakramen itu dilayankan), tanpa memperhitungkan kekudusan pribadi pelayan yang melayankannya. Tetapi kurang layaknya kondisi penerima untuk menerima rahmat yang dianugerahkan tersebut dapat menghalangi efektivitas sakramen itu baginya. Tanda dan Sarana Keselamatan Allah tampak sangat jelas dalam pribadi Yesus Kristus.
Tanda dan Sarana Keselamatan Allah itu, jika dialami oleh anggota Gereja, tidak hanya dirayakan oleh yang diakui pribadi tetapi menjadi perayaan Gereja.
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Istilah sakramen berasal dari bahasa Latin sacramentum, yang berarti “suatu kegiatan suci”. Sakramen berasal dari bahasa Latin 1 Sakramentum, artinya “membuat suci, penggunaan suci, mempersembahkan kepada dewa-dewa”; 2 Musterion, “ketetapan-ketetapan yang diberikan tekanan atau perhatian khusus” (dalam Vulgata, berarti, ketetapan yang Yesus berikan tekanan khusus); Kedua kata tersebut dalam budaya Helenis, dipakai sebagai:
Seorang prajurit tetap setia kepada panglimanya, bahkan sampai mati demi bangsa dan negaranya. Sehingga dengan menerima Sakramen, seseorang berjanji untuk hidup setia kepada Yesus Kristus.
Sakramen sebagai alat karunia yang menyatakan kasih Allah, untuk memperteguh iman seseorang pada Firman, sehingga tidak terombang-ambing dalam kelemahan dan pencobaan. Arti Baptisan,; (Yunani), Baptizo, dimandikan, dibersihkan, atau diselamkan; Roma 6: 1- 14, mati dan bangkit di dalam Kristus; Melambangkan bahwa manusia mati terhadap dosa bersama dengan Kristus, dan dibangkitkan untuk suatu hidup baru.
28: 19 “pergi dan jadikan semua bangsa murid Tuhan, baptis dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, mengajar Firman Allah untuk menjadi murid Tuhan ; untuk masuk dalam keluarga umat kudus kepunyaan Allah, I Pet. Sakramen ditetapkan Tuhan Yesus untuk menguatkan dengan sesama orang percaya, seluruh umatNya, atau segenap keluarga Allah, di semua tempat dan segala zaman.
Gereja Mula-mula atau orang-orang yang menjadi percaya setelah peristiwa Pentakosta setiap hari berkumpul untuk memecahkan roti, yaitu Perjamuan Kudus, Kisah 2:42. Gereja melakukan atau melaksanakan Perjamuan Kudus sebagai peringatan terhadap penderitaan -dan juga kematian serta kebang-kitan- yang Tuhan Yesus alami, sampai Ia datang kedua kali, 1 Kor 11:28.
Makan roti mengingatkan bahwa Yesus menjadi manusia supaya tubuh manusiawi itu disalibkan. Ia menderita dan mati serta bangkit, untuk menciptakan Tubuh baru, yaitu jemaatNya
Darah ditumpahkan pada/dari tubuh Yesus yang terpaku di kayu salib untuk pengam-punan atau penghapusan dosa seluruh manusia. Menyelidiki dan mengaku dosa, berdamai dengan sesama manusia, serta mohon pengampunan dari Tuhan Allah.
Gereja sebagai Tanda dan Sarana Penyelamatan · Talentapedia
Karena keselamatan dapat diartikan terhindar dari bahaya maut, sehingga masih bisa melanjutkan hidupnya di dunia ini. Baca Kitab Suci Lukas 19:1-10 (ada di buku paket hlm 103) dan tuliskan apa isi dari teks tersebut! B. Gereja sebagai Tanda dan Sarana Penyelamatan Manusia Kehadiran Allah dalam kehidupan kita melalui tanda-tanda.
Gereja sebagai tanda dan sarana bagi Allah untuk melaksanakan karya penyelamatan-Nya kepada manusia.
Gereja menjadi sarana bagi umat untuk dapat menjalin komunikasi yang semakin dekat dan erat dengan Allah.
GEREJA SEBAGAI SAKRAMEN DASAR (GRUNDSAKRAMENT) menurut KARL RAHNER
Sebagai Grundsakrament Gereja adalah tanda dan sarana keselamatan Allah di dunia, tetapi sekaligus pada saat yang sama Gereja sendiri menghidupi sakramen-sakramen itu dalam hidup dan pelayanannya. Keberadaan Gereja di dunia adalah tanda dari karya penyelamatan Allah kepada manusia. Rahner mendalami karakter sakramental Gereja dan menarik kesimpulan bahwa ketujuh sakramen diadakan berdasarkan keperluan esensial manusia berkenaan dengan keselamatan. Sakramen itu adalah kehadiran keselamatan eskatologis Kristus, kehadiran di mana “signum et signatum” (tanda dan realitas yang ditandakan) bersatu, tidak bercampur aduk dan tidak terpisah.
Atas dasar penafsiran simbolisasi ini, Rahner kemudian melanjutkan dengan sistem eklesiologinya. Hubungan erat antara Ekaristi dan persekutuan Gereja digambarkan dengan sangat jelas oleh Paulus dalam pandangannya tentang jemaat sebagai “Tubuh Kristus”.
Maka konsekuensinya, Gereja menjadi sarana keselamatan dalam hubungannya dengan Kristus. Kristus itu satu dan tidak terpecah-pecah, maka Gereja dalam arti sebagai umat Allah harus selalu satu, karena Gereja adalah tubuh mistik Kristus (bdk Ef 4:4).
[1] T. Jacobs, Konsitusi Dogmatis Lumen Gentium mengenai Gereja: Terjemahan Introduksi komenta Jilid I, Kanisius: Yogyakarta 1970, 84-85
Gereja Sebagai Sakramen
Sangat boleh jadi saya keliru ketika mensinyalir bahwa pemahaman gereja sebagai sakramen adalah pengertian yang kurang begitu terasa gemanya di kalangan umat Katolik sendiri maupun masyarakat luas, sehingga masih banyak yang beranggapan bahwa gereja tidak memiliki makna yang melampaui konsep sebagai bangunan rumah ibadah ataupun lembaga keagamaan berikut perangkat-perangkat pengaturannya (doktrin, ritual, dan sebagainya) per se. Atau, bisa jadi juga bahwa saya sendirilah yang sebenarnya masih belum mengerti atau bahkan salah mengartikan makna gereja sebagai sakramen 😦 Untuk itu, kiranya tulisan ini dapat dipandang sebagai paparan ringkas mengenai pemahaman saya mengenai hal itu. Selain makna yang mengacu pada pengertian etimologis di atas, ada juga makna lain yang dikandung dalam kata gereja sebagai sebuah pengungkapan dan perwujudan iman tersebut; misalnya Tubuh Kristus, misteri dan sakramen, persekutuan para kudus. Dokumen ini sekaligus memperbaiki konsep gereja sebagai lembaga dan organisasi yang didirikan oleh Yesus sendiri sebagaimana dinyatakan dalam KV I maupun ensiklik Paus Pius XII pada tahun 1943 yang berjudul Mystici Corporis. Dari berbagai konsep spiritual tersebut, pernyataan gereja sebagai sakramen merupakan pengertian yang paling hakiki sekaligus kompleks. Dengan demikian, sakramen pada dirinya sendiri bukan berarti keselamatan, melainkan sarana yang dengannya rahasia penyelamatan Allah disampaikan kepada manusia.
Maka, gereja sebagai sebuah sakramen bukanlah proses menerima curahan rahmat Allah belaka, melainkan juga perintah untuk mewujudnyatakan karunia tersebut kepada semua orang dan lingkungannya. Itulah yang saya maknakan dari gereja sebagai sakramen saat membaca dokumen-dokumen KV II dan Alkitab, khususnya Injil.
Sorotan ini saya kemukakan berdasarkan masih adanya pendapat yang menyatakan bahwa hanya di dalam dan melalui gerejalah kita bisa memperoleh keselamatan (extra ecclesiam nulla salus est), yang sesungguhnya sudah “diralat” oleh KV II. Dan menjadi lebih parah lagi ketika menyatakan bahwa gereja adalah sumber maupun keselamatan itu sendiri. Dalam hal ini, bahkan bangunan maupun organisasinya, tidak akan mengurangi ataupun menambah curahan rahmat/karunia kasih Allah. Sehingga, hancurnya bangunan, bubarnya organisasi, maupun berubahnya ritual tidak akan menyebabkan terganggunya iman kita kepada Allah Bapa.
Semua ini bukan berarti saya menganggap gereja sebagai rumah ibadah dan organisasi berikut seluruh perangkatnya tidak bermakna sama sekali. Seperti dikatakan sebuah pepatah, per Mariam ad Iesu, per Iesu ad Patrem (melalui Maria kita sampai pada Yesus, melalui Yesus kita sampai pada Bapa), maka Allah Bapalah yang sesungguhnya sedang dituju oleh gereja (baca: umat Allah), bukan gereja itu sendiri. Kalau agama hanya mementingkan dan mengagungkan lembaga semata, maka kemungkinan kehilangan ‘inti pokok’ ajarannya menjadi sangat mungkin. Efesus 3:10-11 “supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga, sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
Arti Gereja sebagai sakramen menurut Dokumen Lumen Gentium artikel 1 adalah
Berdasarkan Kitab suci dan Tradisi konsili mengajarkan, bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Maka dari itu andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.
<< >> Lumen Gentium atau Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, adalah salah satu dokumen utama Konsili Vatikan Kedua. Ketika bermaksud mengundang Konsili Vatikan II pada tahun 1959, Paus Yohanes XXIII mencanangkan “aggiornamento” atau pembaruan Gereja, menyesuaikan diri dalam zaman baru, agar dapat memberi sumbangan yang efektif bagi pemecahan masalah-masalah modern (Konstitusi apostolik Humanae Salutis 1961). Sebelum Konsili dimulai dari para uskup sedunia diminta saran-saran lebih dulu, yang disusun menjadi pelbagai skema. Pusat Gereja bukan lagi Roma atau Paus, tetapi Kristus di tengah-tengah umat dan Uskup sebagai gembalanya.
Ditekankan juga kesetaraan semua anggota umat Allah di dalam martabatnya, sekalipun berbeda fungsi. Baik imam, awam maupun kaum religius sama-sama terpanggil menuju kesucian dengan melaksanakan corak hidup mereka masing-masing, dalam suatu kesatuan dan kerjasama.
(Inggris) Dokumen Lumen Gentium di Situs Web Tahta Suci (Vatican: the Holy See) Andre PAULUS USKUP Ketika dalam diri Adam umat manusia jatuh, Ia tidak meninggalkan mereka, melainkan selalu membantu mereka supaya selamat, demi Kristus Penebus, “citra Allah yang tak kelihatan, yang sulung dari segala makluk” (Kol 1:15). Gereja, atau kerajaan Kristus yang sudah hadir dalam misteri, atas kekuatan Allah berkembang secara nampak di dunia. Dengan sakramen roti Ekaristi itu sekaligus dilambangkan dan dilaksanakan kesatuan umat beriman, yang merupakan satu tubuh dalam Kristus (lih 1Kor 10:17).
(Roh Kudus yang menguduskan Gereja) Ketika sudah selesailah karya, yang oleh Bapa dipercayakan kepada Putera untuk dilaksanakan di dunia (lih Yoh 17:4), diutuslah Roh Kudus pada hari Pentakosta, untuk tiada hentinya menguduskan Gereja. Dengan demikian umat beriman akan dapat mendekati Bapa melalui Kristus dalam satu Roh (lih Ef 2:18). Dialah Roh kehidupan atau sumber air yang memancar untuk hidup kekal (lih Yoh 4:14; 7:38-39). Oleh Roh Gereja diantar kepada segala kebenaran (lih Yoh 16:13), dipersatukan dalam persekutuan serta pelayanan, diperlengkapi dan dibimbing dengan aneka kurnia hirarkis dan karismatis, serta disemarakkan dengan buah-buah-Nya (lih Ef 4:11-12; 1Kor 12:4; Gal 5:22).
Sebab Tuhan Yesus mengawali Gereja-Nya dengan mewartakan kabar bahagia, yakni kedatangan Kerajaan Allah yang sudah berabad-abad lamanya dijanjikan dalam Alkitab: “Waktunya telah genap, dan Kerajaan Allah sudah dekat” (Mrk 1:15; lih Mat 4:17). Memang, sabda Tuhan diibaratkan benih, yang ditaburkan diladang (lih Mrk 4:14), mereka yang mendengarkan sabda itu dengan iman dan termasuk kawanan kecil Kristus (lih Luk 12:32), telah menerima kerajaan itu sendiri.
Kemudian benih itu bertunas dan bertumbuh atas kekuatannya sendiri hingga waktu panen (lih Mrk 4:26-29). Adapun sesudah menanggung maut di kayu salib demi umat manusia, kemudian bangkit, Yesus nampak ditetapkan sebagai Tuhan dan Kristus serta Imam untuk selamanya (lih Kis 2:36; Ibr 5:6; 7:17-21). Ia mencurahkan Roh yang dijanjikan oleh Bapa ke dalam hati para murid-Nya (lih Kis 2:33). Adapun Gereja itu kandang, dan satu-satunya pintu yang harus dilalui ialah Kristus (lih Yoh 10:1-10). Gereja juga kawanan, yang seperti dulu telah difirmankan akan digembalakan oleh Allah sendiri (lih Yes 40:11; Yeh 34:11 dst). Domba-dombanya, meskipun dipimpin oleh gembala-gembala manusiawi, namun tiada hentinya dibimbing dan dipelihara oleh Kristus sendiri, Sang Gembala Baik dan Pemimpin para gembala (bdk Yoh 10:11; 1Ptr 5:4), yang telah merelakan hidup-Nya demi domba-domba (lih Yoh 10:11-15).
Di ladang itu tumbuhlah pohon zaitun bahari, yang akar Kudusnya ialah para Bapa bangsa. Kenisah itu diperagakan sebagai gedung-gedung ibadat dan dipuji-puji oleh para Bapa suci, Yerusalem baru[5]. Yohanes memandang kota suci itu, ketika pembaharuan bumi turun dari Allah di sorga, siap sedia ibarat mempelai yang berhias bagi suaminya (Why 21:1 dsl.). Melalui sakramen-sakramen mereka itu secara rahasia namun nyata dipersatukan dengan Kristus yang telah menderita dan dimuliakan[6].
Satulah Roh, yang membagikan aneka anugrah-Nya sekedar kekayaan-Nya dan menurut kebutuhan pelayanan, supaya bermanfaat bagi Gereja (lih 1Kor 12:1-11). Roh itu juga secara langsung menyatukan Tubuh dengan daya-kekuatan-Nya dan melalui hubungan batin antara para anggota. Ia menjdi teladan bagi suami yang mengasihi isterinya sebagai TubuhNya sendiri (lih Ef 5:25-28). Seperti Kristus melaksanakan karya penebusan dalam kemiskinan dan penganiayaan, begitu pula Gereja dipanggil untuk menempuh jalan yang sama, supaya menyalurkan buah-buah keselamatan kepada manusia.
Begitu pula Gereja melimpahkan cinta kasihnya kepada semua orang yang terkena oleh kelemahan manusiawi. “Dengan mengembara diantara penganiayaan dunia dan hiburan yang diterimanya dari Allah Gereja maju”[14]. Sementara itu Gereja diteguhkan oleh daya Tuhan yang telah bangkit, untuk dapat mengatasi sengsara dan kesulitannya, baik dari dalam maupun dari luar, dengan kesabaran dan cinta kasih, dan untuk dengan setia mewahyukan misteri Tuhan di dunia, kendati dalam kegelapan, sampai ditampakkan pada akhir Zaman dalam cahaya yang penuh. Tetapi Ia hendak membentuk mereka menjadi umat, yang mengakui-Nya dalam kebenaran dan mengabdi kepada-Nya dengan suci.
Oleh karena itu umat masehi, meskipun kenyataannya tidak merangkum semua orang, dan tak jarang nampak sebagai kawanan kecil, namun bagi seluruh bangsa manusia merupakan benih kesatuan, harapan dan keselamatan yang kuat. Allah memanggil untuk berhimpum mereka, yang penuh iman mengarahkan pandangan kepada Yesus, pencipta keselamatan serta dasar kesatuan dan perdamaian. Gereja, yang harus diperluas ke segala daerah, memasuki sejarah umat manusia, tetapi sekaligus melampaui masa dan batas-batas para bangsa. Maksudnya supaya jangan menyimpang dari kesetiaan sempurna akibat kelemahan daging, melainkan tetap menjadi mempelai yang pantas bai Tuhannya, dan tiada hentinya membaharui diri dibawah gerakan Roh Kudus, sehingga kelak melalui salib mencapai cahaya yang tak kunjung terbenam. Maka hendaknya seluruh murid Kristus, yang bertekun dalam doa dan memuji Allah (lih. Dengan kekuasaan kudus yang ada padanya imam pejabat membentuk dan memimpin umat keimaman.
Yak 5:14-16); bahkan Gereja mendorong mereka untuk secara bebas menggabungkan diri dengan sengsara dan wafat Kristus (lih. Diteguhkan dengan upaya-upaya keselamatan sebanyak dan sebesar itu, semua orang beriman, dalam keadaan dan status manapun juga, dipanggil oleh Tuhan untuk menuju kesucian yang sempurna seperti Bapa sendiri sempurna, masing-masing melalui jalannya sendiri.
(Perasaan iman dan karisma-karisma umat kristiani) Umat Allah yang kudus mengambil bagian juga dalam tugas kenabian Kristus, dengan menyebarluaskan kesaksian hidup tentang-Nya terutama melalui hidup iman dan cinta kasih, pun pula dengan mempersembahkan kepada Allah korban pujian, kesaksian ucapan bibir yang mengakui nama-Nya (lih. Discernment ini dilakukan dalam bimbingan wewenang mengajar yang suci, dalam ketaatan yang setia dan penuh hormat, di mana Umat Allah menerimanya tidak sebagai perkataan manusia, melainkan sungguh sebagai sabda Allah (lih. Di kalangan umat dari segala lapisan Ia membagi-bagikan rahmat istimewa pula, yang menjadikan mereka cakap dan bersedia untuk menerima pelbagai karya atau tugas, yang berguna untuk membaharui Gereja serta meneruskan pembangunannya, menurut ayat berikut : “Kepada setiap orang dianugerahkan pernyataan Roh demi kepentingan bersama” (1Kor 12:7). Sebab demi tujuan itulah Allah mengutus Putera-Nya, yang dijadikan-Nya ahli waris alam semesta (lih.
Jadi satu Umat Allah itu hidup ditengah segala bangsa dunia, warga Kerajaan yang tidak bersifat duniawi melainkan sorgawi. Sebab semua orang beriman, yang tersebar diseluruh dunia, dalam Roh Kudus berhubungan dengan anggota-anggota lain.
Yoh 18:36), maka Gereja dan Umat Allah, dengan membawa masuk Kerajaan itu, tidak mengurangi sedikitpun kesejahteraan materiil bangsa manapun juga. Sebab Gereja tetap ingat, bahwa harus ikut mengumpulkan bersama dengan Sang Raja, yang diserahi segala bangsa sebagai warisan (lih. Karenanya Gereja yang katolik secara tepat-guna dan tiada hentinya berusaha merangkum segenap umat manusia beserta segala harta kekayaannya dibawah kristus Kepala, dalam kesatuan Roh-Nya[24]. Maka antara pelbagai bagian Gereja perlu ada ikatan persekutuan yang mesra mengenai kekayaan rohani, para pekerja dalam kerasulan dan bantuan materiil.
Jadi kepada kesatuan katolik Umat Allah itulah, yang melambangkan dan memajukan perdamaian semesta, semua orang dipanggil. Mereka termasuk kesatuan itu atau terarahkan kepadanya dengan aneka cara, baik kaum beriman katolik, umat lainnya yang beriman akan Kristus, maupun semua orang tanpa kecuali, yang karena rahmat Allah dipanggil kepada keselamatan. Berdasarkan Kitab suci dan Tradisi, Konsili mengajarkan bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Maka dari itu andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan. (Hubungan gereja dengan orang kristen bukan katolik) Gereja tahu, bahwa karena banyak alasan ia berhubungan dengan mereka, yang karena dibaptis mengemban nama kristen, tetapi tidak mengakui ajaran iman seutuhnya atau tidak memelihara kesatuan persekutuan di bawah Pengganti Petrus [28]. Banyak pula di antara mereka yang mempunyai Uskup-uskup, merayakan Ekaristi suci, dan memelihara hormat bakti kepada Santa Perawan Bunda Allah[30].
Selain itu ada persekutuan doa-doa dan kurnia-kurnia rohani lainnya; bahkan ada suatu hubungan sejati dalam Roh Kudus, yang memang dengan daya pengudusan-Nya juga berkarya di antara mereka dengan melimpahkan anugerah-anugerah serta rahmat-rahmat-Nya, dan menguatkan beberapa di kalangan mereka hingga menumpahkan darahnya. Untuk mencapai tujuan itu Bunda Gereja tiada hentinya berdoa, berharap dan berusaha, serta mendorong para puteranya untuk memurnikan dan membaharui diri, supaya tanda Kristus dengan lebih cemerlang bersinar pada wajah Gereja. Terutama bangsa yang telah dianugerahi perjanjian dan janji-janji, serta merupakan asal kelahiran Kristus menurut daging (lih. Rom 9:4-5), bangsa terpilih yang amat disayangi karena para leluhur; sebab Allah tidak menyesali kurnia-kurnia serta panggilan-Nya (lih.
Sebab mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal[33]. (Sifat misioner Gereja) Sebab seperti Putera diutus oleh Bapa, begitu pula Ia sendiri mengutus para Rasul (lih.
Maka dari itu gereja terus-menerus mengutus para pewarta, sampai Gereja-Gereja baru terbentuk sepenuhnya, dan mereka sendiripun melanjutkan karya pewartaan Injil. Sebab Gereja didorong oleh Roh Kudus untuk ikut mengusahakan, agar rencana Allah, yang menetapkan Kristus sebagai azas keselamatan bagi seluruh dunia, terlaksana secara efektif.
BAB TIGA – SUSUNAN HIRARKIS GEREJA, KHUSUSNYA EPISKOPAT Untuk menggembalakan dan senantiasa mengembangkan umat Allah, Kristus Tuhan mengadakan dalam Gereja-Nya aneka pelayanan, yang tujuannya kesejahteraan seluruh Tubuh. Mengikuti jejak Konsili Vatikan I, Konsili suci ini mengajarkan dan menyatakan, bahwa Yesus Kristus Gembala kekal telah mendirikan Gereja Kudus, dengan mengutus para Rasul seperti Ia sendiri di utus oleh Bapa (lih. Namun supaya episkopat itu sendiri tetap satu dan tak terbagi, Ia mengangkat santo Petrus menjadi ketua para Rasul lainnya. Ajaran tentang penetapan, kelestarian, kuasa dan arti Primat Kudus Imam Agung di Roma maupun tentang Wewenang Mengajarnya yang tak dapat sesat, oleh Konsili suci sekali lagi dikemukakan kepada semua orang beriman untuk diimani dengan teguh.
(Dewan para Rasul didirikan oleh Kristus) Setelah berdoa kepada Bapa, Tuhan Yesus memanggil kepada-Nya mereka yang dikendaki-Nya sendiri. Sebab Injil, yang harus mereka wartakan, bagi Gereja merupakan azas seluruh kehidupan untuk selamanya. Para gembala yang dipilih untuk menggembalakan kawanan Tuhan itu pelayan-pelayan Kristus dan pembagi rahasia-rahasia Allah (lih. Namun menurut hakikatnya tugas-tugas itu hanya dapat dilaksanakan dalam persekutuan hirarkis dengan Kepala serta para anggota Dewan. Adanya kebiasaan amat kuno, bahwa para Uskup di seluruh dunia berhubungan satu dengan lainnya serta dengan Uskup di Roma dalam ikatan kesatuan, cinta kasih dan damai[59], begitu pula adanya Konsili-konsili yang dihimpun[60] untuk mengambil keputusan-keputusan bersama yang amat penting[61], sesudah ketetapan dipertimbangkan dalam musyawarah banyak orang[62], semua itu memperlihatkan sifat dan hakikat kolegial pangkat Uskup. Sifat itu tercermin pula pada kebiasaan yang berlaku sejak zaman kuno, yakni mengundang Uskup-Uskup untuk ikut berperan dalam mengangkat orang terpilih baru bagi pelayanan imamat agung. Adapun Dewan atau Badan para Uskup hanyalah berwibawa bila bersatu dengan Imam Agung di Roma, pengganti Petrus, sebagai Kepalanya. Hanya Simonlah yang oleh Tuhan ditempatkan sebagai batu karang dan juru kunci Gereja (lih.
Mat 16:19), ternyata diberikan juga kepada Dewan para Rasul dalam persekutuan dengan Kepalanya (lih. Dalam Dewan itu para Uskup, sementara mengakui dengan setia kedudukan utama dan tertinggi Kepalanya, melaksanakan kuasanya sendiri demi kesejahteraan umat beriman mereka, bahkan demi kesejahteraan Gereja semesta; dan Roh Kudus tiada hentinya meneguhkan tata-susunan organis serta kerukunannya. Kuasa tertinggi terhadap Gereja seluruhnya, yang ada pada dewan itu, secara meriah dijalankan dalam Konsili Ekumenis. Adalah hak khusus Imam Agung di Roma untuk mengundang Konsili itu, dan memimpin serta mengesahkannya[65].
Meskipun perhatian itu tidak diwujudkan melalui tindakan menurut wewenang hukumnya, namun sangat bermanfaat bagi seluruh Gereja. Penyelenggaraan pewartaan Injil di seluruh dunia merupakan kewajiban badan para Gembala, yang kesemuanya bersama-sama menerima perintah Kristus, dan dengan demikian juga mendapat tugas bersama, seperti telah ditegaskan oleh Paus Coelestinus kepada para bapa Konsili di Efesus[71].
Maka masing-masing Uskup, sejauh pelaksanaan tugas mereka sendiri mengizinkannya, wajib ikut serta dalam kerja sama antara mereka sendiri dan dengan pengganti Petrus, yang secara istimewa diserahi tugas menyiarkan iman kristiani[72]. Maka untuk daerah-daerah misi mereka wajib sedapat mungkin menyediakan pekerja-pekerja panenan, maupun bantuan-bantuan rohani dan jasmani, bukan hanya langsung dari mereka sendiri, melainkan juga dengan membangkitkan semangat kerjasama yang berkobar diantara umat beriman.
Akhirnya hendaklah para Uskup, dalam persekutuan semesta cinta kasih, dengan sukarela memberi bantuan persaudaraan kepada Gereja-Gereja lain, terutama yang lebih dekat dan miskin, menurut teladan mulia Gereja kuno. Berkat penyelenggaraan ilahi terjadilah, bahwa pelbagai Gereja, yang didirikan di pelbagai tempat oleh para Rasul serta para pengganti mereka, sesudah waktu tertentu bergabung menjadi berbagai kelompok yang tersusun secara organis.
Untuk menunaikan perutusan itu, Kristus Tuhan menjanjikan Roh Kudus kepada para Rasul, dan pada hari Pantekosta mengutus-Nya dari sorga, supaya mereka karena kekuatan Roh menjadi saksi-saksi-Nya hingga ke ujung bumi, dihadapan kaum kafir, para bangsa dan raja-raja (lih. Bila para Uskup mengajar dalam persekutuan dengan Imam Agung di Roma, mereka harus dihormati oleh semua sebagai saksi kebenaran ilahi dan katolik.
Biarpun Uskup masing-masing tidak mempunyai kurnia istimewa tidak dapat sesat, namun kalau mereka – juga bila tersebar di seluruh dunia, tetapi tetap berada dalam persekutuan antar mereka dan dengan pengganti Petrus – dalam ajaran otentik tentang perkara iman dan kesusilaan sepakat bahwa suatu ajaran tertentu harus diterima secara definitif, merekapun memaklumkan ajaran Kristus tanpa dapat sesat[77]. Dan itu terjadi dengan lebih jelas lagi, bila mereka bersidang dalam Konsili Ekumenis, serta bertindak sebagai guru dan hakim iman serta kesusilaan terhadap Gereja semesta; keputusan-keputusan mereka harus diterima dengan kepatuhan iman[78]. Adapaun ciri tidak dapat sesat itu, yang atas kehendak Penebus ilahi dimiliki Gereja-Nya dalam menetapkan ajaran tentang iman atau kesusilaan, meliputi seluruh perbendaharaan Wahyu ilahi, yang harus dijagai dengan cermat dan diuraikan dengan setia. Ciri tidak dapat sesat itu ada pada Imam Agung di Roma, Kepala Dewan para Uskup, berdasarkan tugas beliau, bila selaku gembala dan guru tertinggi segenap Umat beriman, yang meneguhkan saudara-saudara beliau dalam iman (lih.
Sebab ketetapan-ketetapan itu dikemukakan dengan bantuan Roh Kudus, yang dijanjikan kepada Gereja dalam diri Santo Petrus. Sebab disitulah Imam Agung di Roma mengemukakan ajaran beliau bukan sebagai perorangan prive; melainkan selaku guru tertinggi Gereja semesta, yang secara istimewa mengemban kurnia tidak dapat sesat Gereja sendiri, beliau menjelaskan atau menjaga ajaran iman katolik[80]. Sifat tidak dapat sesat yang dijanjikan kepada Gereja, ada pula pada badan para Uskup, bila melaksanakan wewenang tertinggi untuk mengajar bersama dengan pengganti Petrus. Tetapi bila Imam Agung di Roma atau badan para Uskup bersama dengan beliau menetapkan ajaran, itu mereka kemukakan sesuai dengan Wahyu sendiri, yang harus dipegang teguh oleh semua orang yang menjadi pedoman hidup mereka.
Gereja-Gereja itu ditempatnya masing-masing merupakan umat baru yang dipanggil oleh Allah, dalam Roh Kudus dan dengan sepenuh-penuhnya (lih 1Tes 1:5). Sebab “keikut-sertaan dalam tubuh dan darah Kristus tidak lain berarti berubah menjadi apa yang kita sambut”[92].
Ia diserahi tugas mempersembahkan ibadat agama kristiani kepada Allah yang maha agung, dan mengaturnya menurut perintah Tuhan dan hukum Gereja, yang untuk keuskupan masih perlu diperinci menurut pandangan Uskup sendiri. Dengan pelayanan sabda mereka menyampaikan kekuatan Allah kepada Umat beriman demi keselamatannya (lih. Kuasa, yang mereka jalankan sendiri atas nama Kristus itu, bersifat pribadi, biasa dan langsung, walaupun penggunaannya akhirnya diatur oleh kewibawaan tertinggi Gereja, dan dapat diketahui batasan-batasan tertentu, demi faedahnya bagi Gereja atau Umat beriman. Sebab Roh Kudus memelihara secara utuh bentuk pemerintahan yang ditetapkan oleh Kristus Tuhan dalam Gereja-Nya. Hendaklah ia selalu bersedia mendengarkan bawahannya, yang dikasihinya sebagai anak-anaknya sendiri dan diajaknya untuk dengan gembira bekerja sama dengannya. Demikianlah semua akan sehati karena bersatu[98], dan melimpah rasa syukurnya demi kemuliaan Allah (lih.
(Para imam biasa) Kristus, yang dikuduskan oleh Bapa dan diutus ke dunia (lih. Bagi kaum beriman yang bertobat atau sedang sakit mereka menjalankan pelayanan amat penting, yakni pelayanan pendamaian dan peringatan, serta mereka mengantarkan kebutuhan-kebutuhan dan doa kaum beriman kepada Allah Bapa (lih.
Dengan menunaikan tugas Kristus selaku Gembala dan Kepala menurut tingkat kewibawaan mereka[106], mereka menghimpun keluarga Allah sebagai rukun persaudaraan yang berjiwa kesatuan[107], dan dalam Roh menghantarkannya kepada Allah Bapa melalui Kristus. Bersama uskup mereka imam-imam merupakan satu presbiterium (dewan imam)[110], NAMUN DIBEBANI PELBAGAI TUGAS.
Dibawah kewibawaan Uskup para imam menguduskan dan membimbing bagian kawanan Tuhan yang di serahkan kepada mereka. Oleh karena tahbisan suci dan perutusan bersama, semua imam saling berhubungan dalam persaudaraan yang akrab.
1Ptr 5:3), dan mengetuai serta melayani jemaat setempat mereka sedemikian rupa, sehingga jemaat itu layak dapat di sebut dengan nama, yang menjadi lambang kehormatan bagi satu Umat Allah seluruhnya, yakni Gereja Allah (lih. Luk 15:4-7), yang memang di babtis dalam Gereja katolik, tetapi tidak lagi menerima sakramen-sakramen, bahkan telah meninggalkan iman.
Hendaklah mereka menyingkirkan apa saja yang menimbulkan perpecahan, supaya segenap umat manusia dibawa ke dalam kesatuan keluarga Allah. Sambil membaktikan diri kepada tugas-tugas cinta kasih dan administrasi, hendaklah para diakon mengingat nasehat Santo Polikarpus: “Hendaknya mereka selalu bertindak penuh belaskasihan dan rajin, sesuai dengan kebenaran Tuhan, yang telah menjadi hamba semua orang”[112]. Namun karena tugas-tugas yang bagi kehidupan Gereja sangat penting itu menurut tata-tertib yang sekarang berlaku di Gereja latin di pelbagai daerah sulit dapat dijalankan, maka dimasa mendatang Diakonat dapat diadakan lagi sebagai tingkat hirarki tersendiri dan tetap. Adalah tugas berbagai macam konferensi Uskup setempat yang berwewenang, untuk menetapkan dengan persetujuan Imam Agung Tertinggi sendiri, apakah dan dimanakah sebaiknya diangkat diakon-diakon seperti itu demi pemeliharaan jiwa.jiwa.
Segala sesuatu, yang telah dikatakan tentang Umat Allah, sama-sama dimaksudkan bagi kaum awam, pria maupun wanita, mengingat kedudukan dan perutusan mereka. Karena situasi khas seperti zaman kita sekarang hal-hal itu perlu diselidiki azas-azasnya secara lebih mendalam. Para Gembala mengetahui bahwa mereka diangkat oleh Kristus bukan untuk mengemban sendiri seluruh misi penyelamatan Gereja di dunia.
(Martabat kaum awam sebagai anggota Umat Allah) Atas penetapan ilahi Gereja kudus diatur dan dipimpin dengan keanekaragaman yang mengagumkan. Meskipuan ada yang atas kehendak Kristus diangkat menjadi guru, pembagi misteri-misteri dan gembala bagi sesam, namun semua toh sungguh-sungguh sederajat martabatnya, sederajat pula kegiatan yang umum bagi semua orang beriman dalam membangun Tubuh Kristus. Dengan menganut teladan Tuhan, para Gembala Gereja saling mengabdi dan melayani Umat beriman lainnya. Begitulah dengan aneka cara semua memberi kesaksian tentang kesatuan yang mengagumkan dalam Tubuh Kristus: sebab keanekaan rahmat, pelayanan dan kegiatan manghimpun para anak Allah menjadi satu, sebab “semua itu dikerjakan oleh Roh yang satu dan sama” (1Kor 12:11). Begitu pula kaum awam bersaudarakan mereka, yang diangkat kedalam pelayanan suci, dan dengan mengajar, menguduskan serta membimbing dengan kewibawaan Kristus menggembalakan keluarga Allah sedemikian rupa, sehingga perintah baru tentang cinta kasih dilaksanakan oleh semua.
(Hidup kaum awam berhubung dengan keselamatan dan kerasulan) Semua para awam, yang terhimpun dalam Umat Allah dan berada dalam satu Tubuh Kristus di bawah satu kepala, tanpa kecuali dipanggil untuk sebagai anggota yang hidup menyumbangkan segenap tenaga, yang mereka terima berkat kebaikan Sang Pencipta dan rahmat Sang Penebus demi perkembangan Gereja serta pengudusannya terus menerus. Demikianlah setiap orang awam, karena kurnia-kurnia yang diterimanya, menjadi saksi dan sarana hidup perutusan Gereja sendiri “menurut ukuran anugerah Kristus” (Ef 4:7).
Di samping itu mereka cakap juga untuk diangkat oleh Hirarki, guna menunaikan berbagai tugas gerejani demi tujuan rohani. Oleh karena itu para awam, sebagai orang yang menyerahkan diri kepada Kristus dan diurapi dengan Roh Kudus, secara ajaib dipanggil dan disiapkan, supaya secara makin melimpah menghasilkan buah-buah Roh dalam diri mereka.
Korban itu dalam perayaan Ekaristi, bersama dengan persembahan Tubuh Tuhan, penuh khidmat dipersembahkan kepada Bapa. Dalam tugas itu nampak sangat berharga status kehidupan yang dikuduskan dengan sakramen khusus, yakni hidup perkawinan dan berkeluarga. Keluarga kristiani dengan lantang mewartakan baik kekuatan Kerajaan Allah sekarang maupun harapan akan hidup bahagia. Demikianlah keluarga dengan teladan maupun kesaksiannya menunjukkan dosa dunia, dan menerangi mereka yang mencari kebenaran. Maka dari itu para awam, juga kalau mereka sibuk dengan urusan keduniaan, dapat dan harus menjalankan kegiatan yang berharga untuk mewartakan Injil kepada dunia. Akan tetapi semua wajib bekerja sama demi penyebarluasan dan perkembangan Kerajaan Kristus di dunia. Oleh karena itu hendaklah para awam dengan tekun berusaha makin mendalami arti kebenaran yang diwahyukan, dan sepenuh hati memohon kurnia kebijaksanaan dari Allah.
Be First to Comment